Dalam QS Al-Baqarah ayat 23 berisi tantangan kepada siapa pun yang meragukan kebenaran Alquran untuk membuat?

SUMEDANG-Ramadhan mengaji yang diselenggarakan oleh Sekretariat Daerah Kabupaten Sumedang yang dilaksanakan setiap hari pada jam kerja setelah jam apel pagi kali ini membahas tentang kandungan ayat surat AL-Baqoroh ayat 23-34. Kegiatan tersebut dilaksanakan di Pendopo IPP serta dipimpin langsung oleh Sekda Kabupaten Sumedang, H. Zaenal Alimin, MM, Selasa (12/6).

Sekda Zaenal memimpin membaca ayat tersebut sekaligus memberikan penjelasan mengenai korelasi ayat dalam surat Al-Baqoroh tersebut. Menurut Zaenal, korelasi antara ayat 23-24 Surat Al-Baqoroh adalah menetapkan pokok agama (Ashluddin), yaitu tauhid yang merupakan kegiatan spiritual beribadah kepada ALLAH SWT. “Maka pada ayat ini (ayat 23-24), Allah SWT menetapkan pokok agama kedua, yaitu kenabian RasulNya, Muhammad SAW. Hal ini terjadi melalui pembuktian serta tercantum pada ayat 23 surat Al-Baqoroh yang berarti ‘Jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al-Qur’an yang Kami turunkan kepada hamba Kami, Rasul Kami, buatlah satu surat yang semisal Al-Qur’an itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang memang benar',” paparnya.

Dalam ayat tersebut dikatakan Sekda adalah suatu tantangan dari ALLAH SWT kepada orang-orang musyrik, orang-orang munafik, dan orang-orang kafir yang meragukan kebenaran Al-Qur’an dengan cara membuat satu surat apa saja seperti isi dalam Al-Quran meskipun sedikit serta jika benar adanya, dianjurkan untuk mengajak orang-orang untuk bersaksi bahwa surat tersebut dibuat seperti Al-Qur’an.

Dijelaskan lebih lanjut oleh Sekda Zaenal, ayat 24 pada surat Al-Baqoroh mengandung arti ‘’Maka jika kamu tidak dapat membuatnya, periharalah kamu dari api neraka,’’. Ayat tersebut dikatakan Sekda mengandung arti jika kita tidak mampu untuk memenuhi tantangan Allah untuk membuat satu surat seperti surat yang terdapat pada Al-Qur’an, maka kita semua di haruskan untuk menjaga diri kita dari api neraka dengan cara beriman kepada Allah SWT, beriman kepada kitab-kitab Allah, kepada Rasul-Rasul ALLAH serta dengan menjalankan semua kewajiban yang diperintahkan Allah serta menjauhi larangan-larangan ALLAH.

Ditegaskan Sekda, Ayat 24 Surat Al-Baqoroh menekankan bahwa semua mahluk ciptaan Allah SWT tidak akan sanggup membuat tandingan terhadap satu ayat-pun dari ayat-ayat Al-Qur’an.

“Dapat kita simpulkan, jika kita tidak mampu membuat satu surat saja seperti dalam Al-Qur’an maka sudah seharusnya kita menjadi orang-orang yang beriman,” tukas Zaenal.

Kedua ayat dalam surat Al-Baqoroh tersebut memiliki petunjuk bahwa pengukuhan kenabian Rasulullah SAW yang dimantapkan dengan turunnya Al-Qur’an, menguatkan akan kelemahan manusia untuk membuat satu surat saja semisal surat-surat yang ada dalam Al-Qur’an, dimana tantangan untuk hal tersebut tetap berlaku namun belum ada satu surat saja semisal surat dalam Al-Qur’an serta api neraka dapat dijauhi dengan keimanan dan amal yang soleh.

“Semoga bulan Ramadhan ini bisa menjadikan kita orang-orang yang soleh serta menjadi orang-orang yang semakin beriman,” pungkasnya.

   Tweet        
Dalam QS Al-Baqarah ayat 23 berisi tantangan kepada siapa pun yang meragukan kebenaran Alquran untuk membuat?
   

  • وَاِنْ كُنْتُمْ فِيْ رَيْبٍ مِّمَّا نَزَّلْنَا عَلٰى عَبْدِنَا فَأْتُوْا بِسُوْرَةٍ مِّنْ مِّثْلِهٖ ۖ وَادْعُوْا شُهَدَاۤءَكُمْ مِّنْ دُوْنِ اللّٰهِ اِنْ كُنْتُمْ صٰدِقِيْنَ

    23. Dan jika kamu meragukan (Al-Qur'an) yang Kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad), maka buatlah satu surah semisal dengannya dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.

Al-Qur’an merupakan petunjuk bagi umat manusia. Kitab ini memiliki prinsip-prinsip dasar dalam segala kehidupan manusia dan merupakan kitab universal. Petunjuk ini tentunya menjadi sebuah pilar utama agama Islam. Yaitu sebagai way of life yang menjamin kebahagiaan hidup di dunia maupun akhirat kelak (Muhammad Chirzin, Permata Al-Qur’an, 03). Tulisan ini mengkaji ayat yang berisi tantangan kepada mereka yang meragukan Al-Qur’an.

Segenap manusia yang menghayati dan memahami firman Allah dengan seksama. Secara implisit akan mengetahui bahwasannya Al-Qur’an tidak menyerupai ajaran tentang dirinya dan ucapan orang lain. (M. Izzuddin Taufiq, Dalil Afaq Al-Qur’an dan Alam Semesta, 78). Perlu diketahui pula, hal demikian tentu tidak ada bekas sedikit pun di benak hatinya yang terkukung dari keraguan.

Lain halnya bilamana di dalam benak hati setiap hamba terkukung oleh keraguan. Tentu dengan jelas akan sulit mengimani keaslian Al-Qur’an sebagai wahyu Ilahi. Hal ini, termaktub dalam firman Allah yang berbunyi:

وَإِنْ كُنْتُمْ فِي رَيْبٍ مِمَّا نَزَّلْنَا عَلَىٰ عَبْدِنَا فَأْتُوا بِسُورَةٍ مِنْ مِثْلِهِ وَادْعُوا شُهَدَاءَكُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ

Artinya: “Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al–Quran yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al–Quran itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.” (QS. Al-Baqarah [2]: 23).

Tantangan Allah Bagi yang Meragukan

Ayat di atas, menjelaskan bahwa jika meragukan wahyu yang Kami turunkan kepada Muhammad, hamba Kami, dan menuduh Al-Qur’an sebagai buatan manusia, maka coba buatlah yang semacam Al-Qur’an. Kamu tidak sanggup mengerjakan apa yang bisa diperbuat orang lain (M. Hasbi Ash-Shiddieqiy, Tafsir Al-Qur’anul Majid An-Nur, 01/41).

Baca Juga  Menakar Jangkauan Gagasan Penafsir Muda di Jagat Maya

Sungguh tantangan ini sangat gamblang. Tidak usah semua Al-Qur’an. Satu bagian saja, walau yang satu bagian ini tidak sepenuhnya sama. Demikian ayat ini mengajak siapapun agar membuat semacam Al-Qur’an lalu membiarkan mereka memutuskan sendiri. Memang, betapapun kukuhnya kemusyrikan mereka, tak seorang pun yang akan berani berkata bahwa ucapan sastrawan mereka dapat menandingi Al-Qur’an (M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, 01/126).  

Sejalan dengan itu, dalam Tafsir Al-Azhar juga menjelaskan bahwa bilamana kamu ragu terhadap sabda yang disampaikan Rasulluah itu benar-benar dari Tuhan. Maka cobalah mengemukakan agak satu surat yang sebanding dengan apa yang dibawakan Muhammad itu! Cobalah. Dan jika tidak sanggup, maka: “Dan panggilah saksi-saksimu selain Allah, jika adalah kamu orang-orang yang benar” (ujung ayat 23) (Hamka, Tafsir Al-Azhar, 01/141).  

Lantaran demikian, tentunya Allah memberi ancaman kepada siapa pun yang mengingkari janjinya perihal mengarang sebuah kitab yang serupa dengan kualitas Al-Qur’an, hal ini dijelaskan dalah firman Allah yang berbunyi:

فَإِنْ لَمْ تَفْعَلُوا وَلَنْ تَفْعَلُوا فَاتَّقُوا النَّارَ الَّتِي وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ ۖ أُعِدَّتْ لِلْكَافِرِينَ

Artinya: “Maka jika kamu tidak dapat membuat(nya) dan pasti kamu tidak akan dapat membuat(nya), peliharalah dirimu dari neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang kafir.” (QS. Al-Baqarah [2]: 24).

Ancaman Neraka untuk Orang Kafir

Ayat فَإِنْ لَمْ تَفْعَلُوا menunjukkan terbuktinya ketidaksanggupan secara total untuk menyaingi Al-Qur’an. Sekaligus menunjukkan bahwa orang-orang kafir pantas disiksa ke dalam neraka lantaran mereka mengingkari kenabian Muhammad saw dan tidak mengimani Al-Qur’an. Ayat ini juga menunjukkan bahwa orang yang takut kepada neraka pasti tidak menentang seruan Islam (Wahbah Az-Zuhaili, Tafsir Al-Munir, 01/74).

Baca Juga  Menggali Dimensi Jihad dalam Al-Qur'an

Sementara luas dari pada neraka sendiri, dengan merujuk sebuah perkataan Ibnu ‘Umar yang dikutip al-Alusi dalam Ruh al-Ma’ani ketika menafsirkan QS. al-Baqarah [2]: 24. Imam Ahmad meriwayatkan sebuah hadits dari Ya’la bin Umayyah ra bahwasannya Rasulluah saw bersabda, “Lautan adalah Neraka Jahanam (al-Bahr huwa Jahanam)”. Imam Bukhari dalam at-Tarikh al-Kabir meriwayatkan dengan redaksi, “Lautan adalah bagian dari Neraka Jahannam (al-Bahr min Jahannam)” (Muhyiddin Ibn Al-‘Arabi, Al-Futuhat Al-Makkiyyah, 04/363).

Kesimpulan

Maka dari itu, dapat disimpulkan bahwasannya Al-Qur’an adalah kalamullah, dan yang menjadi hambatan seseorang untuk beriman adalah meragukan wahyu Ilahi. Semoga kita semua yang terlibat menghayati dan memahami Al-Qur’an, dikuatkan hatinya oleh Allah. Akhir kata, wallahu a’lamu bishawab.

Semoga Bermanfaat!

Dalam QS Al-Baqarah ayat 23 berisi tantangan kepada siapa pun yang meragukan kebenaran Alquran untuk membuat?

Oleh: Ali Farkhan Tsani, Redaktur Senior Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Da’i Pondok Pesantren Al-Fatah Cileungsi, Bogor, Jabar

Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala:

وَإِنْ كُنْتُمْ فِي رَيْبٍ مِمَّا نَزَّلْنَا عَلَى عَبْدِنَا فَأْتُوا بِسُورَةٍ مِنْ مِثْلِهِ وَادْعُوا شُهَدَاءَكُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ

Artinya: “Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al-Qur’an yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al-Qur’an itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar”. (Q.S. Al-Baqarah [2]: 23).

Pada ayat ini Allah Subhanahu Wa Ta’ala menantang kepada orang-orang musyrik, orang-orang munafik dan orang-orang kafir yang meragukan kebenaran Al-Quran dengan menyatakan : “Jika kamu sekalian masih ragu ragu tentang kebenaran Al-Quran dan menyatakan Al-Quran itu buatan Muhammad, maka cobalah membuat sebuah kitab yang serupa dengan Al-Quran, walaupun hanya satu surat saja.  Kalau benar Muhammad yang membuatnya, tentu kamu sanggup pula membuatnya karena kamu pasti sanggup melakukan segala perbuatan yang sanggup dibuat oleh manusia. Ajak pulalah penolong-penolong kamu, berhala-berhala yang kamu sembah, pembesar-pembesarmu, bersama-sama dengan kamu membuatnya karena kamu mengakui kekuasaan dan kebesaran berhala-berhala dan pembesar-pembesarmu itu.

Dalam ayat lain, Allah menegaskan tantangannya :

أَمْ يَقُولُونَ افْتَرَاهُ قُلْ فَأْتُوا بِعَشْرِ سُوَرٍ مِثْلِهِ مُفْتَرَيَاتٍ وَادْعُوا مَنِ اسْتَطَعْتُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ

Artinya: “Bahkan mereka mengatakan: “Muhammad telah membuat-buat Al-Quran itu”, Katakanlah : “(Kalau demikian), maka datangkanlah sepuluh surat-surat yang dibuat-buat yang menyamainya, dan panggillah orang-orang yang kamu sanggup (memanggilnya) selain Allah, jika kamu memang orang-orang yang benar”. (Q.S. Huud [11]: 13).

Pada permulaan surat Al-Baqarah ayat 2,  Allah telah menyatakan bahwa kitab suci Al-Qur’an itu tidak ada lagi keraguan padanya. Al-Quran adalah wahyu yang benar-benar datang dari Allah. Al-Quran adalah mu’jizat yang di dalamnya terdapat petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa. Karena itu, Al-Qur’an sebagai wahyu dan mu’jizat tidak akan dapat ditiru oleh siapapun, meskipun manusia  itu mengerahkan semua ahli sastera.

Tetapi dalam kenyataan, masih ada manusia yang memiliki keraguan terhadap kebenaran Al-Qur’an, bahkan mereka menyatakan bahwa Al-Quran itu hanyalah karangan Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Padahal beliau Shallallahu ‘Alaihi Wasallam tidak dikenal sebagai seorang yang sanggup menyusun rangkaian kata yang begitu tinggi mutunya atas kehendaknya sendiri, dan tidak pula terkenal sebagai seorang penyair yang sanggup menyusun rangkaian kata sastra.

Beliau adalah Nabi yang Ummi yang tidak bisa menulis. Sebagaimana Firman Allah :

الَّذِينَ يَتَّبِعُونَ الرَّسُولَ النَّبِيَّ الْأُمِّيَّ الَّذِي يَجِدُونَهُ مَكْتُوبًا عِنْدَهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَالْإِنْجِيلِ…..

Artinya: “(yaitu) orang-orang yang mengikut rasul, Nabi yang Ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka….”. (Q.S. Al-A’raaf [7]: 157).

Allah juga menegaskan di dalam ayat:

قُلْ لَئِنِ اجْتَمَعَتِ الْإِنْسُ وَالْجِنُّ عَلَىٰ أَنْ يَأْتُوا بِمِثْلِ هَٰذَا الْقُرْآنِ لَا يَأْتُونَ بِمِثْلِهِ وَلَوْ كَانَ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ ظَهِيرًا

Artinya: Katakanlah: “Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al Quran ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain”. (Q.S. Al-Isra’ [17] : 88).

Pada ayat disebutkan:

نَزَّلْنَا عَلَى عَبْدِنَا

Artinya: “Kami wahyukan kepada hamba Kami”.

Hamba kami yang Allah maksudkan ialah Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, satu ucapan kehormatan tertinggi dan pembelaan atas diri beliau. Dan yang Allah turunkan itu adalah Al-Qur’an, yang tidak ada lagi keraguan padanya, petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa.

Sudah terbayang selanjutnya bahwa masih ada saja manusia yang ragu-ragu, yang menyebabkan mereka menjadi munafik. Sehingga ada yang mulanya menyatakan percaya tetapi hatinya tetap ragu. Demikian pula orang yang kafir, tetap di dalam kekafirannya, keingkarannya terhadap Al-Quran. Maka, ditantanglah keraguan mereka itu dengan Surat Al-Baqarah ayat 23 ini.

Prof. Buya Hamka di dalam Tafsir Al-Azhar menyebut ayat ini sebagai suatu tantangan (tahaddi).

Kala itu, pada jaman Mekkah ataupun di Madinah, tidak sedikit ahli-­ahli syair dan ada pula tukang mantra (kahin) yang dapat mengeluarkan kata-kata tersusun. Namun tidak ada satupun yang dapat menandingi Al-Qur’an. Bahkan sampai pada jaman berikutnya pun, banyak pujangga-pujangga besar. Namun, merekapun tidak sanggup mengadakan tandingan dari Al­Qur’an.

Dr. Thaha Husain, pujangga Arab yang terkenal dan diakui kesarjanaannya dan diberi gelar Doctor Honoris Causa oleh beberapa Universitas Eropa, sebagai Universitas di Spanyol, Italia, Yunani, yaitu sesudah dicapainya Ph.D. di Sarbonne, mengatakan bahwa bahasa Arab itu mempunyai dua macam sastra, yaitu prosa (manzhum) dan puisi (mantsur). Ia menegaskan bahwa Al-Qur’an itu bukan prosa dan bukan pula puisi, tetapi ya Al-Qur’an, yang melebihi keduanya.

Dengan demikianlah maka bagi orang-orang beriman, semakin mendalami Al-Quran, semakin mempelajari sastra-sastranya dan tingkatan-tingkatan kemajuannya, akan semakin mengakui keistimewaan Al-Quran itu memang tak tertandingi. Serta semakin bertambah yakinlah bahwa memang tidak dapat dikemukakan satu suratpun untuk menandingi Al-Qur’an.

Al-Quran Tak Tertandingi

Selanjutnya Allah menyebutkan:

فَإِنْ لَمْ تَفْعَلُوا وَلَنْ تَفْعَلُوا فَاتَّقُوا النَّارَ الَّتِي وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ أُعِدَّتْ لِلْكَافِرِينَ

Artinya: “Maka jika kamu tidak dapat membuat(nya), dan pasti kamu tidak akan dapat membuat(nya), peliharalah dirimu dari neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang kafir”. (Q.S. Al-Baqarah [2]: 24).

Ayat ini menegaskan bahwa semua makhluk Allah tidak akan sanggup membuat tandingan terhadap satu ayat-pun dari ayat-ayat Al-Quran. Karena itu, hendaklah manusia memelihara dirinya dari api neraka dengan cara mengikuti petunjuk-petunjuk Al-Quran.

Kalau sudah nyata tidak sanggup menandingi Al-Quran, dan memang selamanya tidak akan pernah sanggup, baik rangkaian kata ataupun makna yang terkandung di dalamnya, maka lebih baik tunduk dan patuh, dan menerima dengan tulus dan ikhlas.

Jangan dilanjutkan sikap keraguan terhadap kebenaran Al-Quran itu.  Karena meneruskan keraguan terhadap perkara yang sudah nyata kebenarannya, akibatnya hanyalah penderitaan, tentu nerakalah ujungnya yang terakhir. Neraka yang apinya dinyalakan dengan manusia dan batu, lalu manusia itu dihukum dimasukkan ke dalamnya bercampur dengan batu-batu itu yang oleh Allah disediakan bagi orang-orang suka menentang kebenaran.

Banyak di antara pemimpin-peminpin dan ahli sastra Arab kala itu yang mencoba, meniru dan menandingi Al-Qur’an. Bahkan ada yang mengklaim dirinya sebagai Nabi, seperti Musailamah Al-Kadzdzab, Thulaihah,  Habalah bin Ka’ab dan lain-lain. Akan tetapi mereka semuanya menemui kegagalan, bahkan mendapat cemooh dan hinaan dari masyarakat.

Sebagai contoh kata-kata Musailamah Al-Kadzdzab yang dianggapnya dapat menandingi sebagian ayat-ayat Al-Qur’an adalah:

يَا ضِفْدَعُ بِنْتَ ضِفْدَعَيْنِ، نَقِّيْ مَا تَنِقِّيْنَ، أَعْلاَكِ فِى الْمَاءِ وَاَسْفَلَكِ فِى الطِّيْنِ.

Artinya: “Hai katak anak dari dua katak, berkuaklah sesukamu, bahagian atas engkau di air dan bahagian bawah engkau di tanah”.

Seorang sastrawan Arab terkemuka, yaitu Al-Jahiz telah memberikan penilaiannya atas gubahan Musailamah ini dalam bukunya Al-Hayawan, “Saya tidak mengerti apakah gerangan yang menggerakkan jiwa Musailamah menyebut katak dan sebagainya itu. Alangkah kotornya gubahan yang dikatakannya sebagai ayat Al-Quir’an itu yang turun kepadanya sebagai wahyu.”

Ternyata memang mereka tidak sanggup menandinginya dan bahkan bungkam seribu bahasa menghadapi tantangan Allah itu.

Karena itulah maka kita kini membaca, memahami, dan mentadabburi Al-Qur’an, dan sekaligus dapat merasakan kemu’jizatannya, baik dari aspek bahasa maupun makna kandungannya.  Maka lebih baik kita tunduk dan patuh, dan menerima dengan tulus ikhlas Al-Quran.

Janganlah sampai dilanjutkan lagi sikap yang ragu-ragu itu. Karena meneruskan keraguan terhadap perkara yang sudah nyata, akibatnya hanyalah kecelakaan bagi diri sendiri. Jika kebenaran yang telah diakui oleh hati masih juga ditolak, artinya lebih memilih jalan yang lain yang justru membawa kesesatan. Kalau dipilih jalan sesat, tentu nerakalah ujungnya yang terakhir. Neraka yang apinya dinyalakan dengan manusia dihukum dimasukkan ke dalamnya bercampur dengan batu-batu. Na’udzubillahi min dzalik. (P4/P2)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

=====
Ingin mendapatkan update berita pilihan dan info khusus terkait dengan Palestina dan Dunia Islam setiap hari dari Minanews.net. Yuks bergabung di Grup Telegram "Official Broadcast MINA", caranya klik link https://t.me/kbminaofficial, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Dalam QS Al-Baqarah ayat 23 berisi tantangan kepada siapa pun yang meragukan kebenaran Alquran untuk membuat?