Dalam memasuki masa grahasta Asrama ada tiga tujuan hidup yang harus dilaksanakan adalah

Catur Asrama terdiri atas dua kata yakni “ Catur”, yang berarti empat dan “Asrama”, berarti tahapan atau jenjang. Catur Asrama merupakan empat jenjang kehidupan yang harus dijalani untuk mencapai moksa.

Catur asrama dapat pula diartikan sebagai empat lapangan atau tingkatan hidup manusia atas dasar keharmonisan hidup, dimana pada setiap tingkat kehidupan manusia diwarnai oleh adanya ciri- ciri tugas kewajiban yang berbeda antara satu masa (asrama) dengan masa lainnya, yang juga merupakan kesatuan yang tak dapat dipisahkan

Ada 4 pembagian dalam catur Asrama. Di antaranya adalah:

  • Brahmacari Asrama
  • Grhasta Asrama
  • Wanaprasta Asrama
  • Saniasa/ Bhisuka

Brahmacari Asrama

Brahmacari terdiri dari dua kata yaitu Brahma yang berarti ilmu pengetahuan dan cari yang berarti tingkah laku dalam mencari dan menuntut ilmu pengetahuan. Brahmacari merupakan tingkatan hidup bagi orang-orang yang sedang menuntut ilmu pengetahuan.

Menurut ajaran agama hindu, dalam brahmacari asrama, para siswa dilarang mengumbar hawa nafsu. Adapun hubungan antara perilaku seksual dan brahmacari dapat di ketahui melalui istilah berikut :

Orang yang tidak kawin semasa hidupnya, bukan karena tidak mampu, melainkan karena mereka sudah berkeinginan untuk nyukla brahmacari sampai akhir hayatnya.

Orang yang menikah sekali dalam masa hidupnya

Adalah pemberian izin untuk menikah maksimal 4 kali karena suatu alasan yang tidak memungkinkan diberikan oleh sang istri, seperti isang istri tidak dapat menghasilkan keturunan, istri sakit-sakitan, dan lain sebagainya.

Grhasta Asrama

Tahapan ini adalah yang kedua tentang grhasta, yakni  berumah tangga .tahapan ini dimasuki pada saat perkawinan. Pada tahapan ini merupakan hal yang sangat penting, karena menunjang yang lainnya.

Perkawinan merupakan salah satu acara suci bagi seorang Hindu. Istri merupakan rekan dalam kehidupan ( Ardhangini ), ia tidak dapat melakukan ritual agama tanpa istrinya.

Sebuah rumah tangga harus mendapatkan artha yang berlandaskan dhrma dan dipergunakan dengan cara yag pantas. Ia harus memberikan 1/10 bagian dari penghasilannya untuk amal.

Beberapa kewajiban yang harus dilaksanakan dalam berumah tangga :

  • Melanjutkan keturunan
  • Membina rumah tangga
  • Bermasyarakat
  • Melaksanakan panca yajnya

Wanaprasta Asrama

Tahapan yang ketiga wanaprstha. Tahapan ini merupakan suatu persiapan bagi tahap akhir yaitu sannyasa. Setelah melepaskan segala kewajiban seorang kepala rumah tangga, ia harus meninggalkanya menuju hutan atau sebuah tempat terpencil di luar kota untuk memulai meditasi dalam kesunyian pada masalah spiritual yang lebih tinggi.

Dalam masa ini kewajiban kepada keluarga sudah berkurang, melainkan ia mencari dan mendalami arti hidup yang sebenarnya, aspirasi untuk memperoleh kelepasan/ moksa dipraktekkannya dalam kehidupan sehari- hari.

Adapun ciri-ciri orang yang telah dapat masuki tahap wanapratha ini adalah:

  • Usia yang sudah lanjut,
  • Mempunyai banyak pengalaman hidup,
  • Mampu mengatasi gelombang pahit getirnya kehidupan,
  • Mempunyai kebijaksanan yang dilandasi oleh ajaran agama dan ilmu pengetahuan.
  • Telah memiliki keturunan atau generasi lanjutan yang sudah mapan dan mampu hidup mandiri.serta tidak bergantung lagi pada orang tua baik dibidang ekonomi maupun yang lainnya.

Saniasa/ Bhisuka

Tahap yang terkhir adalah saniasa. Bila seseorang laki- laki dalam tahap ini, ia meninggalkan semua miliknya, segala perbedaan golongan, segala upacara ritual dan segala keterikatan pada suatu negara, bangsa atau agama tertentu.

Ia yang berada dalam tahap hidup sendiri dan menghabiskan waktunya dalam meditasi. Bila ia mencapai keadaan yang indah dari meditasinya yang mendalam, ia mengembirakan dalam dirinya sendiri. Ia sepenuhnya tak tertarik pada kenikmatan duniawi.

Kedua adalah Ia bebas dari rasa suka dan tidak suka, keinginan, keakuan, nafsu ,kemarahan, kesombongan dan ketamakan. Ia memiliki visi yang sama dan pikiran yang seimbang dan ia mencintai semuanya.  Ia  dalam tahap ini mengembara dengan bahagia dan menyebarkan brahma jnana atau pengetahuan sang diri. Ia sama ketika dihormati maupun dicaci, dipuja dan dikecam, berhasil maupun gagal.

Pelajari lebih lanjut

========================

Detil Jawaban

Kode          : 11.3.1

Kelas          : 11 SMA

Mapel         : Sejarah

Bab             : Kerajaan Hindu Buddha di Indonesia

#AyoBelajar

Nāsti satyāt paro dharmo nānṛtāt pātakam param,

Triloke ca hi dharma syāt tasmāt satyam nalapoyet

Terjemahannya

Tidak ada Dharma (kewajiban suci) yang lebih tinggi dari kebenaran (satya), tidak ada

dosa yang lebih rendah daripada dusta. Dharma harus dilaksanakan di ketiga

dunia ini dan kebenaran harus tidak dilanggar

Slokāntara. 3.7.

A. Pengertian Catur Asrama

Perenungan

Teṣu saṁyag varttamāno

Gacchatyamaralokatam,

Yathā saṁkalpitāṁ ceha

sarvāṁ kāmān samaśnute

Terjemahan adalah.

Ketahuilah bahwa ia yang selalu melaksanakan kebajikan-kebajikan (dharma) yang telah diatur dengan cara-cara yang benar, mencapai tingkat kebebasan yang sempurna kelak dan memperoleh semua keinginan yang diharapkan.

Manawadharmasastra, II.5.

Memahami Teks.

Kelahiran sebagai manusia merupakan sesuatu yang sangat utama. Manusia merupakan mahluk yang memiliki kelebihan dibandingkan dengan mahluk karena manusia memiliki pikiran. Dengan pikiran, manusia bisa meningkatkan kesadarannya sehingga tujuan hidup manusia yaitu Mokshartham Jagadhita Ya Ca Iti Dharma akan tercapai. Namun pikiran terkadang juga bisa menggiring manusia untuk berbuat yang tidak baik dan bertentangan dengan ajaran-ajaran Dharma. Untuk mencapai tujuan agama Hindu yaitu Moksartham jagadhita ya ca iti dharma, ajaran agama Hindu memberikan penjenjangan spiritual yang disebut dengan Catur Asrama.

Catur Asrama berasal dari bahasa sansekerta yaitu dari kata Catur berarti empat dan kata Asrama berarti tahapan kehidupan, tingkat atau jenjang kehidupan. Catur Asrama dapat diartikan sebagai empat jenjang kehidupan masyarakat. Jenjang kehidupan tersebut dihubungkan dengan umur, tingkat ilmu pengetahuan, tingkat spiritual, sifat dan prilaku atau moralitas seseorang.

Empat tahapan kehidupan, tingkat atau jenjang kehidupan, terdiri dari : Brahmacari (tahapan belajar atau masa menuntut ilmu pengetahuan), Grhastha (tahapan berumah tangga), Wanaprastha (tahapan penghuni hutan atau pertapa dan yang terakhir adalah Sannyasin (kehidupan penyangkalan atau bhiksuka).

Uji Kompetensi.

  1. Setelah mencermati teks tersebut, apakah yang kamu ketahui tentang Catur Asrama?
  2. Tunjukkanlah manfaat Catur Asrama dalam kehidupan! Jelaskan!
  3. Apakah kamu juga melaksanakan jenjang Catur Asrama? Jelaskan!
  4. Buatlah sebuah rencana kehidupan kamu dikaitkan Catur Arama! Sebelumnya diskusikan dulu dengan orang tuamu di rumah.

B. Bagian-Bagian Catur Asrama

Perenungan

Catur Āśrama ngaranya Brahmacari, Grhastha, Wanaprastha, Bhiksuka, Nahan tang Catur Āśrama ngaranya.

Terjemahan adalah.

Yang bernama Catur Āśrama adalah Brahmacari, Grhastha, Wanaprastha dan Bhiksuka.

Sloka Silakrama hal 8

Memahami Teks.

Catur Asrama dalam pelaksanaannya tidaklah mutlak harus dilaksanakan keempat jenjangnya. Catur Asrama memberikan ajaran tentang masa yang cocok bagi seseorang untuk menjalani kehidupannya. Masa yang cocok bagi seseorang untuk menempuh ilmu adalah ketika usia muda, kemudian setelah matang dengan ilmu yang dimiliki seseorang bisa melanjutkan ke jenjang pernikahan. Adakalanya umat Hindu memilih untuk tidak menikah dan melanjutkan hidup sebagai wanaprastin, hal ini tidak disalahkan dalam ajaran Catur Asrama. Adapun pelaksanaan ajaran Catur Asrama adalah yang dibenarkan adalah sebagai berikut ini.

-Brahmacari – Grhasta – Wanaprasta – Bhiksuka

-Brahmacari – Wanaprasta – Bhiksuka

Setiap orang dalam masyarakat Hindu diwajibkan untuk mengawali kehidupannya dengan melaksanakan Brahmacari. Setelah mantap dalam Brahmacari, tahap selanjutnya adalah melaksanakan Grhasta. Setelah melakukan Grhasta dilanjutkan melakukan Wanaprasta dan berlanjut ke Bhiksuka.

Namun tidak semua orang memilih untuk melakukan Grhasta asrama dan memilih untuk langsung ke Wanaprasta. Hal ini dibenarkan oleh ajaran Catur Asrama karena grhasta bukanlah sesuatu yang mutlak harus dilaksanakan oleh umat Hindu. Bagi umat Hindu yang memilih tidak menikah disebut sukla brahmacari dalam ajaran agama Hindu

1. Brahmacari Asrama

Brahmacari merupakan jenjang pertama dalam Catur Asrama yang wajib dilalui oleh umat Hindu. Sejak lahir ke dunia ini manusia sudah mulai belajar. Belajar berbicara, belajar merangkak, belajar berjalan, belajar berfikir, belajar bekerja, belajar tentang apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan, diucapkan dan dipikirkan.

uttiṣṭhata-ava paśyata

terjemahannya adalah.

Wahai umat manusia, bangkitlah, berpikir dan pandanglah jauh kearah depan.

Atharvaveda VII.75.1.

Makin bertambah umur, makin banyak yang harus dipelajari. Manusia yang berpikir hanya untuk hari ini saja, tanpa memikirkan masa depan yang akan dihadapinya sama halnya dengan orang yang sedang tertidur lelap. Ia tidak menyadari akan tantangan yang akan dihadapinya dimasa yang akan datang. Mulai berpandangan kedepan menandakan ia mulai bangkit. Bangkit dari tidur untuk selanjutnya mulai berpikir tentang apa yang harus dilakukan untuk menghadapi masa depan. Jawabannya sudah pasti adalah ilmu pengetahuan.

Ilmun pengetahuan adalah satu-satunya bekal seseorang untuk menghadapi permasalahannya dimasa yang akan datang. Tanpa ilmu pengetahuan, seseorang tidak akan pernah menjadi manusia sempurna. Sempuna secara fisik tidak menjamin kesuksesan seseorang. Walaupun fisik tidak sempurna, namun apabila jiwanya sempurna maka kesuksesan akan dapat diraihnya. Cara untuk menyempurnakan jiwa adalah pengetahuan. Mencari pengetahuan sebanyak-banyaknya akan membawa kesempurnaan bagi jiwa seseorang.

Ilmu pengetahuan seni dan teknologi yang harus ditelaah untuk bekal dalam memasuki tahap hidup selanjutnya. Ada banyak hal yang perlu dipelajari, baik melalui pendidikan formal, informal maupun nonformal. Semua pengetahuan, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, kegemaran, sikap dan lainnya yang diperoleh semasa kehidupan brahmacari merupakan potensi yang diperoleh akibat belajar, akan sangat menentukan warna kehidupan berikutnya. Hal ini akan menghasilkan perubahan pada diri seseorang baik aktual maupun potensial.

Vidvidbhih sevitaḥ sadbhir

Nityam adveṣa rāgibhiḥ,

hṛdaye nābhyanu jñāto

yo dharmasutram nibhodata

Terjemahannya adalah.

Pelajarilah hukum-hukum suci yang diikuti oleh orang yang mendalami ajaran Veda, hukum yang diresapkan dalam hati oleh orang-orang budiman, mereka yang tak pernah punya rasa benci maupun cinta berlebihan.

Manawa Dharmasastra, II.I.

Manusia dilahirkan dengan pemikiran yang masih kosong, atau bersih. Pikiran inilah yang akan diisi lewat pengalaman dan pengetahuan seorang anak. Informasi apapun yang masuk pada diri anak akan menentukan watak yang terbentuk dalam dirinya, oleh karenanya masa muda sudah seharusnya untuk mempelajari ilmu pengetahuan yang benar. Mengisi diri dengan ilmu pengetahuan yang berguna, sehingga dikemudian hari dapat dijadikan bekal untuk menghadapi setiap tangtangan dalam hidup.

Yajñena yajñamayanta devāstāni

dharmāṇi prathamānyāsan,

te ha nākam mahimānaḥ sacanta yatra

pūrve sādhyāḥ santi devāḥ.

Terjemahannya adalah.

Para sarjana melalui jñānayajña memuja Tuhan Yang Maha Esa, mereka mendapatkan tempat yang utama dengan dharma dan karmanya. Mereka pasti dengan penuh keagungan mencapai moksa. Melalui yogasādhana (menghubungkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan disiplin yang ketat) menikmati kebahagiaan sejati berupa moksa, bebas dari duka cita. Demikian agar engkau berusaha seperti itu.

Yajurveda XXXI.16.

Ilmu pengetahuan akan memberikan siapapun yang memilikinya mendapatkan posisi di masyarakat. Posisi terhormat sesuai dengan dharma dan karma seseorang. Yang bisa dilakukan para sarjana agar mendapatkan keagunbgan dan pembebasan (moksha) adalah jñānayajña. Korban suci yang tulus ikhlas tanpa pambrih dengan mempersembahkan pengetahuan yang dimilikinya. Persembahan yang dilakukan diwujudkan dalam bentuk membimbing dan melakukan pengajaran kepada masyarakat disekitarnya. Memberikan pelajaran tanpa terikat akan hasilnya merupakan bentuk dari jñānayajña.

2. Grhasta Asrama

Kata grahasta berasal dari dua kata yaitu kaya Grha artinya rumah, stha artinya berdiri. Grahasta adalah masa untuk berumahtangga. Sikap mental dan spiritual perlu dibangun dari awal sebelum seseorang masuk ke masa Grhasta Asrama.  Dalam membangun Rumah Tangga yang baik, diperlukan komitmen antara suami dan istri untuk membentuk keluarga yang baik. Keluarga dibangun bukan hanya dengan harta, namun juga dengan dharma dan pengabdian.

Anenopanayare ‘piprāpte viśemāha:

Vaivāhiko vaidikaḥ smṛtaḥ,

Patisevā gurau vāso

gṛhārtho ‘gni pariṣkrayā

Terjemahannya adalah.

Bagi wanita, upacara perkawinan dinyatakan merupakan samskara menurut Veda yang mulainya sama dengan upacara inisiasi, melayani suami sama dengan berdiam di asrama guru dan kewajiban-kewajiban rumah tangga sama dengan permujaan sehari-hari pada api suci.

Manawa Dharmasastra, II.67.

Dengan memasuki tahap hidup Grhasta, bukan berarti seseorang berhenti belajar. Belajar berlaku untuk sepanjang hidup. Seseorang harus terus belajar dalam hidupnya, sebab masalah akan terus  muncul dan berkembang seiring perkembangan jaman. Tantangan yang terus berkembang disetiap jaman sehingga menuntut setiap orang untuk belajar terus agar selalu siap dalam menghadapi setiap masalah.

Iha ratiriha ramadvamiha dhṛtiriha svadhṛtiḥ.

Terjemahannya adalah.

Semoga terdapat cinta-kasih di dalam keluarga. Semoga semuanya hidup dengan penuh kasih sayang dimuka bumi ini. semoga terdapat kesabaran, kematangan, kemantapan dan kepercayaan diri.

Yajurveda, VIII.51.

Cinta kasih dalam keluarga akan memperkuat hubungan antar keluarga. Cinta kasih akan mendekatkan hubungan keluarga, antara suami, istri dan anak-anak, serta orang-orang yang ada dirumah tersebut. Tanpa cintakasih, maka hubungan yang dibangun tidak akan baik, dan memungkinkan terjadinya perpecahan. Keluarga-keluarga yang mengembangkan cinta kasih dalam kehidupannya, maka Tuhan akan hadir untuk memberkatinya dengan kebahagiaan.

3. Wanaprastha asrama

Wanaprastha terdiri dari dua kata yaitu “wana” dan “prastha. Wana artinya hutan, sedangkan prastra yang artinya berjalan atau berdoa. Wanaprastha diartikan masa untuk berdoa atau menghubungkan diri dengan Idha Sang Hyang Widhi Wasa dengan mengasingkan diri di hutan.

Hidup mengasingkan diri di hutan bertujuan untuk menjauhkan diri dari kehidupan duniawi, sehingga memiliki kesiapan untuk melanjutkan perjalanan  spiritual selanjutnya.

Yoga-sthaḥ kuru karmāṇi saṅgaṁ tyaktvā dhanañjaya,

Siddhy-asiddhyoḥ samo bhūtvā samatvam yoga ucyate.

Terjemahannya adalah.

Mantap dalam yoga, lakukanlah kewajibanmu, wahai dananjaya (Arjuna), dengan melepaskan keterikatan, dengan pikiran yang seimbang dan mantap baik dalam keberhasilan maupun dalam kegagalan, sebab pikiran seimbang dan mantap itulah yang disebut yoga.

Bagavad Gīta, II.48

Yoga tidak harus dilaksanakan dengan duduk diam untuk bisa menyeimbangkan pikiran guna melepaskan keterikatan. Inti dari yoga adalah keseimbangan pikiran, bisa menerima keberhasilan dan kegagalan. Seseorang dengan tetap beraktifitas masih bisa melakukan yoga. Seorang yogi akan menjadi sangat produktif, karena bekerja dengan pikiran yang seimbang akan membawa hasil yang luar biasa. Pikiran yang suci akan menghasilkan sebuah karya suci. Dengan pikiran seimbang, seseorang tidak mungkin menjadi pencuri ataupun koruptor. Menjalani hidup wanaprashta seseorang akan tetap bisa berada di masyarakat, dan menghasilkan karya yang baik bagi kelangsungan hidup manusia.

4. Bhiksuka Asrama

Bhiksuka adalah jenjang terakhir dari catur asrama, yang sering disebut sanyasin. Bhiksuka berasal dari kata biksu yang merupakan sebutan pendeta. Bhiksu artinya meminta-minta, jadi bhiksuka merupakan tahap meminta-minta. Bhiksuka merupakan tahapan seseorang yang sudah tidak terikat lagi dengan keterikatan duniawi. Ketidak terikatan pada dunia tidak dihasilkan dari proses ritual, inisiasi, maupun hasil perguruan tertentu.

Ketidak terikatan pada dunia bukanlah sebuah pendapat atau pemikiran semata dari seseorang, namun merupakan kesadaran. Orang yang tidak terikat akan kehidupan dunia adalah orang yang sepenuhnya tidak terikat yang dihasilkan dari pengetahuannya tentang kebenaran dibalik dunia ini.

Bhagavān uvāca:

Prajahāti yadā kāmān sarvān pārtha mano-gatān,

Ātmany evātmanā tuṣṭaḥ sthita-prajñas taddocyate.

Terjemahannya adalah.

Bhagavān berkata:

Ketika seseorang menanggalkan semua keinginan-keinginan pikirannya, wahai Partha (Arjuna), dan ketika jiwa-nya puas dalam dirinya sendiri, maka barulah orang yang demikian mantap kecerdasannya dalam kesadaran rohani dan disebut shitaprajña (terbebas dari nafsu, konsentrasi kepada Idha Sang Hyang Widhi)

Bagavad Gīta II.55

Meninggalkan semua keinginan-keinginan pikiran dimaksud adalah mengendalikan keinginan-keinginan yang timbul dari pikiran. Keinginan yang timbul dari pikiran apabila tidak bisa terpenuhi akan menimbulkan beban bagi pikiran. Bagi seseorang yang bisa meninggalkan keinginan-keinginan secara otomatis akan merasa puas akan apa yang diperolehnya. Ia akan merasa puas akan diri, walau seburuk apapun duka yang dihadapinya. Ia memiliki kemantapan rohani, dan setelah semua ini ada dalam diri seseorang ia dikatakan memiliki kemantapan rohani. Ialah yang disebut Brahmana, yang telah berada dalam jenjang kehidupan seorang Bhiksuka. Bhiksuka sangat dikaitkan dengan kesadaran seseorang. Bhiksuka bukanlah sebuah masa yang sudah pasti dilalui. Tidak semua orang bisa mencapai tahapan bhiksuka, artinya tidak semua orang bisa memperoleh kesadaran. Kesadaran sangat berkaitan dengan sifat manusia yang memang sudah terbebaskan dari ikatan-ikatan duniawi.

duḥkheṣv anudvigna-manāḥ sukheṣu vigata-spṛhaḥ,

vīta-rāga-bhaya-krodhah sthita-dhīr munir ucyate

Terjemahannya adalah.

Dia yang pikirannya tidak terganggu di tengah-tengah kesedihan dan terbebas dari nafsu yang berlebihan di tengah-tengah kenikmatan, dia yang di mana nafsu, ketakutan dan kemarahan telah sirna, dia disebut seorang muni, orang suci yang memiliki kecerdasan yang mapan.

Bagavad Gīta II.56.

Bikshuka merupakan jenjang seseorang yang sudah dalam keadaan tidak terganggu di tengah-tengah kesedihan dan terbebas dari nafsu yang berlebihan di tengah-tengah kenikmatan, dia yang di mana nafsu, ketakutan dan kemarahan telah sirna. Seorang dalam tahap ini dalam Bagavad Gīta disebut Muni atau orang suci yang memiliki kecerdasan yang mapan. Dalam tahap ini seseorang tidak lagi punya pikiran untuk bekerja dan menerima segala sesuatu yang diberikan oleh alam. Kematian tidak lagi menjadi beban bagi dirinya. Sudah sewajarnya seorang yang masuk dalam tahapan ini dilayani oleh orang disekitarnya, oleh karena itu pada masa ini disebut masa meminta-minta, walaupun sesungguhnya seorang Bhiksu, muni, yogi, atau apapun sebutannya tidak pernah meminta sesuatu.

Secara alami manusia biasanya masuk ke masa Bhiksuka ketika usia mulai tua. Orang yang sudah tua dari segi usia, secara alami tidak lagi terikat oleh nafsu duniawi, kebijaksanaan akan muncul karena tidak adanya dorongan nafsu dari dalam dirinya. Seseorang diusia tua tidak akan takut akan kematian, dan selalu siap menyambut datangnya kematian. Pada usia tua seseorang tidak akan lagi bekerja untuk menghasilkan materi, oleh karenanya seorang anak yang baik atau keluarga dekat, ataupun orang sekitarnya yang  masih muda berkewajiban untuk melayaninya.

Uji Kompetensi.

  1. Setelah mencermati teks tersebut, apakah yang kamu ketahui tentang Pembagian Catur Asrama?
  2. Tunjukkanlah bagaimana pelaksanaan Wanaprasta di masyarakat! Jelaskan!
  3. Bila disekitar rumahmu ada orang tua yang tidak bisa lagi bekerja dan terlantar, apa yang akan kamu lakukan untuknya? Jelaskan! Sebelumnya diskusikan dulu dengan orang tuamu di rumah.

C. Prilaku Santun dan Cinta Damai Dalam Menjalankan Swadharma Catur Asrama Dalam Kehidupan

Tapaś caivāstāṁ karma cāntar mahatyarṇave…

Terjemahannya adalah.

Tapa (pengendalian diri) dan keteguhan hati adalah satu-satunya juru selamat didunia yang mengerikan.

Atharvaveda, XI. 8.2.

Kehidupan di dunia ini digambarkan sebagai suatu yang mengerikan dalam Atharvaveda. Bagaimana tidak mengerikan, di Dunia ini manusia hidup dalam kegelapan (avidya). Manusia tidak mengetahui asal dan kemana akhir dari kehidupan ini, dan menganggap bahwa kehidupan di Dunia ini sebagai sesuatu yang nyata dan kematian akan mengakhiri segalanya.

Inilah realita yang terjadi di masyarakat, bahwa manusia dijaman sekarang lebih mementingkan bagaimana bisa hidup senang didunia ini, tanpa memikirkan dampak apa yang akan terjadi setelah kematian menjemput. Catur Asrama mengajarkan bagaimana manusia merancang sebuah kehidupan yang harmonis di dunia kemudian mencapai tujuan hidup ketika manusia meninggal dunia.  Manusia mengawali jenjang kehidupannya dari Brahmacari Asrama atau mencari ilmu pengetahuan yang benar, karena ilmu pengetahuan yang benar ibarat sebuah lentera dalam kegelapan yang dapat menerangi manusia dari kegelapan.

Dengan ilmu pengetahuan yang benar jenjang kehidupan selanjutnya akan dilalui dengan benar pula,  apakah manusia memilih untuk melaksanakan Grahasta Asrama atau langsung melaksanakan Wanaprastha Asrama. Apabila manusia memilih untuk melanjutkan jenjang Grahasta Asrama ilmu pengetahuan yang benar akan memberikan tuntunan bagaimana membangun keluarga yang harmonis, sedangkan bila manusia memilih untuk melanjutkan ke jenjang wanaprastha maka ilmu pengetahuan yang benar akan membantunya dalam membebaskan diri ikatan keduniawian.

Kunci kesuksesan dari manusia dalam melalui jenjang Catur Asrama ini adalah bagaimana ia mengembangkan prilaku yang sesuai dengan ajaran Agama Hindu. Prilaku seseorang akan berdampak pada kehidupan yang akan dijalaninya seperti seorang yang berladang, apapun yang ditanamnya akan berdampak pada apa yang akan dipetiknya.

Sukhampātitaṁ sewan dukham

apatitaṁ bhaja

kālaṁ praptamuspāsīta

sasyānāmiwa karṣakah

Terjemahannya adalah.

Nikmatilah kesenangan dan kesusahan itu

Tahan uji terhadap suka maupun duka

Bekerjalah sambil melakukan perbuatan dharma

Seperti petani, tahan uji terhadap panas-dingin

Sambil menanti datangnya panen yang akan datang.

Sārasamuscaya, Sloka 497.

Prilaku santun dan cinta damai merupakan kunci dari keberhasilan dalam menjalani Catur Asrama. Prilaku santun merupakan prilaku ramah yang diperlihatkan seseorang untuk menghormati orang lain sehingga tercipta kondisi yang nyaman dan harmonis, sedangkan damai merupakan sebuah kondisi tenang tanpa adanya sebuah konflik. Prilaku santun dikembangkan untuk menciptakan kedamaian. Kedamaian merupakan tujuan dari agama Hindu seperti mantra penutup yang biasanya diucapkan oleh umat Hindu yaitu “Santih” yang artinya damai.

1. Mengembangkan Prilaku Santun dan Cinta Damai dalam Brahmacari Asrama

pāvakavarṇāḥ śucayo vipaścitaḥ

Terjemahannya adalah.

Mereka (para siswa) memiliki kecemerlangan bagaikan cemerlangnya api, memiliki kekuatan membedakan yang baik dan buruk dan mereka cerdik dan bijaksana.

Prilaku santun perlu dikembangkan dalam menuntut ilmu di sekolah.  Dengan mengembangkan prilaku santun, seorang siswa akan menjadi siswa yang sangat berharga. Berikut beberapa prilaku santun dan cinta damai yang bisa dikembangkan disekolah oleh siswa, seperti diuraikan dibawah ini.

  1. Menghormati guru disekolah
  2. Mengikuti nasehat guru
  3. Memperhatikan penjelasan guru disekolah
  4. Menyapa dan member salam pada guru, pegawai, teman dan semua komponen yang ada di sekolah.
  5. Menghargai teman disekolah
  6. Membantu teman yang dalam kesulitan
  7. Menghargai pendapat orang lain
  8. Ikut menjaga kebersihan sekolah
  9. Tidak melakukan kegiatan yang melanggar peraturan sekolah
  10. Menjaga nama baik sekolah

Prilaku santun dan cinta damai bukan hanya dikembangkan siswa disekolah, namun juga dikembangkan dirumah dan dimasyarakat. Berikut beberapa prilaku santun dan cinta damai yang bisa dikembangkan baik dirumah maupun dimasyarakat oleh siswa, seperti diuraikan dibawah ini.

  1. Menghormati orang yang lebih tua, baik itu orang tua, nenek-kakek, kakak, paman atau siapapun yang labih tua.
  2. Mengikuti petunjuk dan perintah orang tua.
  3. Mendengarkan orang tua ketika berbicara.
  4. Meminta izin pada orang tua apabila bepergian.
  5. Ikut serta menjaga kebersihan lingkungan, baik di rumah maupun di masyarakat dengan ikut gotong royong.
  6. Meminta maaf apabila melakukan kesalahan
  7. Menolong orang yang membutuhkan

2. Mengembangkan Prilaku Santun dan Cinta Damai dalam Grhasta Asrama

Kehidupan Grhasta menuntut kedewasaan dan pengetahuan yang memadai bagi seseorang untuk membina rumah tangga. Pemahaman yang diharapkan pada jenjang grahasta asrama bukan hanya pada bagaimana membangun keluarga yang harmonis, namun juga mampu bermasyarakat dan beragama terutama mampu melaksanakan panca yajña. Prilaku santun dan cinta damai sangat diperlukan dalam jenjang grhasta karena akan sangat membantu terbentuknya keluarga yang harmonis dan dihormati dimasyarakat.

Śila pangweruheng kula sirang sujana panêngêran, ring warabhoga pustining awaknya juga panêngêran, sihning amrita sambhramanikātiśaya panêngêran, ring ksama ken upekṣa sira sang wiku panêngêran

Terjemahannya adalah.

Tingkah sopan santun itu adalah cirri-ciri orang keturunan baik-baik. Ciri-ciri makanan yang baik ialah yang membuat badan sehat dan tegap, cirri-ciri orang yang bersahabat baik ialah dengan dinyatakannya keramah-tamahan yang tulus. Dan sifat suka memberi apapun dan jujur hati itulah ciri-ciri sifat orang suci.

Nitisastra II.8.

Berikut beberapa prilaku santun dan cinta damai yang bisa dikembangkan baik dirumah maupun dimasyarakat ketika memasuki jenjang Grhasta Asrama, diuraikan seperti dibawah ini.

  1. Menghormati orang yang lebih tua, baik itu orang tua, nenek-kakek, kakak, paman atau siapapun yang labih tua.
  2. Saling setia antara suami dan Istri.
  3. Membangun komunikasi bijak dengan orang tua.
  4. Mengikuti peraturan dalam bermasyarakat.
  5. Mengembangkan sikap toleransi.
  6. Mencintai anak-anak
  7. Membina anak-anak menjadi anak yang suputra.
  8. Ikut serta menjaga kebersihan lingkungan, baik di rumah maupun di masyarakat dengan ikut gotong royong.
  9. Meminta maaf apabila melakukan kesalahan.
  10. Menolong orang yang membutuhkan

3. Mengembangkan Prilaku Santun dan Cinta Damai dalam Wanaprastha Asrama

Tahap wanaprastha yang diartikan sebagai jenjang untuk hidup di hutan untuk menjauhkan diri dari ikatan duniawi, diimplementasikan dikehidupan sekarang dengan hidup ditengah-tengah masyarakat namun mulai mengurangi aktifitas dan keterikatan duniawi. Dalam memasuki tahap grhasta prilaku santun dan cinta damai menjadi sesuatu yang mutlak harus dilaksanakan. Prilaku santun dan cinta damai menunjukkan tingkat kedewasaan seseorang.

Dalam tahap wanaprastha prilaku santun dan cinta damai merupakan pencerminan orang yang memasuki jenjang wanaprastha.

Muktimichase cettasa

Visayam visavattyaja

kṣamarjavam dayam saucam

satvam piyusavat piva

Terjemahannya adalah

Jika menginginkan mokṣa atau pembebasan

Tinggalkanlah semua objek kesenangan indra

Belajarlah hidup suka mengampuni

Berprilaku baik dan benar, cinta kasih kepada semua mahluk,

 jaga kesucian batin dan kebenaran

Canakya Niti Sastra, IX-1

Berikut beberapa prilaku santun dan cinta damai yang bisa dikembangkan baik dirumah maupun dimasyarakat pada  jenjang Wanaprastha, diuraikan seperti dibawah ini.

  1. Mengembangkan rasa kasih sayang terhadap sesama mahluk.
  2. Berkata-kata halus dan menampakkan sikap tenang.
  3. Membangun komunikasi bijak dengan semua orang
  4. Memaafkan oranglain
  5. Mengikuti peraturan bermasyarakat.
  6. Mendalami ajaran-ajaran suci keagamaan.
  7. Memberikan nasehat yang baik kepada anak, cucu dan keluarga lainnya.
  8. Mengembangkan sikap toleransi.
  9. Membantu keluarga dalam bermasyarakat.

4. Bhiksuka Asrama

Bhiksuka merupakan tahap akhir dalam penjenjangan hidup Catur Asrama. Bhiksuka diidentikkan dengan seorang yang sudah terbebas dari ikatan duniawi. Sikap dan tingkahlaku pada jenjang Bhiksuka selalu menunjukkan rasa kasih sayang dan membuat orang lain menjadi bahagia.

jñeyaḥ sa nitya-sannyāsī yon a dveṣṭi na kāṅkṣanti,

nirdvandvo hi mahā-bāho sukhaṁ bandhāt pramucyate.

Terjemahannya adalah.

Dia yang tiada membenci atau menginginkan sesuatu haruslah diketahui sebagai dia yang memiliki semangat pelepasan terhadap ikatan, karena terbebas dari kegandaan, dia dengan mudah dibebaskan, wahai mahābāhu.

 Bagavad Gīta, V.3.

Berikut beberapa prilaku santun dan cinta damai yang ditunjukkan oleh seorang Bhiksuka, diuraikan seperti dibawah ini.

  1. Mengembangkan rasa kasih sayang terhadap sesama mahluk.
  2. Berkata-kata halus dan menampakkan sikap tenang.
  3. Membangun komunikasi bijak dengan semua orang
  4. Selalu memaafkan orang lain
  5. Hidup dari pemberian orang lain (Selalu mensyukuri apapun yang diberikan oleh orang lain)
  6. Melaksanakan ajaran-ajaran suci keagamaan.
  7. Mengajarkan ajaran-ajaran suci keagamaan.

Uji Kompetensi.

  1. Mengapa prilaku santun dan cinta damai perlu dikembangkan dalam menjalankan swadharma Catur Asrama?
  2. Sikap apa yang akan kamu lakukan apabila ketika pembelajaran dikelas sedang berlangsung, terdapat teman yang ribut-ribut? Jelaskan!
  3. Apa yang akan kamu lakukan jika seandainya ada pengemis masih bisa bekerja dan dalam kondisi sehat, datang meminta-minta kerumahmu? Jelaskan! Sebelumnya diskusikan dulu dengan orang tuamu di rumah.

Was this article helpful?