Bas-relief di Borobudur menampilkan Raja dan Ratu dengan segenap orang bawahan pengiringnya. Adegan keluarga kerajaan seperti ini probabilitas akbar dibuat sesuai istana wangsa Sailendra sendiri. Show
Candi Borobudur, salah satu peninggalan Wangsa Śailendra. Śailendravamśa atau wangsa sailendra merupakan nama wangsa atau dinasti raja-raja yang berkuasa di Sriwijaya, pulau Sumatera; dan di Mdaŋ (Kerajaan Medang), Jawa Tengah sejak tahun 752. Beberapa akbar raja-rajanya merupakan penganut dan pelindung agama Buddha Mahayana. Meskipun peninggalan dan manifestasi wangsa ini biasanya terdapat di dataran Kedu, Jawa Tengah, asal-usul wangsa ini sedang diperdebatkan. Disamping bermula dari Jawa, daerah lain seperti Sumatera atau bahkan India dan Kamboja, sempat diajukan sbg asal mula wangsa ini. Asal-usulDi Indonesia nama Śailendravamsa dijumpai pertama kali di dalam prasasti Kalasan dari tahun 778 Masehi (Śailendragurubhis; Śailendrawańśatilakasya; Śailendrarajagurubhis). Kesudahan nama itu ditemukan di dalam prasasti Kelurak dari tahun 782 Masehi (Śailendrawańśatilakena), dalam prasasti Abhayagiriwihara dari tahun 792 Masehi (dharmmatuńgadewasyaśailendra), prasasti Sojomerto dari sekitar tahun 700 Masehi (selendranamah) dan prasasti Kayumwuńan dari tahun 824 Masehi (śailendrawańśatilaka). Di luar Indonesia nama ini ditemukan dalam prasasti Ligor dari tahun 775 Masehi dan prasasti Nalanda. Tentang asal usul keluarga Śailendra banyak dipersoalkan oleh beberapa sarjana. Berbagai pendapat telah dinyatakan oleh sejarawan dan arkeologis dari berbagai negara. Berada yang mengatakan bahawa keluarga Śailendra bermula dari Sumatra, dari India, dan dari Funan. Teori IndiaMajumdar beranggapan bahwa keluarga Śailendra di Nusantara, baik di Śrīwijaya (Sumatera) maupun di Mdaŋ (Jawa) bermula dari Kalingga (India Selatan). Pendapat yang sama dinyatakan juga oleh Nilakanta Sastri dan Moens. Moens mengasumsikan bahwa keluarga Śailendra bermula dari India yang menetap di Palembang sebelum kedatangan Dapunta Hyang. Pada tahun 683 Masehi, keluarga ini melarikan diri ke Jawa karena terdesak oleh Dapunta Hyang dengan bala tentaranya. Teori FunanGeorge Cœdès lebih condong kepada anggapan bahwa Śailendra yang berada di Nusantara itu bermula dari Funan (Kamboja). Karena terjadi kerusuhan yang menyebabkan runtuhnya kerajaan Funan, kesudahan keluarga kerajaan ini menyingkir ke Jawa, dan muncul sbg penguasa di Medang pada pertengahan zaman ke-8 Masehi dengan memakai nama keluarga Śailendra. Namun teori ini tidak terbukti kuat karena beberapa prasasti dan catatan sejarah mencetuskan bahwa sebelum bermukim di Jawa, keluarga Sailendra telah bermukim turun-temurun di Sumatera. Teori NusantaraTeori Nusantara mengajukan kepulauan Nusantara; terutama pulau Sumatera atau Jawa; sbg tanah cairan wangsa ini. Teori ini mengajukan bahwa wangsa Śailendra mungkin bermula dari Sumatera yang kesudahan berubah dan berkuasa di Jawa, atau mungkin wangsa asli dari pulau Jawa tetapi memperoleh pengaruh kuat dari Sriwijaya. Menurut beberapa sejarawan, keluarga Śailendra bermula dari Sumatera yang bermigrasi ke Jawa Tengah setelah Sriwijaya menerapkan ekspansi ke tanah Jawa pada zaman ke-7 Masehi dengan menyerang kerajaan Tarumanagara dan Ho-ling di Jawa.[1]. Serangan Sriwijaya atas Jawa sesuai atas Prasasti Kota Kapur yang mencanangkan ekspansi atas Bhumi Jawa yang tidak bersedia berbhakti kepada Sriwijaya. Ia mengemukakan gagasannya itu didasarkan atas sebutan gelar Dapunta Selendra pada prasasti Sojomerto. Gelar ini ditemukan juga pada prasasti Kedukan Bukit pada nama Dapunta Hiyaŋ. Prasasti Sojomerto dan prasasti Kedukan Bukit merupakan prasasti yang berbicara Melayu Kuna. Teori Nusantara juga dinyatakan oleh Poerbatjaraka. Pendapat dari Poerbatjaraka yang didasarkan atas Carita Parahiyangan kesudahan diperkeras dengan sebuah temuan prasasti di wilayah Kabupaten Batang. Di dalam prasasti yang dikenal dengan nama prasasti Sojomerto itu diceritakan nama Dapunta Selendra, nama ayahnya (Santanū), nama ibunya (Bhadrawati), dan nama istrinya (Sampūla) (da pū nta selendra namah santanū nāma nda bapa nda bhadrawati nāma nda aya nda sampūla nāma nda ..). Menurut Boechari, tokoh yang bernama Dapunta Selendra merupakan bakal raja-raja keturunan Śailendra yang berkuasa di Mdaŋ. Nama Dapunta Selendra jelas merupakan ejaan Melayu dari kata dalam bahasa Sanskerta Śailendra karena di dalam prasasti digunakan bahasa Melayu Kuna. Bila demikian, jikalau keluarga Śailendra bermula dari India Selatan tentunya mereka memakai bahasa Sansekerta di dalam prasasti-prasastinya. Dengan ditemukannya prasasti Sojomerto telah diketahui asal keluarga Śailendra dengan pendirinya Dapunta Selendra. Sesuai paleografinya, prasasti Sojomerto bermula dari sekitar pertengahan zaman ke-7 Masehi. Menurut Poerbatjaraka, Sanjaya dan keturunan-keturunannya itu ialah raja-raja dari keluarga Śailendra, asli Nusantara yang menganut agama Śiwa. Tetapi sejak Paņamkaran berubah agama dijadikan penganut Buddha Mahāyāna, raja-raja di Matarām dijadikan penganut agama Buddha Mahāyāna juga. Pendapatnya itu didasarkan atas Carita Parahiyangan yang menyebutkan bahwa Rakai Sañjaya menyuruh anaknya Rakai Panaraban atau Rakai Tamperan kepada berubah agama karena agama yang dianutnya (aliran Saiwa) ditakuti oleh semua orang. Kabar tentang Rakai Panangkaran yang berubah agama dari saluran Saiwa dijadikan Buddha Mahayana juga sesuai dengan inti Prasasti Raja Sankhara (koleksi Museum Adam Malik yang sekarang hilang). Kesudahan Prasasti Canggal menyebutkan bahwa Sañjaya mendirikan sebuah lingga di bukit Sthīrańga kepada sasaran dan keselamatan rakyatnya. Diceritakan pula bahwa Sañjaya memerintah Jawa menggantikan Sanna; Raja Sanna mempunyai saudara perempuan bernama Sanaha yang kesudahan dikawininya dan melahirkan Sañjaya. Dari prasasti Sojomerto dan prasasti Canggal telah diketahui nama tiga orang penguasa di Mdaŋ (Matarām), yaitu Dapunta Selendra, Sanna, dan Sañjaya. Raja Sañjaya mulai berkuasa di Mdaŋ pada tahun 717 Masehi. Dari Carita Parahiyangan bisa diketahui bahwa Sena (Raja Sanna) berkuasa selama 7 tahun. Jikalau Sañjaya naik takhta pada tahun 717 Masehi, karena itu Sanna naik takhta sekitar tahun 710 Masehi. Hal ini faedahnya kepada sampai kepada Dapunta Selendra (pertengahan zaman ke-7 Masehi) sedang berada sisa sekitar 60 tahun. Jikalau seorang penguasa memerintah lamanya persangkaan 25 tahun, karena itu setidak-tidaknya sedang berada 2 penguasa lagi kepada sampai kepada Dapunta Selendra. Dalam Carita Parahiyangan diceritakan bahawa Raja Mandimiñak memperoleh putra Sang Sena (Sanna). Ia memegang pemerintahan selama 7 tahun, dan Mandimiñak ditukar oleh Sang Sena yang memerintah 7 tahun. Dari urutan raja-raja yang memerintah itu, bisa diduga bahwa Mandimiñak mulai berkuasa sejak tahun 703 Masehi. Ini faedahnya sedang berada 1 orang lagi yang berkuasa sebelum Mandimiñak. Karena teori Poerbatjaraka sesuai Carita Parahiyangan, karena itu keluarga Śailendra diduga bermula dari pulau Jawa yang berada dibawah pengaruh Sriwijaya. Tokoh Sanna dan Sanjaya bersesuaian ketat dengan sejarah Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh. Mereka pada awal mulanya beragama Siwa seperti biasanya keluarga kerajaan awal di pulau Jawa seperti Tarumanagara dan Holing (Kalingga). Penggunaan bahasa Bahasa Melayu Kuna pada prasasti Sojomerto di Jawa Tengah serta penggunaan gelaran Dapunta menunjukkan bahwa keluarga Sailendra telah dipengaruhi bahasa, tipu daya budi, dan sistem politik Sriwijaya, hal ini menimbulkan dugaan bahwa mereka merupakan vasal atau raja bawahan anggota kedatuan Sriwijaya. Hal ini seiring dengan kabar penaklukan Bhumi Jawa oleh Sriwijaya sebagaimana diceritakan dalam Prasasti Kota Kapur. Berita Tiongkok yang bermula dari masa Dinasti Tang memberitakan tentang Kerajaan Ho-ling yang dikata She-po (Jawa). Pada tahun 674 Masehi rakyat kerajaan itu menobatkan seorang wanita sbg ratu, yaitu Hsi-mo (Ratu Sima). Ratu ini memerintah dengan baik. Ada-adanya ratu ini merupakan pewaris takhta dari Dapunta Selendra? Apabila ya, karena itu diperoleh urutan raja-raja yang memerintah di Mdaŋ, yaitu Dapunta Selendra (?- 674 Masehi), Ratu Sima (674-703 Masehi), Mandimiñak (703-710 Masehi), R. Sanna (710-717 Masehi), R. Sañjaya (717-746 Masehi), dan Rakai Paņamkaran (746-784 Masehi), dst. Era Kerajaan MedangCandi Kalasan sbg tempat pemujaan Dewi Tara. Selama ini kerajaan Medang diasumsikan diperintah oleh dua wangsa yaitu Wangsa Sailendra yang beragama Buddha dan Wangsa Sanjaya yang beragama Hindu Siwa, pendapat ini pertama kali diperkenalkan oleh Bosch.[2] Pada awal era Medang atau Mataram Kuno, wangsa Sailendra cukup dominan di Jawa Tengah. Menurut para pakar sejarah, wangsa Sanjaya awal mulanya berada di bawah pengaruh kekuasaan wangsa Sailendra. Tentang persaingan kekuasaan tersebut tidak diketahui secara pasti, akan tetapi kedua-duanya sama-sama berkuasa di Jawa Tengah. Sementara Poerbatjaraka menolak anggapan Bosch tentang beradanya dua wangsa kembar berlainan agama yang saling bersaingan ini. Menurutnya hanya berada satu wangsa dan satu kerajaan, yaitu wangsa Sailendra dan Kerajaan Medang. Sanjaya dan keturunannya merupakan anggota Sailendra juga.[3] Ditambah menurut Boechari, melewati penafsirannya atas Prasasti Sojomerto bahwa wangsa Sailendra pada mulanya memuja Siwa, sebelum Panangkaran berubah kepercayaan dijadikan penganut Buddha Mahayana. Raja-raja yang berkuasa dari keluarga Sailendra tertera dalam prasasti Ligor, prasasti Nalanda maupun prasasti Klurak, sedangkan raja-raja dari keluarga Sanjaya tertera dalam prasasti Canggal dan prasasti Mantyasih. Sesuai candi-candi, peninggalan kerajaan Mataram Kuno dari zaman ke-8 dan ke-9 yang bercorak Budha (Sailendra) umumnya terletak di Jawa Tengah bidang selatan, sedangkan yang bercorak Hindu (Sanjaya) umumnya terletak di Jawa Tengah bidang utara. Sesuai penafsiran atas prasasti Canggal (732 M) Sanjaya memang mendirikan Shivalingga baru (Candi Gunung Wukir), faedahnya ia membangun dasar pusat pemerintahan baru. Hal ini karena raja Jawa pendahulunya, Raja Sanna wafat dan kerajaannya tercerai-berai diserang musuh. Saudari Sanna merupakan Sannaha, ibunda Sanjaya, faedahnya Sanjaya sedang kemenakan Sanna. Sanjaya mempersatukan bekas kerajaan Sanna, memindahkan ibu kota dan naik takhta membangun kraton baru di Mdang i Bhumi Mataram. Hal ini sesuai dengan hukum budaya dan kepercayaan Jawa bahwa kraton yang sudah pernah pralaya, diserang, kalah dan direbut musuh, sudah buruk peruntungannya sehingga mesti pindah mencari tempat lain kepada membangun kraton baru. Hal ini serupa dengan zaman kesudahan pada masa Mataram Islam yang meninggalkan Kartasura yang sudah pernah direbut musuh dan berubah ke Surakarta. Perpindahan pusat pemerintahan ini bukan faedahnya berakhirnya wangsa yang berkuasa. Hal ini sama dengan Airlangga pada zaman kesudahan yang membangun kerajaan baru, tetapi ia sedang merupakan keturunan wangsa penguasa terdahulu, kelanjutan Dharmawangsa yang juga anggota wangsa Isyana. Karena itu disimpulkan meski Sanjaya memindahkan ibu kota ke Mataram, ia tetap merupakan kelanjutan dari wangsa Sailendra yang menurut prasasti Sojomerto dibangun oleh Dapunta Selendra. Pada masa pemerintahan raja Indra (782-812), puteranya, Samaratungga, dinikahkan dengan Dewi Tara, puteri Dharmasetu, Maharaja Sriwijaya. Prasasti yang ditemukan dekat dari Candi Kalasan memberikan penjelasan bahwa candi tersebut dibangun kepada menghormati Tara sbg Bodhisattva wanita. Pada tahun 790, Sailendra menyerang dan mengalahkan Chenla (Kamboja Selatan), kesudahan sempat berkuasa di sana selama beberapa tahun. Candi Borobudur selesai dibangun pada masa pemerintahan raja Samaratungga (812-833). Borobudur merupakan monumen Buddha terbesar di dunia, dan sekarang dijadikan salah satu kebanggaan bangsa Indonesia. Dari hasil pernikahannya dengan Dewi Tara, Samaratungga memiliki putri bernama Pramodhawardhani dan putra bernama Balaputradewa. Balaputra kesudahan memerintah di Sriwijaya, karena itu selain pernah berkuasa di Medang, wangsa Sailendra juga berkuasa di Sriwijaya. Runtuhnya Wangsa SailendraBerapa sejarahwan berusaha menjelaskan berakhirnya kekuasaan Sailendra di Jawa Tengah mengaitkannya dengan kepindahan Balaputradewa ke Sriwijaya (Sumatera). Selama ini sejarahwan seperti Dr. Bosch dan Munoz menganut petuah beradanya dua wangsa kembar berlainan kepercayaan yang saling bersaing; Sanjaya-Sailendra. Mereka beranggapan Sailendra yang penganut Buddha kalah bersaingan dan terusir oleh wangsa Sanjaya yang Hindu saluran Siwa. Dimulai dengan beradanya ketimpangan perekonomian serta perbedaan kepercayaan selang Sailendra sang penguasa yang beragama Buddha dengan rakyat Jawa yang biasanya beragama Hindu Siwa, dijadikan faktor terjadinya ketidakstabilan di Jawa Tengah. Kepada memantapkan posisinya di Jawa Tengah, raja Samaratungga menikahkan putrinya Pramodhawardhani, dengan anak Garung, Rakai Pikatan yang waktu itu dijadikan pangeran wangsa Sanjaya.[1] Sejak itu pengaruh Sanjaya yang bercorak Hindu mulai dominan di Mataram, menggantikan agama Buddha. Rakai Pikatan bahkan menyerang Balaputradewa, yang merupakan paman atau saudara Pramodhawardhani. Sejarah wangsa Sailendra berakhir pada tahun 850, yaitu ketika Balaputradewa melarikan diri ke Suwarnadwipa yang merupakan negeri asal ibunya. Setelah terusirnya wangsa Sailendra dari Jawa Tengah, Munoz beranggapan berakhir pula kekuasaan Sriwijaya atas Jawa selama satu zaman. Munoz beranggapan bahwa orang-orang Jawa pengikut Balaputradewa merasa terancam dan yang belakang sekalinya menyingkir, mengungsi ke Jawa Barat kepada mendirikan kerajaan Banten Girang.[1] Hal ini sesuai temuan arca-arca bergaya Jawa Tengahan zaman ke-10 di situs Gunung Pulasari, Banten Girang. Sementara itu, sejarahwan seperti Poerbatjaraka dan Boechari percaya bahwa hanya berada satu wangsa yaitu Sailendra, dan tidak pernah diceritakan Sanjayavamça dalam prasasti apapun. Sanjaya dan keturunannya diasumsikan sedang masuk dalam wangsa Sailendra. Secara tradisional, selama ini kurun kekuasaan Sailendra diasumsikan berlanjut selang zaman ke-8 hingga ke-9 Masehi, dan hanya terbatas di Jawa Tengah, tepatnya di Dataran Kedu, dari masa kekuasaan Panangkaran hingga Samaratungga. Hal ini sesuai dengan penafsiran Slamet Muljana yang mengasumsikan Panangkaran sbg Raja Sailendra pertama yang naik takhta. Akan tetapi penafsiran paling mutakhir sesuai temuan Prasasti Sojomerto serta kelanjutan Sailendra di Sriwijaya mengusulkan; bahwa masa kekuasaan wangsa Sailendra berlanjut jauh lebih lama. Dari pertengahan zaman ke-7 (perkiraan dituliskannya Prasasti Sojomerto), hingga awal zaman ke-11 masehi (jatuhnya wangsa Sailendra di Sriwijaya dampak serangan Cholamandala dari India). Dalam kurun waktu tertentu, wangsa Sailendra berkuasa baik di Jawa Tengah maupun di Sumatra. Persekutuan dan hubungan pernikahan keluarga kerajaan selang Sriwijaya dan Sailendra memungkinkan bergabungnya dua keluarga kerajaan, dengan wangsa Sailendra yang belakang sekalinya berkuasa baik di Kerajaan Medang Mataram di Jawa Tengah sekaligus di Sriwijaya, Sumatera. Daftar raja-rajaBeberapa sejarahwan mencoba merekonstruksi kembali urutan daftar silsilah raja-raja Sailendra; meskipun satu sama lain mungkin tidak sepakat. Misalnya, Slamet Muljana, meneruskan teori dinasti kembar Bosch, berpendapat bahwa anggota wangsa Sailendra pertama yang berhasil dijadikan raja merupakan Rakai Panangkaran. Sementara itu, Poerbatjaraka berpendapat bahwa wangsa Sanjaya itu tidak pernah berada. Dengan kata lain, Wangsa Sanjaya juga merupakan anggota Wangsa Sailendra. Boechari mencoba menyusun tahap awal perkembangan wangsa Sailendra sesuai penafsiran atas Prasasti Sojomerto. Sementara Poerbatjaraka mencoba menyusun daftar raja penguasa Sailendra pada periode menengah dan lanjut sesuai hubungannya dengan tokoh Sanjaya, beberapa prasasti Sailendra, serta penafsiran atas naskah Carita Parahyangan. Akan tetapi banyak kebingungan yang muncul, karena nampaknya Sailendra berkuasa atas banyak kerajaan; Kalingga, Medang, dan Sriwijaya. Dampaknya nama beberapa raja nampak tumpang tindih dan berkuasa di kerajaan-kerajaan ini secara bersamaan. Tanda tanya (?) menunjukkan keraguan atau dugaan, karena data atau bukti sejarah sahih sedang sedikit ditemukan dan belum jelas terungkap. Lihat pula
Rujukan
Bacaan lanjut
edunitas.com Page 2Bas-relief di Borobudur menampilkan Raja dan Ratu dengan segenap orang bawahan pengiringnya. Adegan keluarga kerajaan seperti ini probabilitas akbar dibuat sesuai istana wangsa Sailendra sendiri.
Candi Borobudur, salah satu peninggalan Wangsa Śailendra. Śailendravamśa atau wangsa sailendra merupakan nama wangsa atau dinasti raja-raja yang berkuasa di Sriwijaya, pulau Sumatera; dan di Mdaŋ (Kerajaan Medang), Jawa Tengah sejak tahun 752. Beberapa akbar raja-rajanya merupakan penganut dan pelindung agama Buddha Mahayana. Meskipun peninggalan dan manifestasi wangsa ini biasanya terdapat di dataran Kedu, Jawa Tengah, asal-usul wangsa ini sedang diperdebatkan. Disamping bermula dari Jawa, daerah lain seperti Sumatera atau bahkan India dan Kamboja, sempat diajukan sbg asal mula wangsa ini. Asal-usulDi Indonesia nama Śailendravamsa dijumpai pertama kali di dalam prasasti Kalasan dari tahun 778 Masehi (Śailendragurubhis; Śailendrawańśatilakasya; Śailendrarajagurubhis). Kesudahan nama itu ditemukan di dalam prasasti Kelurak dari tahun 782 Masehi (Śailendrawańśatilakena), dalam prasasti Abhayagiriwihara dari tahun 792 Masehi (dharmmatuńgadewasyaśailendra), prasasti Sojomerto dari sekitar tahun 700 Masehi (selendranamah) dan prasasti Kayumwuńan dari tahun 824 Masehi (śailendrawańśatilaka). Di luar Indonesia nama ini ditemukan dalam prasasti Ligor dari tahun 775 Masehi dan prasasti Nalanda. Mengenai asal usul keluarga Śailendra banyak dipersoalkan oleh beberapa sarjana. Berbagai argumen telah dinyatakan oleh sejarawan dan arkeologis dari berbagai negara. Berada yang mengatakan bahawa keluarga Śailendra bermula dari Sumatra, dari India, dan dari Funan. Teori IndiaMajumdar beranggapan bahwa keluarga Śailendra di Nusantara, adun di Śrīwijaya (Sumatera) maupun di Mdaŋ (Jawa) bermula dari Kalingga (India Selatan). Argumen yang sama dinyatakan juga oleh Nilakanta Sastri dan Moens. Moens mengasumsikan bahwa keluarga Śailendra bermula dari India yang menetap di Palembang sebelum kedatangan Dapunta Hyang. Pada tahun 683 Masehi, keluarga ini melarikan diri ke Jawa karena terdesak oleh Dapunta Hyang dengan bala tentaranya. Teori FunanGeorge Cœdès lebih condong kepada anggapan bahwa Śailendra yang berada di Nusantara itu bermula dari Funan (Kamboja). Karena terjadi kerusuhan yang menyebabkan runtuhnya kerajaan Funan, kesudahan keluarga kerajaan ini menyingkir ke Jawa, dan muncul sbg penguasa di Medang pada pertengahan zaman ke-8 Masehi dengan memakai nama keluarga Śailendra. Namun teori ini tidak terbukti kuat karena beberapa prasasti dan catatan sejarah mencetuskan bahwa sebelum bermukim di Jawa, keluarga Sailendra telah bermukim turun-temurun di Sumatera. Teori NusantaraTeori Nusantara mengajukan kepulauan Nusantara; terutama pulau Sumatera atau Jawa; sbg tanah cairan wangsa ini. Teori ini mengajukan bahwa wangsa Śailendra mungkin bermula dari Sumatera yang kesudahan berubah dan berkuasa di Jawa, atau mungkin wangsa asli dari pulau Jawa tetapi memperoleh pengaruh kuat dari Sriwijaya. Menurut beberapa sejarawan, keluarga Śailendra bermula dari Sumatera yang bermigrasi ke Jawa Tengah setelah Sriwijaya menerapkan ekspansi ke tanah Jawa pada zaman ke-7 Masehi dengan menyerang kerajaan Tarumanagara dan Ho-ling di Jawa.[1]. Serangan Sriwijaya atas Jawa sesuai atas Prasasti Kota Kapur yang mencanangkan ekspansi atas Bhumi Jawa yang tidak bersedia berbhakti kepada Sriwijaya. Ia mengemukakan gagasannya itu didasarkan atas sebutan gelar Dapunta Selendra pada prasasti Sojomerto. Gelar ini ditemukan juga pada prasasti Kedukan Bukit pada nama Dapunta Hiyaŋ. Prasasti Sojomerto dan prasasti Kedukan Bukit merupakan prasasti yang berbicara Melayu Kuna. Teori Nusantara juga dinyatakan oleh Poerbatjaraka. Argumen dari Poerbatjaraka yang didasarkan atas Carita Parahiyangan kesudahan diperkeras dengan sebuah temuan prasasti di wilayah Kabupaten Batang. Di dalam prasasti yang dikenal dengan nama prasasti Sojomerto itu diceritakan nama Dapunta Selendra, nama ayahnya (Santanū), nama ibunya (Bhadrawati), dan nama istrinya (Sampūla) (da pū nta selendra namah santanū nāma nda bapa nda bhadrawati nāma nda aya nda sampūla nāma nda ..). Menurut Boechari, tokoh yang bernama Dapunta Selendra merupakan bakal raja-raja keturunan Śailendra yang berkuasa di Mdaŋ. Nama Dapunta Selendra jelas merupakan ejaan Melayu dari kata dalam bahasa Sanskerta Śailendra karena di dalam prasasti digunakan bahasa Melayu Kuna. Bila demikian, jikalau keluarga Śailendra bermula dari India Selatan tentunya mereka memakai bahasa Sansekerta di dalam prasasti-prasastinya. Dengan ditemukannya prasasti Sojomerto telah dikenal asal keluarga Śailendra dengan pendirinya Dapunta Selendra. Sesuai paleografinya, prasasti Sojomerto bermula dari sekitar pertengahan zaman ke-7 Masehi. Menurut Poerbatjaraka, Sanjaya dan keturunan-keturunannya itu ialah raja-raja dari keluarga Śailendra, asli Nusantara yang menganut agama Śiwa. Tetapi sejak Paņamkaran berubah agama dijadikan penganut Buddha Mahāyāna, raja-raja di Matarām dijadikan penganut agama Buddha Mahāyāna juga. Argumennya itu didasarkan atas Carita Parahiyangan yang menyebutkan bahwa Rakai Sañjaya menyuruh anaknya Rakai Panaraban atau Rakai Tamperan untuk berubah agama karena agama yang dianutnya (aliran Saiwa) ditakuti oleh semua orang. Kabar mengenai Rakai Panangkaran yang berubah agama dari saluran Saiwa dijadikan Buddha Mahayana juga sesuai dengan inti Prasasti Raja Sankhara (koleksi Museum Adam Malik yang sekarang hilang). Kesudahan Prasasti Canggal menyebutkan bahwa Sañjaya mendirikan sebuah lingga di bukit Sthīrańga untuk sasaran dan keselamatan rakyatnya. Diceritakan pula bahwa Sañjaya memerintah Jawa menggantikan Sanna; Raja Sanna mempunyai saudara perempuan bernama Sanaha yang kesudahan dikawininya dan melahirkan Sañjaya. Dari prasasti Sojomerto dan prasasti Canggal telah dikenal nama tiga orang penguasa di Mdaŋ (Matarām), yaitu Dapunta Selendra, Sanna, dan Sañjaya. Raja Sañjaya mulai berkuasa di Mdaŋ pada tahun 717 Masehi. Dari Carita Parahiyangan bisa dikenal bahwa Sena (Raja Sanna) berkuasa selama 7 tahun. Jikalau Sañjaya naik takhta pada tahun 717 Masehi, karena itu Sanna naik takhta sekitar tahun 710 Masehi. Hal ini faedahnya untuk hingga kepada Dapunta Selendra (pertengahan zaman ke-7 Masehi) sedang berada sisa sekitar 60 tahun. Jikalau seorang penguasa memerintah lamanya persangkaan 25 tahun, karena itu setidak-tidaknya sedang berada 2 penguasa lagi untuk hingga kepada Dapunta Selendra. Dalam Carita Parahiyangan diceritakan bahawa Raja Mandimiñak memperoleh putra Sang Sena (Sanna). Ia memegang pemerintahan selama 7 tahun, dan Mandimiñak ditukar oleh Sang Sena yang memerintah 7 tahun. Dari urutan raja-raja yang memerintah itu, bisa diduga bahwa Mandimiñak mulai berkuasa sejak tahun 703 Masehi. Ini faedahnya sedang berada 1 orang lagi yang berkuasa sebelum Mandimiñak. Karena teori Poerbatjaraka sesuai Carita Parahiyangan, karena itu keluarga Śailendra diduga bermula dari pulau Jawa yang berada dibawah pengaruh Sriwijaya. Tokoh Sanna dan Sanjaya bersesuaian akrab dengan sejarah Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh. Mereka pada awal mulanya beragama Siwa seperti biasanya keluarga kerajaan permulaan di pulau Jawa seperti Tarumanagara dan Holing (Kalingga). Penggunaan bahasa Bahasa Melayu Kuna pada prasasti Sojomerto di Jawa Tengah serta penggunaan gelaran Dapunta menunjukkan bahwa keluarga Sailendra telah dipengaruhi bahasa, tipu daya budi, dan sistem politik Sriwijaya, hal ini menimbulkan dugaan bahwa mereka merupakan vasal atau raja bawahan anggota kedatuan Sriwijaya. Hal ini seiring dengan kabar penaklukan Bhumi Jawa oleh Sriwijaya sebagaimana diceritakan dalam Prasasti Kota Kapur. Berita Tiongkok yang bermula dari masa Dinasti Tang memberitakan tentang Kerajaan Ho-ling yang dikata She-po (Jawa). Pada tahun 674 Masehi rakyat kerajaan itu menobatkan seorang wanita sbg ratu, yaitu Hsi-mo (Ratu Sima). Ratu ini memerintah dengan adun. Ada-adanya ratu ini merupakan pewaris takhta dari Dapunta Selendra? Apabila ya, karena itu diperoleh urutan raja-raja yang memerintah di Mdaŋ, yaitu Dapunta Selendra (?- 674 Masehi), Ratu Sima (674-703 Masehi), Mandimiñak (703-710 Masehi), R. Sanna (710-717 Masehi), R. Sañjaya (717-746 Masehi), dan Rakai Paņamkaran (746-784 Masehi), dst. Era Kerajaan MedangCandi Kalasan sbg tempat pemujaan Dewi Tara. Selama ini kerajaan Medang dianggap diperintah oleh dua wangsa yaitu Wangsa Sailendra yang beragama Buddha dan Wangsa Sanjaya yang beragama Hindu Siwa, argumen ini pertama kali diperkenalkan oleh Bosch.[2] Pada awal era Medang atau Mataram Kuno, wangsa Sailendra cukup dominan di Jawa Tengah. Menurut para pakar sejarah, wangsa Sanjaya awal mulanya berada di bawah pengaruh kekuasaan wangsa Sailendra. Mengenai persaingan kekuasaan tersebut tidak dikenal secara pasti, akan tetapi kedua-duanya sama-sama berkuasa di Jawa Tengah. Sementara Poerbatjaraka menolak anggapan Bosch mengenai beradanya dua wangsa kembar berlainan agama yang saling bersaing ini. Menurutnya hanya berada satu wangsa dan satu kerajaan, yaitu wangsa Sailendra dan Kerajaan Medang. Sanjaya dan keturunannya merupakan anggota Sailendra juga.[3] Ditambah menurut Boechari, melewati penafsirannya atas Prasasti Sojomerto bahwa wangsa Sailendra pada mulanya memuja Siwa, sebelum Panangkaran berubah kepercayaan dijadikan penganut Buddha Mahayana. Raja-raja yang berkuasa dari keluarga Sailendra tertera dalam prasasti Ligor, prasasti Nalanda maupun prasasti Klurak, sedangkan raja-raja dari keluarga Sanjaya tertera dalam prasasti Canggal dan prasasti Mantyasih. Sesuai candi-candi, peninggalan kerajaan Mataram Kuno dari zaman ke-8 dan ke-9 yang bercorak Budha (Sailendra) umumnya terletak di Jawa Tengah bidang selatan, sedangkan yang bercorak Hindu (Sanjaya) umumnya terletak di Jawa Tengah bidang utara. Sesuai penafsiran atas prasasti Canggal (732 M) Sanjaya memang mendirikan Shivalingga baru (Candi Gunung Wukir), faedahnya ia membangun dasar pusat pemerintahan baru. Hal ini karena raja Jawa pendahulunya, Raja Sanna wafat dan kerajaannya tercerai-berai diserang musuh. Saudari Sanna merupakan Sannaha, ibunda Sanjaya, faedahnya Sanjaya sedang kemenakan Sanna. Sanjaya mempersatukan kesan kerajaan Sanna, memindahkan ibu kota dan naik takhta membangun kraton baru di Mdang i Bhumi Mataram. Hal ini sesuai dengan hukum budaya dan kepercayaan Jawa bahwa kraton yang sudah pernah pralaya, diserang, kalah dan direbut musuh, sudah buruk peruntungannya sehingga mesti pindah mencari tempat lain untuk membangun kraton baru. Hal ini serupa dengan zaman kesudahan pada masa Mataram Islam yang meninggalkan Kartasura yang sudah pernah direbut musuh dan berubah ke Surakarta. Perpindahan pusat pemerintahan ini bukan faedahnya berkesudahannya wangsa yang berkuasa. Hal ini sama dengan Airlangga pada zaman kesudahan yang membangun kerajaan baru, tetapi ia sedang merupakan keturunan wangsa penguasa terdahulu, kelanjutan Dharmawangsa yang juga anggota wangsa Isyana. Karena itu disimpulkan meski Sanjaya memindahkan ibu kota ke Mataram, ia tetap merupakan kelanjutan dari wangsa Sailendra yang menurut prasasti Sojomerto dibangun oleh Dapunta Selendra. Pada masa pemerintahan raja Indra (782-812), puteranya, Samaratungga, dinikahkan dengan Dewi Tara, puteri Dharmasetu, Maharaja Sriwijaya. Prasasti yang ditemukan dekat dari Candi Kalasan memberikan penjelasan bahwa candi tersebut dibangun untuk menghormati Tara sbg Bodhisattva wanita. Pada tahun 790, Sailendra menyerang dan mengalahkan Chenla (Kamboja Selatan), kesudahan sempat berkuasa di sana selama beberapa tahun. Candi Borobudur selesai dibangun pada masa pemerintahan raja Samaratungga (812-833). Borobudur merupakan monumen Buddha terbesar di dunia, dan sekarang dijadikan salah satu kebanggaan bangsa Indonesia. Dari hasil pernikahannya dengan Dewi Tara, Samaratungga memiliki putri bernama Pramodhawardhani dan putra bernama Balaputradewa. Balaputra kesudahan memerintah di Sriwijaya, karena itu selain pernah berkuasa di Medang, wangsa Sailendra juga berkuasa di Sriwijaya. Runtuhnya Wangsa SailendraBerapa sejarahwan berusaha menjelaskan berkesudahannya kekuasaan Sailendra di Jawa Tengah mengaitkannya dengan kepindahan Balaputradewa ke Sriwijaya (Sumatera). Selama ini sejarahwan seperti Dr. Bosch dan Munoz menganut petuah beradanya dua wangsa kembar berlainan kepercayaan yang saling bersaing; Sanjaya-Sailendra. Mereka beranggapan Sailendra yang penganut Buddha kalah bersaing dan terusir oleh wangsa Sanjaya yang Hindu saluran Siwa. Dimulai dengan beradanya ketimpangan perekonomian serta perbedaan kepercayaan selang Sailendra sang penguasa yang beragama Buddha dengan rakyat Jawa yang biasanya beragama Hindu Siwa, dijadikan faktor terjadinya ketidakstabilan di Jawa Tengah. Untuk memantapkan posisinya di Jawa Tengah, raja Samaratungga menikahkan putrinya Pramodhawardhani, dengan anak Garung, Rakai Pikatan yang waktu itu dijadikan pangeran wangsa Sanjaya.[1] Sejak itu pengaruh Sanjaya yang bercorak Hindu mulai dominan di Mataram, menggantikan agama Buddha. Rakai Pikatan bahkan menyerang Balaputradewa, yang merupakan paman atau saudara Pramodhawardhani. Sejarah wangsa Sailendra berkesudahan pada tahun 850, yaitu ketika Balaputradewa melarikan diri ke Suwarnadwipa yang merupakan negeri asal ibunya. Setelah terusirnya wangsa Sailendra dari Jawa Tengah, Munoz beranggapan berkesudahan pula kekuasaan Sriwijaya atas Jawa selama satu zaman. Munoz beranggapan bahwa orang-orang Jawa pengikut Balaputradewa merasa terancam dan akhir-akhirnya menyingkir, mengungsi ke Jawa Barat untuk mendirikan kerajaan Banten Girang.[1] Hal ini sesuai temuan arca-arca bergaya Jawa Tengahan zaman ke-10 di situs Gunung Pulasari, Banten Girang. Sementara itu, sejarahwan seperti Poerbatjaraka dan Boechari percaya bahwa hanya berada satu wangsa yaitu Sailendra, dan tidak pernah diceritakan Sanjayavamça dalam prasasti apapun. Sanjaya dan keturunannya dianggap sedang masuk dalam wangsa Sailendra. Secara tradisional, selama ini kurun kekuasaan Sailendra dianggap berlanjut selang zaman ke-8 hingga ke-9 Masehi, dan hanya terbatas di Jawa Tengah, tepatnya di Dataran Kedu, dari masa kekuasaan Panangkaran hingga Samaratungga. Hal ini sesuai dengan penafsiran Slamet Muljana yang mengasumsikan Panangkaran sbg Raja Sailendra pertama yang naik takhta. Akan tetapi penafsiran paling mutakhir sesuai temuan Prasasti Sojomerto serta kelanjutan Sailendra di Sriwijaya mengusulkan; bahwa masa kekuasaan wangsa Sailendra berlanjut jauh lebih lama. Dari pertengahan zaman ke-7 (perkiraan dituliskannya Prasasti Sojomerto), hingga awal zaman ke-11 masehi (jatuhnya wangsa Sailendra di Sriwijaya dampak serangan Cholamandala dari India). Dalam kurun waktu tertentu, wangsa Sailendra berkuasa adun di Jawa Tengah maupun di Sumatra. Persekutuan dan hubungan pernikahan keluarga kerajaan selang Sriwijaya dan Sailendra memungkinkan bergabungnya dua keluarga kerajaan, dengan wangsa Sailendra akhir-akhirnya berkuasa adun di Kerajaan Medang Mataram di Jawa Tengah sekaligus di Sriwijaya, Sumatera. Daftar raja-rajaBeberapa sejarahwan mencoba merekonstruksi kembali urutan daftar silsilah raja-raja Sailendra; meskipun satu sama lain mungkin tidak sepakat. Misalnya, Slamet Muljana, meneruskan teori dinasti kembar Bosch, berpendapat bahwa anggota wangsa Sailendra pertama yang sukses dijadikan raja merupakan Rakai Panangkaran. Sementara itu, Poerbatjaraka berpendapat bahwa wangsa Sanjaya itu tidak pernah berada. Dengan kata lain, Wangsa Sanjaya juga merupakan anggota Wangsa Sailendra. Boechari mencoba menyusun tahap awal perkembangan wangsa Sailendra sesuai penafsiran atas Prasasti Sojomerto. Sementara Poerbatjaraka mencoba menyusun daftar raja penguasa Sailendra pada periode menengah dan lanjut sesuai hubungannya dengan tokoh Sanjaya, beberapa prasasti Sailendra, serta penafsiran atas naskah Carita Parahyangan. Akan tetapi banyak kebingungan yang muncul, karena nampaknya Sailendra berkuasa atas banyak kerajaan; Kalingga, Medang, dan Sriwijaya. Dampaknya nama beberapa raja nampak tumpang tindih dan berkuasa di kerajaan-kerajaan ini secara bersamaan. Tanda tanya (?) menunjukkan keraguan atau dugaan, karena data atau bukti sejarah sahih sedang sedikit ditemukan dan belum jelas terungkap. Lihat pula
Rujukan
Bacaan lanjut
edunitas.com Page 3Bas-relief di Borobudur menampilkan Raja dan Ratu dengan segenap orang bawahan pengiringnya. Adegan keluarga kerajaan seperti ini probabilitas akbar dibuat sesuai istana wangsa Sailendra sendiri. Candi Borobudur, salah satu peninggalan Wangsa Śailendra. Śailendravamśa atau wangsa sailendra merupakan nama wangsa atau dinasti raja-raja yang berkuasa di Sriwijaya, pulau Sumatera; dan di Mdaŋ (Kerajaan Medang), Jawa Tengah sejak tahun 752. Beberapa akbar raja-rajanya merupakan penganut dan pelindung agama Buddha Mahayana. Meskipun peninggalan dan manifestasi wangsa ini biasanya terdapat di dataran Kedu, Jawa Tengah, asal-usul wangsa ini sedang diperdebatkan. Disamping bersumber dari Jawa, daerah lain seperti Sumatera atau bahkan India dan Kamboja, sempat diajukan sbg asal mula wangsa ini. Asal-usulDi Indonesia nama Śailendravamsa dijumpai pertama kali di dalam prasasti Kalasan dari tahun 778 Masehi (Śailendragurubhis; Śailendrawańśatilakasya; Śailendrarajagurubhis). Kesudahan nama itu ditemukan di dalam prasasti Kelurak dari tahun 782 Masehi (Śailendrawańśatilakena), dalam prasasti Abhayagiriwihara dari tahun 792 Masehi (dharmmatuńgadewasyaśailendra), prasasti Sojomerto dari sekitar tahun 700 Masehi (selendranamah) dan prasasti Kayumwuńan dari tahun 824 Masehi (śailendrawańśatilaka). Di luar Indonesia nama ini ditemukan dalam prasasti Ligor dari tahun 775 Masehi dan prasasti Nalanda. Mengenai asal usul keluarga Śailendra banyak dipersoalkan oleh beberapa sarjana. Berbagai argumen telah dinyatakan oleh sejarawan dan arkeologis dari berbagai negara. Aci yang mengatakan bahawa keluarga Śailendra bersumber dari Sumatra, dari India, dan dari Funan. Teori IndiaMajumdar beranggapan bahwa keluarga Śailendra di Nusantara, adun di Śrīwijaya (Sumatera) maupun di Mdaŋ (Jawa) bersumber dari Kalingga (India Selatan). Argumen yang sama dinyatakan juga oleh Nilakanta Sastri dan Moens. Moens mengasumsikan bahwa keluarga Śailendra bersumber dari India yang menetap di Palembang sebelum kedatangan Dapunta Hyang. Pada tahun 683 Masehi, keluarga ini melarikan diri ke Jawa karena terdesak oleh Dapunta Hyang dengan bala tentaranya. Teori FunanGeorge Cœdès lebih condong kepada anggapan bahwa Śailendra yang aci di Nusantara itu bersumber dari Funan (Kamboja). Karena terjadi kerusuhan yang mengakibatkan runtuhnya kerajaan Funan, kesudahan keluarga kerajaan ini menyingkir ke Jawa, dan muncul sbg penguasa di Medang pada pertengahan zaman ke-8 Masehi dengan memakai nama keluarga Śailendra. Namun teori ini tidak terbukti kuat karena beberapa prasasti dan catatan sejarah mencetuskan bahwa sebelum bermukim di Jawa, keluarga Sailendra telah bermukim turun-temurun di Sumatera. Teori NusantaraTeori Nusantara mengajukan kepulauan Nusantara; terutama pulau Sumatera atau Jawa; sbg tanah cairan wangsa ini. Teori ini mengajukan bahwa wangsa Śailendra mungkin bersumber dari Sumatera yang kesudahan berubah dan berkuasa di Jawa, atau mungkin wangsa asli dari pulau Jawa tetapi mendapatkan pengaruh kuat dari Sriwijaya. Menurut beberapa sejarawan, keluarga Śailendra bersumber dari Sumatera yang bermigrasi ke Jawa Tengah setelah Sriwijaya melakukan ekspansi ke tanah Jawa pada zaman ke-7 Masehi dengan menyerang kerajaan Tarumanagara dan Ho-ling di Jawa.[1]. Serangan Sriwijaya atas Jawa sesuai atas Prasasti Kota Kapur yang mencanangkan ekspansi atas Bhumi Jawa yang tidak bersedia berbhakti kepada Sriwijaya. Ia mengemukakan gagasannya itu didasarkan atas sebutan gelar Dapunta Selendra pada prasasti Sojomerto. Gelar ini ditemukan juga pada prasasti Kedukan Bukit pada nama Dapunta Hiyaŋ. Prasasti Sojomerto dan prasasti Kedukan Bukit merupakan prasasti yang berbicara Melayu Kuna. Teori Nusantara juga dinyatakan oleh Poerbatjaraka. Argumen dari Poerbatjaraka yang didasarkan atas Carita Parahiyangan kesudahan diperkuat dengan sebuah temuan prasasti di wilayah Kabupaten Batang. Di dalam prasasti yang dikenal dengan nama prasasti Sojomerto itu diceritakan nama Dapunta Selendra, nama ayahnya (Santanū), nama ibunya (Bhadrawati), dan nama istrinya (Sampūla) (da pū nta selendra namah santanū nāma nda bapa nda bhadrawati nāma nda aya nda sampūla nāma nda ..). Menurut Boechari, tokoh yang bernama Dapunta Selendra merupakan bakal raja-raja keturunan Śailendra yang berkuasa di Mdaŋ. Nama Dapunta Selendra jelas merupakan ejaan Melayu dari kata dalam bahasa Sanskerta Śailendra karena di dalam prasasti digunakan bahasa Melayu Kuna. Bila demikian, jikalau keluarga Śailendra bersumber dari India Selatan tentunya mereka memakai bahasa Sansekerta di dalam prasasti-prasastinya. Dengan ditemukannya prasasti Sojomerto telah dikenal asal keluarga Śailendra dengan pendirinya Dapunta Selendra. Sesuai paleografinya, prasasti Sojomerto bersumber dari sekitar pertengahan zaman ke-7 Masehi. Menurut Poerbatjaraka, Sanjaya dan keturunan-keturunannya itu ialah raja-raja dari keluarga Śailendra, asli Nusantara yang menganut agama Śiwa. Tetapi sejak Paņamkaran berubah agama dijadikan penganut Buddha Mahāyāna, raja-raja di Matarām dijadikan penganut agama Buddha Mahāyāna juga. Argumennya itu didasarkan atas Carita Parahiyangan yang menyebutkan bahwa Rakai Sañjaya menyuruh anaknya Rakai Panaraban atau Rakai Tamperan untuk berubah agama karena agama yang dianutnya (aliran Saiwa) ditakuti oleh semua orang. Kabar mengenai Rakai Panangkaran yang berubah agama dari saluran Saiwa dijadikan Buddha Mahayana juga sesuai dengan inti Prasasti Raja Sankhara (koleksi Museum Adam Malik yang kini hilang). Kesudahan Prasasti Canggal menyebutkan bahwa Sañjaya mendirikan sebuah lingga di bukit Sthīrańga untuk sasaran dan keselamatan rakyatnya. Diceritakan pula bahwa Sañjaya memerintah Jawa menggantikan Sanna; Raja Sanna mempunyai saudara perempuan bernama Sanaha yang kesudahan dikawininya dan melahirkan Sañjaya. Dari prasasti Sojomerto dan prasasti Canggal telah dikenal nama tiga orang penguasa di Mdaŋ (Matarām), yaitu Dapunta Selendra, Sanna, dan Sañjaya. Raja Sañjaya mulai berkuasa di Mdaŋ pada tahun 717 Masehi. Dari Carita Parahiyangan bisa dikenal bahwa Sena (Raja Sanna) berkuasa selama 7 tahun. Jikalau Sañjaya naik takhta pada tahun 717 Masehi, karenanya Sanna naik takhta sekitar tahun 710 Masehi. Hal ini faedahnya untuk hingga kepada Dapunta Selendra (pertengahan zaman ke-7 Masehi) sedang aci sisa sekitar 60 tahun. Jikalau seorang penguasa memerintah lamanya persangkaan 25 tahun, karenanya setidak-tidaknya sedang aci 2 penguasa lagi untuk hingga kepada Dapunta Selendra. Dalam Carita Parahiyangan diceritakan bahawa Raja Mandimiñak memperoleh putra Sang Sena (Sanna). Ia memegang pemerintahan selama 7 tahun, dan Mandimiñak ditukar oleh Sang Sena yang memerintah 7 tahun. Dari urutan raja-raja yang memerintah itu, bisa diduga bahwa Mandimiñak mulai berkuasa sejak tahun 703 Masehi. Ini faedahnya sedang aci 1 orang lagi yang berkuasa sebelum Mandimiñak. Karena teori Poerbatjaraka sesuai Carita Parahiyangan, karenanya keluarga Śailendra diduga bersumber dari pulau Jawa yang berada dibawah pengaruh Sriwijaya. Tokoh Sanna dan Sanjaya bersesuaian ketat dengan sejarah Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh. Mereka pada awal mulanya beragama Siwa seperti biasanya keluarga kerajaan permulaan di pulau Jawa seperti Tarumanagara dan Holing (Kalingga). Penggunaan bahasa Bahasa Melayu Kuna pada prasasti Sojomerto di Jawa Tengah serta penggunaan gelaran Dapunta menunjukkan bahwa keluarga Sailendra telah dipengaruhi bahasa, tipu daya budi, dan sistem politik Sriwijaya, hal ini menimbulkan dugaan bahwa mereka merupakan vasal atau raja bawahan anggota kedatuan Sriwijaya. Hal ini seiring dengan kabar penaklukan Bhumi Jawa oleh Sriwijaya sebagaimana diceritakan dalam Prasasti Kota Kapur. Berita Tiongkok yang bersumber dari masa Dinasti Tang memberitakan tentang Kerajaan Ho-ling yang dikata She-po (Jawa). Pada tahun 674 Masehi rakyat kerajaan itu menobatkan seorang wanita sbg ratu, yaitu Hsi-mo (Ratu Sima). Ratu ini memerintah dengan adun. Ada-adanya ratu ini merupakan pewaris takhta dari Dapunta Selendra? Apabila ya, karenanya diperoleh urutan raja-raja yang memerintah di Mdaŋ, yaitu Dapunta Selendra (?- 674 Masehi), Ratu Sima (674-703 Masehi), Mandimiñak (703-710 Masehi), R. Sanna (710-717 Masehi), R. Sañjaya (717-746 Masehi), dan Rakai Paņamkaran (746-784 Masehi), dst. Era Kerajaan MedangCandi Kalasan sbg tempat pemujaan Dewi Tara. Selama ini kerajaan Medang dianggap diperintah oleh dua wangsa yaitu Wangsa Sailendra yang beragama Buddha dan Wangsa Sanjaya yang beragama Hindu Siwa, argumen ini pertama kali diperkenalkan oleh Bosch.[2] Pada awal era Medang atau Mataram Kuno, wangsa Sailendra cukup dominan di Jawa Tengah. Menurut para pakar sejarah, wangsa Sanjaya awal mulanya berada di bawah pengaruh kekuasaan wangsa Sailendra. Mengenai persaingan kekuasaan tersebut tidak dikenal secara pasti, akan tetapi kedua-duanya sama-sama berkuasa di Jawa Tengah. Sementara Poerbatjaraka menolak anggapan Bosch mengenai keadaan dua wangsa kembar berlainan agama yang saling bersaing ini. Menurutnya hanya aci satu wangsa dan satu kerajaan, yaitu wangsa Sailendra dan Kerajaan Medang. Sanjaya dan keturunannya merupakan anggota Sailendra juga.[3] Ditambah menurut Boechari, melewati penafsirannya atas Prasasti Sojomerto bahwa wangsa Sailendra pada mulanya memuja Siwa, sebelum Panangkaran berubah kepercayaan dijadikan penganut Buddha Mahayana. Raja-raja yang berkuasa dari keluarga Sailendra tertera dalam prasasti Ligor, prasasti Nalanda maupun prasasti Klurak, sedangkan raja-raja dari keluarga Sanjaya tertera dalam prasasti Canggal dan prasasti Mantyasih. Sesuai candi-candi, peninggalan kerajaan Mataram Kuno dari zaman ke-8 dan ke-9 yang bercorak Budha (Sailendra) umumnya terletak di Jawa Tengah bidang selatan, sedangkan yang bercorak Hindu (Sanjaya) umumnya terletak di Jawa Tengah bidang utara. Sesuai penafsiran atas prasasti Canggal (732 M) Sanjaya memang mendirikan Shivalingga baru (Candi Gunung Wukir), faedahnya ia membangun dasar pusat pemerintahan baru. Hal ini karena raja Jawa pendahulunya, Raja Sanna wafat dan kerajaannya tercerai-berai diserang musuh. Saudari Sanna merupakan Sannaha, ibunda Sanjaya, faedahnya Sanjaya sedang kemenakan Sanna. Sanjaya mempersatukan kesan kerajaan Sanna, memindahkan ibu kota dan naik takhta membangun kraton baru di Mdang i Bhumi Mataram. Hal ini sesuai dengan hukum budaya dan kepercayaan Jawa bahwa kraton yang sudah pernah pralaya, diserang, kalah dan direbut musuh, sudah buruk peruntungannya sehingga mesti pindah mencari tempat lain untuk membangun kraton baru. Hal ini serupa dengan zaman kesudahan pada masa Mataram Islam yang meninggalkan Kartasura yang sudah pernah direbut musuh dan berubah ke Surakarta. Perpindahan pusat pemerintahan ini bukan faedahnya berkesudahannya wangsa yang berkuasa. Hal ini sama dengan Airlangga pada zaman kesudahan yang membangun kerajaan baru, tetapi ia sedang merupakan keturunan wangsa penguasa terdahulu, kelanjutan Dharmawangsa yang juga anggota wangsa Isyana. Karenanya disimpulkan meski Sanjaya memindahkan ibu kota ke Mataram, ia tetap merupakan kelanjutan dari wangsa Sailendra yang menurut prasasti Sojomerto didirikan oleh Dapunta Selendra. Pada masa pemerintahan raja Indra (782-812), puteranya, Samaratungga, dinikahkan dengan Dewi Tara, puteri Dharmasetu, Maharaja Sriwijaya. Prasasti yang ditemukan dekat dari Candi Kalasan memberikan penjelasan bahwa candi tersebut dibangun untuk menghormati Tara sbg Bodhisattva wanita. Pada tahun 790, Sailendra menyerang dan mengalahkan Chenla (Kamboja Selatan), kesudahan sempat berkuasa di sana selama beberapa tahun. Candi Borobudur selesai dibangun pada masa pemerintahan raja Samaratungga (812-833). Borobudur merupakan monumen Buddha terbesar di dunia, dan kini dijadikan salah satu kebanggaan bangsa Indonesia. Dari hasil pernikahannya dengan Dewi Tara, Samaratungga memiliki putri bernama Pramodhawardhani dan putra bernama Balaputradewa. Balaputra kesudahan memerintah di Sriwijaya, karenanya selain pernah berkuasa di Medang, wangsa Sailendra juga berkuasa di Sriwijaya. Runtuhnya Wangsa SailendraBerapa sejarahwan berusaha menjelaskan berkesudahannya kekuasaan Sailendra di Jawa Tengah mengaitkannya dengan kepindahan Balaputradewa ke Sriwijaya (Sumatera). Selama ini sejarahwan seperti Dr. Bosch dan Munoz menganut petuah keadaan dua wangsa kembar berlainan kepercayaan yang saling bersaing; Sanjaya-Sailendra. Mereka beranggapan Sailendra yang penganut Buddha kalah bersaing dan terusir oleh wangsa Sanjaya yang Hindu saluran Siwa. Dimulai dengan keadaan ketimpangan perekonomian serta perbedaan kepercayaan selang Sailendra sang penguasa yang beragama Buddha dengan rakyat Jawa yang biasanya beragama Hindu Siwa, dijadikan faktor terjadinya ketidakstabilan di Jawa Tengah. Untuk memantapkan posisinya di Jawa Tengah, raja Samaratungga menikahkan putrinya Pramodhawardhani, dengan anak Garung, Rakai Pikatan yang waktu itu dijadikan pangeran wangsa Sanjaya.[1] Sejak itu pengaruh Sanjaya yang bercorak Hindu mulai dominan di Mataram, menggantikan agama Buddha. Rakai Pikatan bahkan menyerang Balaputradewa, yang merupakan paman atau saudara Pramodhawardhani. Sejarah wangsa Sailendra berkesudahan pada tahun 850, yaitu ketika Balaputradewa melarikan diri ke Suwarnadwipa yang merupakan negeri asal ibunya. Setelah terusirnya wangsa Sailendra dari Jawa Tengah, Munoz beranggapan berkesudahan pula kekuasaan Sriwijaya atas Jawa selama satu zaman. Munoz beranggapan bahwa orang-orang Jawa pengikut Balaputradewa merasa terancam dan akhir-akhirnya menyingkir, mengungsi ke Jawa Barat untuk mendirikan kerajaan Banten Girang.[1] Hal ini sesuai temuan arca-arca bergaya Jawa Tengahan zaman ke-10 di situs Gunung Pulasari, Banten Girang. Sementara itu, sejarahwan seperti Poerbatjaraka dan Boechari percaya bahwa hanya aci satu wangsa yaitu Sailendra, dan tidak pernah diceritakan Sanjayavamça dalam prasasti apapun. Sanjaya dan keturunannya dianggap sedang masuk dalam wangsa Sailendra. Secara tradisional, selama ini kurun kekuasaan Sailendra dianggap berlanjut selang zaman ke-8 hingga ke-9 Masehi, dan hanya terbatas di Jawa Tengah, tepatnya di Dataran Kedu, dari masa kekuasaan Panangkaran hingga Samaratungga. Hal ini sesuai dengan penafsiran Slamet Muljana yang mengasumsikan Panangkaran sbg Raja Sailendra pertama yang naik takhta. Akan tetapi penafsiran paling mutakhir sesuai temuan Prasasti Sojomerto serta kelanjutan Sailendra di Sriwijaya mengusulkan; bahwa masa kekuasaan wangsa Sailendra berlanjut jauh lebih lama. Dari pertengahan zaman ke-7 (perkiraan dituliskannya Prasasti Sojomerto), hingga awal zaman ke-11 masehi (jatuhnya wangsa Sailendra di Sriwijaya dampak serangan Cholamandala dari India). Dalam kurun waktu tertentu, wangsa Sailendra berkuasa adun di Jawa Tengah maupun di Sumatra. Persekutuan dan hubungan pernikahan keluarga kerajaan selang Sriwijaya dan Sailendra memungkinkan bergabungnya dua keluarga kerajaan, dengan wangsa Sailendra akhir-akhirnya berkuasa adun di Kerajaan Medang Mataram di Jawa Tengah sekaligus di Sriwijaya, Sumatera. Daftar raja-rajaBeberapa sejarahwan mencoba merekonstruksi kembali urutan daftar silsilah raja-raja Sailendra; meskipun satu sama lain mungkin tidak sepakat. Misalnya, Slamet Muljana, meneruskan teori dinasti kembar Bosch, berpendapat bahwa anggota wangsa Sailendra pertama yang sukses dijadikan raja merupakan Rakai Panangkaran. Sementara itu, Poerbatjaraka berpendapat bahwa wangsa Sanjaya itu tidak pernah aci. Dengan kata lain, Wangsa Sanjaya juga merupakan anggota Wangsa Sailendra. Boechari mencoba menyusun tahap awal perkembangan wangsa Sailendra sesuai penafsiran atas Prasasti Sojomerto. Sementara Poerbatjaraka mencoba menyusun daftar raja penguasa Sailendra pada periode menengah dan lanjut sesuai hubungannya dengan tokoh Sanjaya, beberapa prasasti Sailendra, serta penafsiran atas naskah Carita Parahyangan. Akan tetapi banyak kebingungan yang muncul, karena nampaknya Sailendra berkuasa atas banyak kerajaan; Kalingga, Medang, dan Sriwijaya. Dampaknya nama beberapa raja nampak tumpang tindih dan berkuasa di kerajaan-kerajaan ini secara bersamaan. Tanda tanya (?) menunjukkan keraguan atau dugaan, karena data atau bukti sejarah sahih sedang sedikit ditemukan dan belum jelas terungkap.
Lihat pula
Rujukan
Bacaan lanjut
edunitas.com Page 4Bas-relief di Borobudur menampilkan Raja dan Ratu dengan segenap orang bawahan pengiringnya. Adegan keluarga kerajaan seperti ini probabilitas akbar dibuat sesuai istana wangsa Sailendra sendiri. Candi Borobudur, salah satu peninggalan Wangsa Śailendra. Śailendravamśa atau wangsa sailendra merupakan nama wangsa atau dinasti raja-raja yang berkuasa di Sriwijaya, pulau Sumatera; dan di Mdaŋ (Kerajaan Medang), Jawa Tengah sejak tahun 752. Beberapa akbar raja-rajanya merupakan penganut dan pelindung agama Buddha Mahayana. Meskipun peninggalan dan manifestasi wangsa ini biasanya terdapat di dataran Kedu, Jawa Tengah, asal-usul wangsa ini sedang diperdebatkan. Disamping bersumber dari Jawa, daerah lain seperti Sumatera atau bahkan India dan Kamboja, sempat diajukan sbg asal mula wangsa ini. Asal-usulDi Indonesia nama Śailendravamsa dijumpai pertama kali di dalam prasasti Kalasan dari tahun 778 Masehi (Śailendragurubhis; Śailendrawańśatilakasya; Śailendrarajagurubhis). Kesudahan nama itu ditemukan di dalam prasasti Kelurak dari tahun 782 Masehi (Śailendrawańśatilakena), dalam prasasti Abhayagiriwihara dari tahun 792 Masehi (dharmmatuńgadewasyaśailendra), prasasti Sojomerto dari sekitar tahun 700 Masehi (selendranamah) dan prasasti Kayumwuńan dari tahun 824 Masehi (śailendrawańśatilaka). Di luar Indonesia nama ini ditemukan dalam prasasti Ligor dari tahun 775 Masehi dan prasasti Nalanda. Mengenai asal usul keluarga Śailendra banyak dipersoalkan oleh beberapa sarjana. Berbagai argumen telah dinyatakan oleh sejarawan dan arkeologis dari berbagai negara. Aci yang mengatakan bahawa keluarga Śailendra bersumber dari Sumatra, dari India, dan dari Funan. Teori IndiaMajumdar beranggapan bahwa keluarga Śailendra di Nusantara, adun di Śrīwijaya (Sumatera) maupun di Mdaŋ (Jawa) bersumber dari Kalingga (India Selatan). Argumen yang sama dinyatakan juga oleh Nilakanta Sastri dan Moens. Moens mengasumsikan bahwa keluarga Śailendra bersumber dari India yang menetap di Palembang sebelum kedatangan Dapunta Hyang. Pada tahun 683 Masehi, keluarga ini melarikan diri ke Jawa karena terdesak oleh Dapunta Hyang dengan bala tentaranya. Teori FunanGeorge Cœdès lebih condong kepada anggapan bahwa Śailendra yang aci di Nusantara itu bersumber dari Funan (Kamboja). Karena terjadi kerusuhan yang mengakibatkan runtuhnya kerajaan Funan, kesudahan keluarga kerajaan ini menyingkir ke Jawa, dan muncul sbg penguasa di Medang pada pertengahan zaman ke-8 Masehi dengan memakai nama keluarga Śailendra. Namun teori ini tidak terbukti kuat karena beberapa prasasti dan catatan sejarah mencetuskan bahwa sebelum bermukim di Jawa, keluarga Sailendra telah bermukim turun-temurun di Sumatera. Teori NusantaraTeori Nusantara mengajukan kepulauan Nusantara; terutama pulau Sumatera atau Jawa; sbg tanah cairan wangsa ini. Teori ini mengajukan bahwa wangsa Śailendra mungkin bersumber dari Sumatera yang kesudahan berubah dan berkuasa di Jawa, atau mungkin wangsa asli dari pulau Jawa tetapi mendapatkan pengaruh kuat dari Sriwijaya. Menurut beberapa sejarawan, keluarga Śailendra bersumber dari Sumatera yang bermigrasi ke Jawa Tengah setelah Sriwijaya melakukan ekspansi ke tanah Jawa pada zaman ke-7 Masehi dengan menyerang kerajaan Tarumanagara dan Ho-ling di Jawa.[1]. Serangan Sriwijaya atas Jawa sesuai atas Prasasti Kota Kapur yang mencanangkan ekspansi atas Bhumi Jawa yang tidak bersedia berbhakti kepada Sriwijaya. Ia mengemukakan gagasannya itu didasarkan atas sebutan gelar Dapunta Selendra pada prasasti Sojomerto. Gelar ini ditemukan juga pada prasasti Kedukan Bukit pada nama Dapunta Hiyaŋ. Prasasti Sojomerto dan prasasti Kedukan Bukit merupakan prasasti yang berbicara Melayu Kuna. Teori Nusantara juga dinyatakan oleh Poerbatjaraka. Argumen dari Poerbatjaraka yang didasarkan atas Carita Parahiyangan kesudahan diperkuat dengan sebuah temuan prasasti di wilayah Kabupaten Batang. Di dalam prasasti yang dikenal dengan nama prasasti Sojomerto itu diceritakan nama Dapunta Selendra, nama ayahnya (Santanū), nama ibunya (Bhadrawati), dan nama istrinya (Sampūla) (da pū nta selendra namah santanū nāma nda bapa nda bhadrawati nāma nda aya nda sampūla nāma nda ..). Menurut Boechari, tokoh yang bernama Dapunta Selendra merupakan bakal raja-raja keturunan Śailendra yang berkuasa di Mdaŋ. Nama Dapunta Selendra jelas merupakan ejaan Melayu dari kata dalam bahasa Sanskerta Śailendra karena di dalam prasasti digunakan bahasa Melayu Kuna. Bila demikian, jikalau keluarga Śailendra bersumber dari India Selatan tentunya mereka memakai bahasa Sansekerta di dalam prasasti-prasastinya. Dengan ditemukannya prasasti Sojomerto telah dikenal asal keluarga Śailendra dengan pendirinya Dapunta Selendra. Sesuai paleografinya, prasasti Sojomerto bersumber dari sekitar pertengahan zaman ke-7 Masehi. Menurut Poerbatjaraka, Sanjaya dan keturunan-keturunannya itu ialah raja-raja dari keluarga Śailendra, asli Nusantara yang menganut agama Śiwa. Tetapi sejak Paņamkaran berubah agama dijadikan penganut Buddha Mahāyāna, raja-raja di Matarām dijadikan penganut agama Buddha Mahāyāna juga. Argumennya itu didasarkan atas Carita Parahiyangan yang menyebutkan bahwa Rakai Sañjaya menyuruh anaknya Rakai Panaraban atau Rakai Tamperan untuk berubah agama karena agama yang dianutnya (aliran Saiwa) ditakuti oleh semua orang. Kabar mengenai Rakai Panangkaran yang berubah agama dari saluran Saiwa dijadikan Buddha Mahayana juga sesuai dengan inti Prasasti Raja Sankhara (koleksi Museum Adam Malik yang kini hilang). Kesudahan Prasasti Canggal menyebutkan bahwa Sañjaya mendirikan sebuah lingga di bukit Sthīrańga untuk sasaran dan keselamatan rakyatnya. Diceritakan pula bahwa Sañjaya memerintah Jawa menggantikan Sanna; Raja Sanna mempunyai saudara perempuan bernama Sanaha yang kesudahan dikawininya dan melahirkan Sañjaya. Dari prasasti Sojomerto dan prasasti Canggal telah dikenal nama tiga orang penguasa di Mdaŋ (Matarām), yaitu Dapunta Selendra, Sanna, dan Sañjaya. Raja Sañjaya mulai berkuasa di Mdaŋ pada tahun 717 Masehi. Dari Carita Parahiyangan bisa dikenal bahwa Sena (Raja Sanna) berkuasa selama 7 tahun. Jikalau Sañjaya naik takhta pada tahun 717 Masehi, karenanya Sanna naik takhta sekitar tahun 710 Masehi. Hal ini faedahnya untuk hingga kepada Dapunta Selendra (pertengahan zaman ke-7 Masehi) sedang aci sisa sekitar 60 tahun. Jikalau seorang penguasa memerintah lamanya persangkaan 25 tahun, karenanya setidak-tidaknya sedang aci 2 penguasa lagi untuk hingga kepada Dapunta Selendra. Dalam Carita Parahiyangan diceritakan bahawa Raja Mandimiñak memperoleh putra Sang Sena (Sanna). Ia memegang pemerintahan selama 7 tahun, dan Mandimiñak ditukar oleh Sang Sena yang memerintah 7 tahun. Dari urutan raja-raja yang memerintah itu, bisa diduga bahwa Mandimiñak mulai berkuasa sejak tahun 703 Masehi. Ini faedahnya sedang aci 1 orang lagi yang berkuasa sebelum Mandimiñak. Karena teori Poerbatjaraka sesuai Carita Parahiyangan, karenanya keluarga Śailendra diduga bersumber dari pulau Jawa yang berada dibawah pengaruh Sriwijaya. Tokoh Sanna dan Sanjaya bersesuaian ketat dengan sejarah Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh. Mereka pada awal mulanya beragama Siwa seperti biasanya keluarga kerajaan permulaan di pulau Jawa seperti Tarumanagara dan Holing (Kalingga). Penggunaan bahasa Bahasa Melayu Kuna pada prasasti Sojomerto di Jawa Tengah serta penggunaan gelaran Dapunta menunjukkan bahwa keluarga Sailendra telah dipengaruhi bahasa, tipu daya budi, dan sistem politik Sriwijaya, hal ini menimbulkan dugaan bahwa mereka merupakan vasal atau raja bawahan anggota kedatuan Sriwijaya. Hal ini seiring dengan kabar penaklukan Bhumi Jawa oleh Sriwijaya sebagaimana diceritakan dalam Prasasti Kota Kapur. Berita Tiongkok yang bersumber dari masa Dinasti Tang memberitakan tentang Kerajaan Ho-ling yang dikata She-po (Jawa). Pada tahun 674 Masehi rakyat kerajaan itu menobatkan seorang wanita sbg ratu, yaitu Hsi-mo (Ratu Sima). Ratu ini memerintah dengan adun. Ada-adanya ratu ini merupakan pewaris takhta dari Dapunta Selendra? Apabila ya, karenanya diperoleh urutan raja-raja yang memerintah di Mdaŋ, yaitu Dapunta Selendra (?- 674 Masehi), Ratu Sima (674-703 Masehi), Mandimiñak (703-710 Masehi), R. Sanna (710-717 Masehi), R. Sañjaya (717-746 Masehi), dan Rakai Paņamkaran (746-784 Masehi), dst. Era Kerajaan MedangCandi Kalasan sbg tempat pemujaan Dewi Tara. Selama ini kerajaan Medang dianggap diperintah oleh dua wangsa yaitu Wangsa Sailendra yang beragama Buddha dan Wangsa Sanjaya yang beragama Hindu Siwa, argumen ini pertama kali diperkenalkan oleh Bosch.[2] Pada awal era Medang atau Mataram Kuno, wangsa Sailendra cukup dominan di Jawa Tengah. Menurut para pakar sejarah, wangsa Sanjaya awal mulanya berada di bawah pengaruh kekuasaan wangsa Sailendra. Mengenai persaingan kekuasaan tersebut tidak dikenal secara pasti, akan tetapi kedua-duanya sama-sama berkuasa di Jawa Tengah. Sementara Poerbatjaraka menolak anggapan Bosch mengenai keadaan dua wangsa kembar berlainan agama yang saling bersaing ini. Menurutnya hanya aci satu wangsa dan satu kerajaan, yaitu wangsa Sailendra dan Kerajaan Medang. Sanjaya dan keturunannya merupakan anggota Sailendra juga.[3] Ditambah menurut Boechari, melewati penafsirannya atas Prasasti Sojomerto bahwa wangsa Sailendra pada mulanya memuja Siwa, sebelum Panangkaran berubah kepercayaan dijadikan penganut Buddha Mahayana. Raja-raja yang berkuasa dari keluarga Sailendra tertera dalam prasasti Ligor, prasasti Nalanda maupun prasasti Klurak, sedangkan raja-raja dari keluarga Sanjaya tertera dalam prasasti Canggal dan prasasti Mantyasih. Sesuai candi-candi, peninggalan kerajaan Mataram Kuno dari zaman ke-8 dan ke-9 yang bercorak Budha (Sailendra) umumnya terletak di Jawa Tengah bidang selatan, sedangkan yang bercorak Hindu (Sanjaya) umumnya terletak di Jawa Tengah bidang utara. Sesuai penafsiran atas prasasti Canggal (732 M) Sanjaya memang mendirikan Shivalingga baru (Candi Gunung Wukir), faedahnya ia membangun dasar pusat pemerintahan baru. Hal ini karena raja Jawa pendahulunya, Raja Sanna wafat dan kerajaannya tercerai-berai diserang musuh. Saudari Sanna merupakan Sannaha, ibunda Sanjaya, faedahnya Sanjaya sedang kemenakan Sanna. Sanjaya mempersatukan kesan kerajaan Sanna, memindahkan ibu kota dan naik takhta membangun kraton baru di Mdang i Bhumi Mataram. Hal ini sesuai dengan hukum budaya dan kepercayaan Jawa bahwa kraton yang sudah pernah pralaya, diserang, kalah dan direbut musuh, sudah buruk peruntungannya sehingga mesti pindah mencari tempat lain untuk membangun kraton baru. Hal ini serupa dengan zaman kesudahan pada masa Mataram Islam yang meninggalkan Kartasura yang sudah pernah direbut musuh dan berubah ke Surakarta. Perpindahan pusat pemerintahan ini bukan faedahnya berkesudahannya wangsa yang berkuasa. Hal ini sama dengan Airlangga pada zaman kesudahan yang membangun kerajaan baru, tetapi ia sedang merupakan keturunan wangsa penguasa terdahulu, kelanjutan Dharmawangsa yang juga anggota wangsa Isyana. Karenanya disimpulkan meski Sanjaya memindahkan ibu kota ke Mataram, ia tetap merupakan kelanjutan dari wangsa Sailendra yang menurut prasasti Sojomerto didirikan oleh Dapunta Selendra. Pada masa pemerintahan raja Indra (782-812), puteranya, Samaratungga, dinikahkan dengan Dewi Tara, puteri Dharmasetu, Maharaja Sriwijaya. Prasasti yang ditemukan dekat dari Candi Kalasan memberikan penjelasan bahwa candi tersebut dibangun untuk menghormati Tara sbg Bodhisattva wanita. Pada tahun 790, Sailendra menyerang dan mengalahkan Chenla (Kamboja Selatan), kesudahan sempat berkuasa di sana selama beberapa tahun. Candi Borobudur selesai dibangun pada masa pemerintahan raja Samaratungga (812-833). Borobudur merupakan monumen Buddha terbesar di dunia, dan kini dijadikan salah satu kebanggaan bangsa Indonesia. Dari hasil pernikahannya dengan Dewi Tara, Samaratungga memiliki putri bernama Pramodhawardhani dan putra bernama Balaputradewa. Balaputra kesudahan memerintah di Sriwijaya, karenanya selain pernah berkuasa di Medang, wangsa Sailendra juga berkuasa di Sriwijaya. Runtuhnya Wangsa SailendraBerapa sejarahwan berusaha menjelaskan berkesudahannya kekuasaan Sailendra di Jawa Tengah mengaitkannya dengan kepindahan Balaputradewa ke Sriwijaya (Sumatera). Selama ini sejarahwan seperti Dr. Bosch dan Munoz menganut petuah keadaan dua wangsa kembar berlainan kepercayaan yang saling bersaing; Sanjaya-Sailendra. Mereka beranggapan Sailendra yang penganut Buddha kalah bersaing dan terusir oleh wangsa Sanjaya yang Hindu saluran Siwa. Dimulai dengan keadaan ketimpangan perekonomian serta perbedaan kepercayaan selang Sailendra sang penguasa yang beragama Buddha dengan rakyat Jawa yang biasanya beragama Hindu Siwa, dijadikan faktor terjadinya ketidakstabilan di Jawa Tengah. Untuk memantapkan posisinya di Jawa Tengah, raja Samaratungga menikahkan putrinya Pramodhawardhani, dengan anak Garung, Rakai Pikatan yang waktu itu dijadikan pangeran wangsa Sanjaya.[1] Sejak itu pengaruh Sanjaya yang bercorak Hindu mulai dominan di Mataram, menggantikan agama Buddha. Rakai Pikatan bahkan menyerang Balaputradewa, yang merupakan paman atau saudara Pramodhawardhani. Sejarah wangsa Sailendra berkesudahan pada tahun 850, yaitu ketika Balaputradewa melarikan diri ke Suwarnadwipa yang merupakan negeri asal ibunya. Setelah terusirnya wangsa Sailendra dari Jawa Tengah, Munoz beranggapan berkesudahan pula kekuasaan Sriwijaya atas Jawa selama satu zaman. Munoz beranggapan bahwa orang-orang Jawa pengikut Balaputradewa merasa terancam dan akhir-akhirnya menyingkir, mengungsi ke Jawa Barat untuk mendirikan kerajaan Banten Girang.[1] Hal ini sesuai temuan arca-arca bergaya Jawa Tengahan zaman ke-10 di situs Gunung Pulasari, Banten Girang. Sementara itu, sejarahwan seperti Poerbatjaraka dan Boechari percaya bahwa hanya aci satu wangsa yaitu Sailendra, dan tidak pernah diceritakan Sanjayavamça dalam prasasti apapun. Sanjaya dan keturunannya dianggap sedang masuk dalam wangsa Sailendra. Secara tradisional, selama ini kurun kekuasaan Sailendra dianggap berlanjut selang zaman ke-8 hingga ke-9 Masehi, dan hanya terbatas di Jawa Tengah, tepatnya di Dataran Kedu, dari masa kekuasaan Panangkaran hingga Samaratungga. Hal ini sesuai dengan penafsiran Slamet Muljana yang mengasumsikan Panangkaran sbg Raja Sailendra pertama yang naik takhta. Akan tetapi penafsiran paling mutakhir sesuai temuan Prasasti Sojomerto serta kelanjutan Sailendra di Sriwijaya mengusulkan; bahwa masa kekuasaan wangsa Sailendra berlanjut jauh lebih lama. Dari pertengahan zaman ke-7 (perkiraan dituliskannya Prasasti Sojomerto), hingga awal zaman ke-11 masehi (jatuhnya wangsa Sailendra di Sriwijaya dampak serangan Cholamandala dari India). Dalam kurun waktu tertentu, wangsa Sailendra berkuasa adun di Jawa Tengah maupun di Sumatra. Persekutuan dan hubungan pernikahan keluarga kerajaan selang Sriwijaya dan Sailendra memungkinkan bergabungnya dua keluarga kerajaan, dengan wangsa Sailendra akhir-akhirnya berkuasa adun di Kerajaan Medang Mataram di Jawa Tengah sekaligus di Sriwijaya, Sumatera. Daftar raja-rajaBeberapa sejarahwan mencoba merekonstruksi kembali urutan daftar silsilah raja-raja Sailendra; meskipun satu sama lain mungkin tidak sepakat. Misalnya, Slamet Muljana, meneruskan teori dinasti kembar Bosch, berpendapat bahwa anggota wangsa Sailendra pertama yang sukses dijadikan raja merupakan Rakai Panangkaran. Sementara itu, Poerbatjaraka berpendapat bahwa wangsa Sanjaya itu tidak pernah aci. Dengan kata lain, Wangsa Sanjaya juga merupakan anggota Wangsa Sailendra. Boechari mencoba menyusun tahap awal perkembangan wangsa Sailendra sesuai penafsiran atas Prasasti Sojomerto. Sementara Poerbatjaraka mencoba menyusun daftar raja penguasa Sailendra pada periode menengah dan lanjut sesuai hubungannya dengan tokoh Sanjaya, beberapa prasasti Sailendra, serta penafsiran atas naskah Carita Parahyangan. Akan tetapi banyak kebingungan yang muncul, karena nampaknya Sailendra berkuasa atas banyak kerajaan; Kalingga, Medang, dan Sriwijaya. Dampaknya nama beberapa raja nampak tumpang tindih dan berkuasa di kerajaan-kerajaan ini secara bersamaan. Tanda tanya (?) menunjukkan keraguan atau dugaan, karena data atau bukti sejarah sahih sedang sedikit ditemukan dan belum jelas terungkap.
Lihat pula
Rujukan
Bacaan lanjut
edunitas.com Page 5Bas-relief di Borobudur menampilkan Raja dan Ratu dengan segenap orang bawahan pengiringnya. Adegan keluarga kerajaan seperti ini probabilitas akbar dibuat sesuai istana wangsa Sailendra sendiri.
Candi Borobudur, salah satu peninggalan Wangsa Śailendra. Śailendravamśa atau wangsa sailendra merupakan nama wangsa atau dinasti raja-raja yang berkuasa di Sriwijaya, pulau Sumatera; dan di Mdaŋ (Kerajaan Medang), Jawa Tengah sejak tahun 752. Beberapa akbar raja-rajanya merupakan penganut dan pelindung agama Buddha Mahayana. Meskipun peninggalan dan manifestasi wangsa ini biasanya terdapat di dataran Kedu, Jawa Tengah, asal-usul wangsa ini sedang diperdebatkan. Disamping bermula dari Jawa, daerah lain seperti Sumatera atau bahkan India dan Kamboja, sempat diajukan sbg asal mula wangsa ini. Asal-usulDi Indonesia nama Śailendravamsa dijumpai pertama kali di dalam prasasti Kalasan dari tahun 778 Masehi (Śailendragurubhis; Śailendrawańśatilakasya; Śailendrarajagurubhis). Kesudahan nama itu ditemukan di dalam prasasti Kelurak dari tahun 782 Masehi (Śailendrawańśatilakena), dalam prasasti Abhayagiriwihara dari tahun 792 Masehi (dharmmatuńgadewasyaśailendra), prasasti Sojomerto dari sekitar tahun 700 Masehi (selendranamah) dan prasasti Kayumwuńan dari tahun 824 Masehi (śailendrawańśatilaka). Di luar Indonesia nama ini ditemukan dalam prasasti Ligor dari tahun 775 Masehi dan prasasti Nalanda. Mengenai asal usul keluarga Śailendra banyak dipersoalkan oleh beberapa sarjana. Berbagai argumen telah dinyatakan oleh sejarawan dan arkeologis dari berbagai negara. Berada yang mengatakan bahawa keluarga Śailendra bermula dari Sumatra, dari India, dan dari Funan. Teori IndiaMajumdar beranggapan bahwa keluarga Śailendra di Nusantara, adun di Śrīwijaya (Sumatera) maupun di Mdaŋ (Jawa) bermula dari Kalingga (India Selatan). Argumen yang sama dinyatakan juga oleh Nilakanta Sastri dan Moens. Moens mengasumsikan bahwa keluarga Śailendra bermula dari India yang menetap di Palembang sebelum kedatangan Dapunta Hyang. Pada tahun 683 Masehi, keluarga ini melarikan diri ke Jawa karena terdesak oleh Dapunta Hyang dengan bala tentaranya. Teori FunanGeorge Cœdès lebih condong kepada anggapan bahwa Śailendra yang berada di Nusantara itu bermula dari Funan (Kamboja). Karena terjadi kerusuhan yang menyebabkan runtuhnya kerajaan Funan, kesudahan keluarga kerajaan ini menyingkir ke Jawa, dan muncul sbg penguasa di Medang pada pertengahan zaman ke-8 Masehi dengan memakai nama keluarga Śailendra. Namun teori ini tidak terbukti kuat karena beberapa prasasti dan catatan sejarah mencetuskan bahwa sebelum bermukim di Jawa, keluarga Sailendra telah bermukim turun-temurun di Sumatera. Teori NusantaraTeori Nusantara mengajukan kepulauan Nusantara; terutama pulau Sumatera atau Jawa; sbg tanah cairan wangsa ini. Teori ini mengajukan bahwa wangsa Śailendra mungkin bermula dari Sumatera yang kesudahan berubah dan berkuasa di Jawa, atau mungkin wangsa asli dari pulau Jawa tetapi memperoleh pengaruh kuat dari Sriwijaya. Menurut beberapa sejarawan, keluarga Śailendra bermula dari Sumatera yang bermigrasi ke Jawa Tengah setelah Sriwijaya menerapkan ekspansi ke tanah Jawa pada zaman ke-7 Masehi dengan menyerang kerajaan Tarumanagara dan Ho-ling di Jawa.[1]. Serangan Sriwijaya atas Jawa sesuai atas Prasasti Kota Kapur yang mencanangkan ekspansi atas Bhumi Jawa yang tidak bersedia berbhakti kepada Sriwijaya. Ia mengemukakan gagasannya itu didasarkan atas sebutan gelar Dapunta Selendra pada prasasti Sojomerto. Gelar ini ditemukan juga pada prasasti Kedukan Bukit pada nama Dapunta Hiyaŋ. Prasasti Sojomerto dan prasasti Kedukan Bukit merupakan prasasti yang berbicara Melayu Kuna. Teori Nusantara juga dinyatakan oleh Poerbatjaraka. Argumen dari Poerbatjaraka yang didasarkan atas Carita Parahiyangan kesudahan diperkeras dengan sebuah temuan prasasti di wilayah Kabupaten Batang. Di dalam prasasti yang dikenal dengan nama prasasti Sojomerto itu diceritakan nama Dapunta Selendra, nama ayahnya (Santanū), nama ibunya (Bhadrawati), dan nama istrinya (Sampūla) (da pū nta selendra namah santanū nāma nda bapa nda bhadrawati nāma nda aya nda sampūla nāma nda ..). Menurut Boechari, tokoh yang bernama Dapunta Selendra merupakan bakal raja-raja keturunan Śailendra yang berkuasa di Mdaŋ. Nama Dapunta Selendra jelas merupakan ejaan Melayu dari kata dalam bahasa Sanskerta Śailendra karena di dalam prasasti digunakan bahasa Melayu Kuna. Bila demikian, jikalau keluarga Śailendra bermula dari India Selatan tentunya mereka memakai bahasa Sansekerta di dalam prasasti-prasastinya. Dengan ditemukannya prasasti Sojomerto telah dikenal asal keluarga Śailendra dengan pendirinya Dapunta Selendra. Sesuai paleografinya, prasasti Sojomerto bermula dari sekitar pertengahan zaman ke-7 Masehi. Menurut Poerbatjaraka, Sanjaya dan keturunan-keturunannya itu ialah raja-raja dari keluarga Śailendra, asli Nusantara yang menganut agama Śiwa. Tetapi sejak Paņamkaran berubah agama dijadikan penganut Buddha Mahāyāna, raja-raja di Matarām dijadikan penganut agama Buddha Mahāyāna juga. Argumennya itu didasarkan atas Carita Parahiyangan yang menyebutkan bahwa Rakai Sañjaya menyuruh anaknya Rakai Panaraban atau Rakai Tamperan untuk berubah agama karena agama yang dianutnya (aliran Saiwa) ditakuti oleh semua orang. Kabar mengenai Rakai Panangkaran yang berubah agama dari saluran Saiwa dijadikan Buddha Mahayana juga sesuai dengan inti Prasasti Raja Sankhara (koleksi Museum Adam Malik yang sekarang hilang). Kesudahan Prasasti Canggal menyebutkan bahwa Sañjaya mendirikan sebuah lingga di bukit Sthīrańga untuk sasaran dan keselamatan rakyatnya. Diceritakan pula bahwa Sañjaya memerintah Jawa menggantikan Sanna; Raja Sanna mempunyai saudara perempuan bernama Sanaha yang kesudahan dikawininya dan melahirkan Sañjaya. Dari prasasti Sojomerto dan prasasti Canggal telah dikenal nama tiga orang penguasa di Mdaŋ (Matarām), yaitu Dapunta Selendra, Sanna, dan Sañjaya. Raja Sañjaya mulai berkuasa di Mdaŋ pada tahun 717 Masehi. Dari Carita Parahiyangan bisa dikenal bahwa Sena (Raja Sanna) berkuasa selama 7 tahun. Jikalau Sañjaya naik takhta pada tahun 717 Masehi, karena itu Sanna naik takhta sekitar tahun 710 Masehi. Hal ini faedahnya untuk hingga kepada Dapunta Selendra (pertengahan zaman ke-7 Masehi) sedang berada sisa sekitar 60 tahun. Jikalau seorang penguasa memerintah lamanya persangkaan 25 tahun, karena itu setidak-tidaknya sedang berada 2 penguasa lagi untuk hingga kepada Dapunta Selendra. Dalam Carita Parahiyangan diceritakan bahawa Raja Mandimiñak memperoleh putra Sang Sena (Sanna). Ia memegang pemerintahan selama 7 tahun, dan Mandimiñak ditukar oleh Sang Sena yang memerintah 7 tahun. Dari urutan raja-raja yang memerintah itu, bisa diduga bahwa Mandimiñak mulai berkuasa sejak tahun 703 Masehi. Ini faedahnya sedang berada 1 orang lagi yang berkuasa sebelum Mandimiñak. Karena teori Poerbatjaraka sesuai Carita Parahiyangan, karena itu keluarga Śailendra diduga bermula dari pulau Jawa yang berada dibawah pengaruh Sriwijaya. Tokoh Sanna dan Sanjaya bersesuaian akrab dengan sejarah Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh. Mereka pada awal mulanya beragama Siwa seperti biasanya keluarga kerajaan permulaan di pulau Jawa seperti Tarumanagara dan Holing (Kalingga). Penggunaan bahasa Bahasa Melayu Kuna pada prasasti Sojomerto di Jawa Tengah serta penggunaan gelaran Dapunta menunjukkan bahwa keluarga Sailendra telah dipengaruhi bahasa, tipu daya budi, dan sistem politik Sriwijaya, hal ini menimbulkan dugaan bahwa mereka merupakan vasal atau raja bawahan anggota kedatuan Sriwijaya. Hal ini seiring dengan kabar penaklukan Bhumi Jawa oleh Sriwijaya sebagaimana diceritakan dalam Prasasti Kota Kapur. Berita Tiongkok yang bermula dari masa Dinasti Tang memberitakan tentang Kerajaan Ho-ling yang dikata She-po (Jawa). Pada tahun 674 Masehi rakyat kerajaan itu menobatkan seorang wanita sbg ratu, yaitu Hsi-mo (Ratu Sima). Ratu ini memerintah dengan adun. Ada-adanya ratu ini merupakan pewaris takhta dari Dapunta Selendra? Apabila ya, karena itu diperoleh urutan raja-raja yang memerintah di Mdaŋ, yaitu Dapunta Selendra (?- 674 Masehi), Ratu Sima (674-703 Masehi), Mandimiñak (703-710 Masehi), R. Sanna (710-717 Masehi), R. Sañjaya (717-746 Masehi), dan Rakai Paņamkaran (746-784 Masehi), dst. Era Kerajaan MedangCandi Kalasan sbg tempat pemujaan Dewi Tara. Selama ini kerajaan Medang dianggap diperintah oleh dua wangsa yaitu Wangsa Sailendra yang beragama Buddha dan Wangsa Sanjaya yang beragama Hindu Siwa, argumen ini pertama kali diperkenalkan oleh Bosch.[2] Pada awal era Medang atau Mataram Kuno, wangsa Sailendra cukup dominan di Jawa Tengah. Menurut para pakar sejarah, wangsa Sanjaya awal mulanya berada di bawah pengaruh kekuasaan wangsa Sailendra. Mengenai persaingan kekuasaan tersebut tidak dikenal secara pasti, akan tetapi kedua-duanya sama-sama berkuasa di Jawa Tengah. Sementara Poerbatjaraka menolak anggapan Bosch mengenai beradanya dua wangsa kembar berlainan agama yang saling bersaing ini. Menurutnya hanya berada satu wangsa dan satu kerajaan, yaitu wangsa Sailendra dan Kerajaan Medang. Sanjaya dan keturunannya merupakan anggota Sailendra juga.[3] Ditambah menurut Boechari, melewati penafsirannya atas Prasasti Sojomerto bahwa wangsa Sailendra pada mulanya memuja Siwa, sebelum Panangkaran berubah kepercayaan dijadikan penganut Buddha Mahayana. Raja-raja yang berkuasa dari keluarga Sailendra tertera dalam prasasti Ligor, prasasti Nalanda maupun prasasti Klurak, sedangkan raja-raja dari keluarga Sanjaya tertera dalam prasasti Canggal dan prasasti Mantyasih. Sesuai candi-candi, peninggalan kerajaan Mataram Kuno dari zaman ke-8 dan ke-9 yang bercorak Budha (Sailendra) umumnya terletak di Jawa Tengah bidang selatan, sedangkan yang bercorak Hindu (Sanjaya) umumnya terletak di Jawa Tengah bidang utara. Sesuai penafsiran atas prasasti Canggal (732 M) Sanjaya memang mendirikan Shivalingga baru (Candi Gunung Wukir), faedahnya ia membangun dasar pusat pemerintahan baru. Hal ini karena raja Jawa pendahulunya, Raja Sanna wafat dan kerajaannya tercerai-berai diserang musuh. Saudari Sanna merupakan Sannaha, ibunda Sanjaya, faedahnya Sanjaya sedang kemenakan Sanna. Sanjaya mempersatukan kesan kerajaan Sanna, memindahkan ibu kota dan naik takhta membangun kraton baru di Mdang i Bhumi Mataram. Hal ini sesuai dengan hukum budaya dan kepercayaan Jawa bahwa kraton yang sudah pernah pralaya, diserang, kalah dan direbut musuh, sudah buruk peruntungannya sehingga mesti pindah mencari tempat lain untuk membangun kraton baru. Hal ini serupa dengan zaman kesudahan pada masa Mataram Islam yang meninggalkan Kartasura yang sudah pernah direbut musuh dan berubah ke Surakarta. Perpindahan pusat pemerintahan ini bukan faedahnya berkesudahannya wangsa yang berkuasa. Hal ini sama dengan Airlangga pada zaman kesudahan yang membangun kerajaan baru, tetapi ia sedang merupakan keturunan wangsa penguasa terdahulu, kelanjutan Dharmawangsa yang juga anggota wangsa Isyana. Karena itu disimpulkan meski Sanjaya memindahkan ibu kota ke Mataram, ia tetap merupakan kelanjutan dari wangsa Sailendra yang menurut prasasti Sojomerto dibangun oleh Dapunta Selendra. Pada masa pemerintahan raja Indra (782-812), puteranya, Samaratungga, dinikahkan dengan Dewi Tara, puteri Dharmasetu, Maharaja Sriwijaya. Prasasti yang ditemukan dekat dari Candi Kalasan memberikan penjelasan bahwa candi tersebut dibangun untuk menghormati Tara sbg Bodhisattva wanita. Pada tahun 790, Sailendra menyerang dan mengalahkan Chenla (Kamboja Selatan), kesudahan sempat berkuasa di sana selama beberapa tahun. Candi Borobudur selesai dibangun pada masa pemerintahan raja Samaratungga (812-833). Borobudur merupakan monumen Buddha terbesar di dunia, dan sekarang dijadikan salah satu kebanggaan bangsa Indonesia. Dari hasil pernikahannya dengan Dewi Tara, Samaratungga memiliki putri bernama Pramodhawardhani dan putra bernama Balaputradewa. Balaputra kesudahan memerintah di Sriwijaya, karena itu selain pernah berkuasa di Medang, wangsa Sailendra juga berkuasa di Sriwijaya. Runtuhnya Wangsa SailendraBerapa sejarahwan berusaha menjelaskan berkesudahannya kekuasaan Sailendra di Jawa Tengah mengaitkannya dengan kepindahan Balaputradewa ke Sriwijaya (Sumatera). Selama ini sejarahwan seperti Dr. Bosch dan Munoz menganut petuah beradanya dua wangsa kembar berlainan kepercayaan yang saling bersaing; Sanjaya-Sailendra. Mereka beranggapan Sailendra yang penganut Buddha kalah bersaing dan terusir oleh wangsa Sanjaya yang Hindu saluran Siwa. Dimulai dengan beradanya ketimpangan perekonomian serta perbedaan kepercayaan selang Sailendra sang penguasa yang beragama Buddha dengan rakyat Jawa yang biasanya beragama Hindu Siwa, dijadikan faktor terjadinya ketidakstabilan di Jawa Tengah. Untuk memantapkan posisinya di Jawa Tengah, raja Samaratungga menikahkan putrinya Pramodhawardhani, dengan anak Garung, Rakai Pikatan yang waktu itu dijadikan pangeran wangsa Sanjaya.[1] Sejak itu pengaruh Sanjaya yang bercorak Hindu mulai dominan di Mataram, menggantikan agama Buddha. Rakai Pikatan bahkan menyerang Balaputradewa, yang merupakan paman atau saudara Pramodhawardhani. Sejarah wangsa Sailendra berkesudahan pada tahun 850, yaitu ketika Balaputradewa melarikan diri ke Suwarnadwipa yang merupakan negeri asal ibunya. Setelah terusirnya wangsa Sailendra dari Jawa Tengah, Munoz beranggapan berkesudahan pula kekuasaan Sriwijaya atas Jawa selama satu zaman. Munoz beranggapan bahwa orang-orang Jawa pengikut Balaputradewa merasa terancam dan akhir-akhirnya menyingkir, mengungsi ke Jawa Barat untuk mendirikan kerajaan Banten Girang.[1] Hal ini sesuai temuan arca-arca bergaya Jawa Tengahan zaman ke-10 di situs Gunung Pulasari, Banten Girang. Sementara itu, sejarahwan seperti Poerbatjaraka dan Boechari percaya bahwa hanya berada satu wangsa yaitu Sailendra, dan tidak pernah diceritakan Sanjayavamça dalam prasasti apapun. Sanjaya dan keturunannya dianggap sedang masuk dalam wangsa Sailendra. Secara tradisional, selama ini kurun kekuasaan Sailendra dianggap berlanjut selang zaman ke-8 hingga ke-9 Masehi, dan hanya terbatas di Jawa Tengah, tepatnya di Dataran Kedu, dari masa kekuasaan Panangkaran hingga Samaratungga. Hal ini sesuai dengan penafsiran Slamet Muljana yang mengasumsikan Panangkaran sbg Raja Sailendra pertama yang naik takhta. Akan tetapi penafsiran paling mutakhir sesuai temuan Prasasti Sojomerto serta kelanjutan Sailendra di Sriwijaya mengusulkan; bahwa masa kekuasaan wangsa Sailendra berlanjut jauh lebih lama. Dari pertengahan zaman ke-7 (perkiraan dituliskannya Prasasti Sojomerto), hingga awal zaman ke-11 masehi (jatuhnya wangsa Sailendra di Sriwijaya dampak serangan Cholamandala dari India). Dalam kurun waktu tertentu, wangsa Sailendra berkuasa adun di Jawa Tengah maupun di Sumatra. Persekutuan dan hubungan pernikahan keluarga kerajaan selang Sriwijaya dan Sailendra memungkinkan bergabungnya dua keluarga kerajaan, dengan wangsa Sailendra akhir-akhirnya berkuasa adun di Kerajaan Medang Mataram di Jawa Tengah sekaligus di Sriwijaya, Sumatera. Daftar raja-rajaBeberapa sejarahwan mencoba merekonstruksi kembali urutan daftar silsilah raja-raja Sailendra; meskipun satu sama lain mungkin tidak sepakat. Misalnya, Slamet Muljana, meneruskan teori dinasti kembar Bosch, berpendapat bahwa anggota wangsa Sailendra pertama yang sukses dijadikan raja merupakan Rakai Panangkaran. Sementara itu, Poerbatjaraka berpendapat bahwa wangsa Sanjaya itu tidak pernah berada. Dengan kata lain, Wangsa Sanjaya juga merupakan anggota Wangsa Sailendra. Boechari mencoba menyusun tahap awal perkembangan wangsa Sailendra sesuai penafsiran atas Prasasti Sojomerto. Sementara Poerbatjaraka mencoba menyusun daftar raja penguasa Sailendra pada periode menengah dan lanjut sesuai hubungannya dengan tokoh Sanjaya, beberapa prasasti Sailendra, serta penafsiran atas naskah Carita Parahyangan. Akan tetapi banyak kebingungan yang muncul, karena nampaknya Sailendra berkuasa atas banyak kerajaan; Kalingga, Medang, dan Sriwijaya. Dampaknya nama beberapa raja nampak tumpang tindih dan berkuasa di kerajaan-kerajaan ini secara bersamaan. Tanda tanya (?) menunjukkan keraguan atau dugaan, karena data atau bukti sejarah sahih sedang sedikit ditemukan dan belum jelas terungkap. Lihat pula
Rujukan
Bacaan lanjut
edunitas.com Page 6151. Chicken Red Needed Staff Gudang ..... show everything ♝ Closing date : 3 Desember 2022 ♝ Updated date : 3 November 2022 ♝ Job location in Jakarta ♝ Apply for a job now : Click here ♝ Tot Clicks = 9,166 Appear = 100,427 152. Indomaret Group Needed Pramuniaga ..... show everything ♝ Closing date : 3 Desember 2022 ♝ Updated date : 3 November 2022 ♝ Job location in Jakarta ♝ Apply for a job now : Click here ♝ Tot Clicks = 15,076 Appear = 118,005 153. Indomobil Nissan KIA Needed Sales Executive ..... show everything ♝ Closing date : 31 Desember 2022 ♝ Updated date : 3 November 2022 ♝ Job location in Jakarta ♝ Apply for a job now : Click here ♝ Tot Clicks = 16,947 Appear = 131,289 154. Orang Tua Groups (OT) Needed Sales Taking Order ..... show everything (Image/PDF) ♝ Closing date : 23 November 2022 ♝ Updated date : 3 November 2022 ♝ Job location in Lumajang ♝ Apply for a job now : Click here ♝ Tot Clicks = 7,073 Appear = 72,569 155. PT Anuagerah Graha Plasindo Needed Staff Desain Grafis ..... show everything ♝ Closing date : 3 Desember 2022 ♝ Updated date : 3 November 2022 ♝ Job location in Jakarta ♝ Apply for a job now : Click here ♝ Tot Clicks = 11,987 Appear = 126,751 156. PT Anuagerah Graha Plasindo Needed Sales Manager ..... show everything ♝ Closing date : 3 Desember 2022 ♝ Updated date : 3 November 2022 ♝ Job location in Jakarta ♝ Apply for a job now : Click here ♝ Tot Clicks = 16,169 Appear = 123,885 157. PT Astra Group Tbk ♝ Closing date : 30 November 2022 ♝ Updated date : 3 November 2022 ♝ Apply for a job now : Click here ♝ Tot Clicks = 10,130 Appear = 119,561 158. PT Mandiri Andalan Utama ♝ Closing date : 3 Desember 2022 ♝ Updated date : 3 November 2022 ♝ Apply for a job now : Click here ♝ Tot Clicks = 14,274 Appear = 117,146 159. PT Salmart Retailindo INTL Needed Cashier, Account Receivable Cash and Bank ..... show everything ♝ Closing date : 3 Desember 2022 ♝ Updated date : 3 November 2022 ♝ Job location in Yogyakarta ♝ Apply for a job now : Click here ♝ Tot Clicks = 12,316 Appear = 103,118 160. PT Swakarya Insan Mandiri Needed Receptionist ..... show everything ♝ Closing date : 20 November 2022 ♝ Updated date : 3 November 2022 ♝ Apply for a job now : Click here ♝ Tot Clicks = 6,999 Appear = 62,928 161. PT TRUE Finance Needed Account Officer ..... show everything ♝ Closing date : 3 Desember 2022 ♝ Updated date : 3 November 2022 ♝ Job location in Jakarta ♝ Apply for a job now : Click here ♝ Tot Clicks = 10,497 Appear = 95,230 162. Bluebird Group Palmerah Needed Driver Taxi Online Bluebird Group ..... show everything ♝ Closing date : 25 November 2022 ♝ Updated date : 2 November 2022 ♝ Job location in Jakarta ♝ Apply for a job now : Click here ♝ Tot Clicks = 7,434 Appear = 76,492 163. Gizilinks Needed Customer Service ..... show everything (Image/PDF) ♝ Closing date : 2 Desember 2022 ♝ Updated date : 2 November 2022 ♝ Apply for a job now : Click here ♝ Tot Clicks = 6,767 Appear = 72,733 164. Keke Group Indonesia Needed Distribusi dan Gudang ..... show everything (Image/PDF) ♝ Closing date : 2 Maret 2023 ♝ Updated date : 2 November 2022 ♝ Apply for a job now : Click here ♝ Tot Clicks = 8,516 Appear = 122,576 165. Kopi Oey Needed R D Staf ..... show everything (Image/PDF) ♝ Closing date : 2 Desember 2022 ♝ Updated date : 2 November 2022 ♝ Job location in Jakarta ♝ Apply for a job now : Click here ♝ Tot Clicks = 6,328 Appear = 68,328 Page 7154. Orang Tua Groups (OT) Dibutuhkan Sales Taking Order ..... tampilkan lebih lengkap (Gambar/PDF) ♝ Tgl Penutupan : 23 November 2022 ♝ Tgl Pasang Iklan : 3 November 2022 ♝ Lokasi pekerjaan di Lumajang ♝ Kirim lamaran kerja sekarang : Klik ini ♝ Klik = 7.073 Tayang = 72.569 155. PT Anuagerah Graha Plasindo Dibutuhkan Staff Desain Grafis ..... tampilkan lebih lengkap ♝ Tgl Penutupan : 3 Desember 2022 ♝ Tgl Pasang Iklan : 3 November 2022 ♝ Lokasi pekerjaan di Jakarta ♝ Kirim lamaran kerja sekarang : Klik ini ♝ Klik = 11.987 Tayang = 126.751 156. PT Anuagerah Graha Plasindo Dibutuhkan Sales Manager ..... tampilkan lebih lengkap ♝ Tgl Penutupan : 3 Desember 2022 ♝ Tgl Pasang Iklan : 3 November 2022 ♝ Lokasi pekerjaan di Jakarta ♝ Kirim lamaran kerja sekarang : Klik ini ♝ Klik = 16.169 Tayang = 123.885 157. PT Astra Group Tbk ♝ Tgl Penutupan : 30 November 2022 ♝ Tgl Pasang Iklan : 3 November 2022 ♝ Lokasi pekerjaan di Bekasi ♝ Kirim lamaran kerja sekarang : Klik ini ♝ Klik = 10.130 Tayang = 119.561 158. PT Mandiri Andalan Utama ♝ Tgl Penutupan : 3 Desember 2022 ♝ Tgl Pasang Iklan : 3 November 2022 ♝ Lokasi pekerjaan di Bogor ♝ Kirim lamaran kerja sekarang : Klik ini ♝ Klik = 14.274 Tayang = 117.146 159. PT Salmart Retailindo INTL ♝ Tgl Penutupan : 3 Desember 2022 ♝ Tgl Pasang Iklan : 3 November 2022 ♝ Lokasi pekerjaan di Yogyakarta ♝ Kirim lamaran kerja sekarang : Klik ini ♝ Klik = 12.316 Tayang = 103.118 160. PT Swakarya Insan Mandiri Dibutuhkan Receptionist ..... tampilkan lebih lengkap ♝ Tgl Penutupan : 20 November 2022 ♝ Tgl Pasang Iklan : 3 November 2022 ♝ Lokasi pekerjaan di Malang ♝ Kirim lamaran kerja sekarang : Klik ini ♝ Klik = 6.999 Tayang = 62.928 161. PT TRUE Finance Dibutuhkan Account Officer ..... tampilkan lebih lengkap ♝ Tgl Penutupan : 3 Desember 2022 ♝ Tgl Pasang Iklan : 3 November 2022 ♝ Lokasi pekerjaan di Jakarta ♝ Kirim lamaran kerja sekarang : Klik ini ♝ Klik = 10.497 Tayang = 95.230 162. Bluebird Group Palmerah Dibutuhkan Driver Taxi Online Bluebird Group ..... tampilkan lebih lengkap ♝ Tgl Penutupan : 25 November 2022 ♝ Tgl Pasang Iklan : 2 November 2022 ♝ Lokasi pekerjaan di Jakarta ♝ Kirim lamaran kerja sekarang : Klik ini ♝ Klik = 7.434 Tayang = 76.492 163. Gizilinks Dibutuhkan Customer Service ..... tampilkan lebih lengkap (Gambar/PDF) ♝ Tgl Penutupan : 2 Desember 2022 ♝ Tgl Pasang Iklan : 2 November 2022 ♝ Lokasi pekerjaan di Bogor ♝ Kirim lamaran kerja sekarang : Klik ini ♝ Klik = 6.767 Tayang = 72.733 164. Keke Group Indonesia Dibutuhkan Distribusi dan Gudang ..... tampilkan lebih lengkap (Gambar/PDF) ♝ Tgl Penutupan : 2 Maret 2023 ♝ Tgl Pasang Iklan : 2 November 2022 ♝ Lokasi pekerjaan di Bogor ♝ Kirim lamaran kerja sekarang : Klik ini ♝ Klik = 8.516 Tayang = 122.576 165. Kopi Oey Dibutuhkan R D Staf ..... tampilkan lebih lengkap (Gambar/PDF) ♝ Tgl Penutupan : 2 Desember 2022 ♝ Tgl Pasang Iklan : 2 November 2022 ♝ Lokasi pekerjaan di Jakarta ♝ Kirim lamaran kerja sekarang : Klik ini ♝ Klik = 6.328 Tayang = 68.328 166. Link Study Center Dibutuhkan Admin Sekolah ..... tampilkan lebih lengkap ♝ Tgl Penutupan : 2 Desember 2022 ♝ Tgl Pasang Iklan : 2 November 2022 ♝ Lokasi pekerjaan di Bandung ♝ Kirim lamaran kerja sekarang : Klik ini ♝ Klik = 10.844 Tayang = 106.012 167. Luprintz Dibutuhkan Deskprint ..... tampilkan lebih lengkap ♝ Tgl Penutupan : 2 Desember 2022 ♝ Tgl Pasang Iklan : 2 November 2022 ♝ Lokasi pekerjaan di Bekasi ♝ Kirim lamaran kerja sekarang : Klik ini ♝ Klik = 10.291 Tayang = 97.782 168. Nusapala Group Dibutuhkan Remedial Officer ..... tampilkan lebih lengkap ♝ Tgl Penutupan : 2 Desember 2022 ♝ Tgl Pasang Iklan : 2 November 2022 ♝ Lokasi pekerjaan di Ciamis ♝ Kirim lamaran kerja sekarang : Klik ini ♝ Klik = 8.883 Tayang = 89.527 169. PT Equityworld Private Surabaya ♝ Tgl Penutupan : 2 Desember 2022 ♝ Tgl Pasang Iklan : 2 November 2022 ♝ Lokasi pekerjaan di Surabaya ♝ Kirim lamaran kerja sekarang : Klik ini ♝ Klik = 8.936 Tayang = 101.622 170. PT Fuji Home Japan Dibutuhkan Staf Marketing Property ..... tampilkan lebih lengkap ♝ Tgl Penutupan : 2 Desember 2022 ♝ Tgl Pasang Iklan : 2 November 2022 ♝ Lokasi pekerjaan di Mataram ♝ Kirim lamaran kerja sekarang : Klik ini ♝ Klik = 6.540 Tayang = 71.215 Page 8Jual ikan Arwana Super Red mempunyai sertifikatnya dan Bonus aquarJual ikan Arwana Super Red mempunyai sertifikatnya dan Bonus aquarium 2 buah beserta peralatannya, termasuk 2 lampu tanning, karena mau pindah rumah, beli langsung untung bila jual lagi. ... ....... .... dokumentasikan ulasan lengkap ♝ Jml Klik = 894.986 Jml.Tampil = 42.107.836 ♝ HandPhone / Kontak: Misumi, 08001234000 ♝ Furniture ♝ Alamat: Lakarsantri, Surabaya Kota, Jawa Timur ♝ Tgl Awal: 9 Agustus 2022 ♝ Tgl pengahabisannya publikasi: 9 Desember 2022 iklan mini Page 9PT BFI FinancePT. BFI Finance Posisi Recovery Officer Apply di link berikut: https:// jobs.talentics.id / bfi-finance-region-jabodetabek / recovery-officer-branch-bekasi-5 email : support talentics.id ... .... ... ..... ... .... ... .. visit very complete ♝ Tot Clicks = 3,810,230 Appear = 128,270,618 ♝ Advertiser: PT. BFI Finance, 0859 1065 58206 ♝ Bank/Credit/Capital/Insurance ♝ Region: Karawaci, Kota Tangerang ♝ Updated date: July 18, 2022 ♝ Closing date of publication: November 18, 2022 mini adverts Page 10PT BFI FinancePT. BFI Finance Posisi Recovery Officer Apply di link berikut: https:// jobs.talentics.id / bfi-finance-region-jabodetabek / recovery-officer-branch-bekasi-5 email : support talentics.id ... .... ... ..... ... .... ... .. visit very complete ♝ Tot Clicks = 3,810,230 Appear = 128,270,618 ♝ Advertiser: PT. BFI Finance, 0859 1065 58206 ♝ Bank/Credit/Capital/Insurance ♝ Region: Karawaci, Kota Tangerang ♝ Updated date: July 18, 2022 ♝ Closing date of publication: November 18, 2022 mini adverts Page 11Jual ikan Arwana Super Red mempunyai sertifikatnya dan Bonus aquarJual ikan Arwana Super Red mempunyai sertifikatnya dan Bonus aquarium 2 buah beserta peralatannya, termasuk 2 lampu tanning, karena mau pindah rumah, beli langsung untung bila jual lagi. ... ....... .... dokumentasikan ulasan lengkap ♝ Jml Klik = 894.986 Jml.Tampil = 42.107.836 ♝ HandPhone / Kontak: Misumi, 08001234000 ♝ Furniture ♝ Alamat: Lakarsantri, Surabaya Kota, Jawa Timur ♝ Tgl Awal: 9 Agustus 2022 ♝ Tgl pengahabisannya publikasi: 9 Desember 2022 iklan mini Page 12Rp 360.000 Zeus Zs610 dan GM Evolution sepaket Size L LecetDeskripsi Zeus Zs610 dan GM Evolution sepaket Size L Kondisi Lecet Standar Pemakaian Harga 360 nett Kelengkapan Helm Only Helm baru di cuci wangi, jadi tinggal pakai Thanks ... .. dokumentasikan ulasan lengkap ♝ Jml Klik = 28.121 Jml.Tampil = 527.742 ♝ HandPhone / Kontak: Mr.boss, 085664311979 ♝ Ragam/Lainnya ♝ Alamat: Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Jakarta D.K.I. ♝ Ditulis sedari tgl: 2 November 2022 ♝ Tgl berakhir: 2 Desember 2022 iklan baris Page 13Rp 360.000 Zeus Zs610 dan GM Evolution sepaket Size L LecetDeskripsi Zeus Zs610 dan GM Evolution sepaket Size L Kondisi Lecet Standar Pemakaian Harga 360 nett Kelengkapan Helm Only Helm baru di cuci wangi, jadi tinggal pakai Thanks ... .. dokumentasikan ulasan lengkap ♝ Jml Klik = 28.121 Jml.Tampil = 527.742 ♝ HandPhone / Kontak: Mr.boss, 085664311979 ♝ Ragam/Lainnya ♝ Alamat: Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Jakarta D.K.I. ♝ Ditulis sedari tgl: 2 November 2022 ♝ Tgl berakhir: 2 Desember 2022 iklan baris Page 14Portable Mesh Nebulizer YM 252 Alat Uap Bantu PernafasanNebulizer Mesh bisa mengubah zat cair dijadikan gas atau gas yang bisa dihirup menempuh mulut atau hidung ....... ..visit very complete ♝ Tot Clicks = 85,221 Appear = 7,455,330 ♝ Advertiser: Aprea Kosasih, 087770211186 ♝ Health and Medicine ♝ Region: Kabupaten Bogor ♝ Updated date: October 18, 2022 ♝ Closing date of publication: November 18, 2022 line adverts Page 15CV Cahya Karunia JayaMembutuhkan Staff Admin Gudang. Persyaratan : Wanita Usia 20 30 tahun Pendidikan minimal SMU / SMK sederajat Benar ketrampilan komunikasi yang berpegang pada kebenaran Bisa ... .. visit very complete ♝ Apply for a job : Click here ♝ Tot Clicks = 73,725 Appear = 20,790,415 ♝ Jobs Vacancy ♝ Closing date of publication: November 19, 2022 ♝ Updated date: October 19, 2022 job vacancy ad Page 16Halaman ke ➼ 1 ..... 188 189 190 191 192 193 Page 17PT Mayora Indah TbkLowongan untuk : Tenaga Kerja Pabrik. ♝ dokumentasikan ulasan lengkap ♝ Kirim lamaran kerja : Klik disini ♝ Jml Klik = 56.829 Jml.Tampil = 11.495.209 ♝ Himpunan Cari Karir ♝ Tgl berakhir: 19 November 2022 ♝ Tgl Awal: 19 Oktober 2022 iklan lowongan kerja Page 18PT Mayora Indah Tbk - lowongan utkVacancies for : Tenaga Kerja Pabrik. ♝ Apply for a job : Click here ♝ Tot Clicks = 56,829 Appear = 11,495,209 ♝ Jobs Vacancy Group ♝ Closing date of publication: November 19, 2022 ♝ Adverts updated date: October 19, 2022 job vacancy ad Page 19P2K = Employees Lecture Probolinggo -- Jawa Timur : P2K ● KM ➜ STIA BayuanggaP2K ● KM ➜ STAI Muhammadiyah P2K ● KM ➜ STEBI Badri Mashduqi P2K ● KM ➜ Univ. Ubudiyah Indonesia P2K ● KM ➜ STEBI Global Mulia ..... View all Regions
Page 20Halaman ke ➼ 1 ..... 188 189 190 191 192 193 Page 21Halaman ke ➼ 1 ..... 188 189 190 191 192 193 Page 22P2K = Employees Lecture Probolinggo -- Jawa Timur : P2K ● KM ➜ STIA BayuanggaP2K ● KM ➜ STAI Muhammadiyah P2K ● KM ➜ STEBI Badri Mashduqi P2K ● KM ➜ Univ. Ubudiyah Indonesia P2K ● KM ➜ STEBI Global Mulia ..... View all Regions
Page 23CV Cahya Karunia JayaMembutuhkan Staff Admin Gudang. Persyaratan : Wanita Usia 20 30 tahun Pendidikan minimal SMU / SMK sederajat Benar ketrampilan komunikasi yang berpegang pada kebenaran Bisa ... .. visit very complete ♝ Apply for a job : Click here ♝ Tot Clicks = 73,725 Appear = 20,790,415 ♝ Jobs Vacancy ♝ Closing date of publication: November 19, 2022 ♝ Updated date: October 19, 2022 job vacancy ad Page 24Halaman ke ➼ 1 ..... 188 189 190 191 192 193 Page 25PT Mayora Indah TbkLowongan untuk : Tenaga Kerja Pabrik. ♝ dokumentasikan ulasan lengkap ♝ Kirim lamaran kerja : Klik disini ♝ Jml Klik = 56.829 Jml.Tampil = 11.495.209 ♝ Himpunan Cari Karir ♝ Tgl berakhir: 19 November 2022 ♝ Tgl Awal: 19 Oktober 2022 iklan lowongan kerja Page 26PT Mayora Indah Tbk - lowongan utkVacancies for : Tenaga Kerja Pabrik. ♝ Apply for a job : Click here ♝ Tot Clicks = 56,829 Appear = 11,495,209 ♝ Jobs Vacancy Group ♝ Closing date of publication: November 19, 2022 ♝ Adverts updated date: October 19, 2022 job vacancy ad |