Contoh kerjasama Indonesia dengan Laos di bidang ekonomi

Selasa, 28 September 2021 | 16:26 WIB

Contoh kerjasama Indonesia dengan Laos di bidang ekonomi

Diplomasi antarnegara diperlukan untuk meningkatkan daya saing bangsa. Diplomasi melalui jalur bahasa, seni, dan budaya terbukti mampu melepas sekat-sekat perbedaan dan membuka kerja sama dalam berbagai bidang.

Duta Besar Indonesia untuk Republik Demokratik Rakyat Laos, Pratito Soeharyo menuturkan, diplomasi secara halus atau soft power dilakukan untuk saling memberikan manfaat kepada masing-masing negara. Peluang itu antara lain meliputi meningkatkan kedekatan, membuka peluang kerja sama dalam bidang pendidikan, serta meningkatkan kualitas pendidikan agar mampu bersaing pada ranah global. “Laos memiliki jumlah penduduk tujuh juta jiwa dan pertumbuhan ekonomi sekitar 7 persen yang potensial untuk dijajaki sebagai tempat kerja sama lebih lanjut,” ujar Pratito dalam webinar “Peran Strategis Bahasa dan Seni untuk Penguatan Reputasi Internasional” yang diselenggarakan oleh Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang, Selasa (28/9/2021).

Namun demikian, Pratito mengatakan kerja sama perlu terus ditingkatkan. Sejak 2016, baru 141 beasiswa yang diakses oleh pemuda di Laos. Padahal, hubungan diplomatik antara Indonesia dengan Laos sudah berlangsung selama 65 tahun. Di Laos, masih muncul kesenjangan kurikulum pendidikan tinggi dengan tuntutan pasar tenaga kerja. Kesenjangan lain adalah sebanyak 74% sektor swasta lebih memilih lulusan luar negeri ketimbang Laos. “Banyak mahasiswa lulusan Laos lebih memilih bekerja di sektor publik,” katanya dalam webinar yang dimoderatori oleh Wakil Dekan I Bidang Akademik FBS Unnes, Dr. Tommi Yuniawan, itu.

Untuk itu, potensi kerja sama institusi pendidikan tinggi Indonesia dan Laos perlu untuk dijajaki lebih lanjut, antara lain meliputi pengiriman mahasiswa untuk studi, pemberian beasiswa, kerja sama riset, dan peningkatan kualitas kurikulum dan gelar ganda (double degree).

Duta Besar Indonesia untuk Addis Ababa merangkap Republik Djibouti dan Uni Afrika Ethiopia, Al Busyra Basnur mengatakan, bahasa, seni, dan budaya, menjadi jalan tengah untuk menjalin diplomasi. Ketiga bidang tersebut mampu melepas sekat-sekat perbedaan, suku, ras, dan agama antarbangsa. Warga asing tertarik untuk belajar bahasa, seni, dan budaya khas Indonesia. Meski demikian, masih diperlukan promosi secara lebih intensif untuk meningkatkan diplomasi dan daya saing.

Al Busyra mengatakan, pihaknya secara intensif memberikan pendampingan kepada para pemuda untuk belajar bahasa Indonesia. Meski demikian, Al Busyra mengelaborasi fenomena terkait keinginan para pemuda belajar bahasa asing. “Pada akhirnya, keinginan untuk belajar bahasa asing itu berkaitan dengan faktor pekerjaan, entah untuk bekerja ke luar negeri atau bekerja di perusahaan asing yang ada di dalam negerinya. Jadi, semua akan kembali kepada faktor ekonomi,” ujarnya.

Al Busyra mengapresiasi langkah Universitas Negeri Semarang yang berupaya memberikan pembelajaran bahasa Indonesia kepada para pemuda. UNNES memiliki pengajar berpengalaman dalam pembelajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA). Pada masa pandemi, teknologi informasi dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk pembelajaran. Selama ini skema beasiswa yang dijalankan antara Indonesia dengan Ethiopia meliputi beasiswa kemitraan negara berkembang, darmasiswa, dan beasiswa seni dan budaya Indonesia.

Dekan FBS UNNES Dr. Sri Rejeki Urip menuturkan, webinar sebagai upaya untuk menjajaki kerja sama antarlembaga selain juga mempromosikan sejumlah keunggulan UNNES.


Hubungan Indonesia dengan Laos adalah hubungan bilateral antara Indonesia dan Laos. hubungan diplomatik didirikan pada 1957. Indonesia memiliki kedutaan besar di Vientiane, Laos sementara memiliki kedutaan besar di Jakarta. Indonesia mendukung dan menyambut keanggotaan Laos dalam Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) pada 23 Juli 1997. Laos dan Indonesia sepakat untuk meningkatkan hubungan dan fokus pada upaya mengeksplorasi potensi kerja sama kedua negara di bidang perdagangan dan investasi. Kedua negara menyatakan keinginannya untuk mencapai kesepakatan lebih lanjut terkait dengan sektor keamanan, pariwisata, olahraga, transportasi udara, dan pendidikan. Kedua belah pihak juga akan bekerja sama dalam kerjasama dengan negara-negara ASEAN lainnya untuk memastikan Komunitas ASEAN didirikan pada tahun 2015.[1]

Contoh kerjasama Indonesia dengan Laos di bidang ekonomi
Hubungan Indonesia–Laos
Contoh kerjasama Indonesia dengan Laos di bidang ekonomi

Indonesia
Contoh kerjasama Indonesia dengan Laos di bidang ekonomi

Laos

Hubungan antara Indonesia dan Laos telah tumbuh secara mengesankan sejak Laos bergabung menjadi anggota ASEAN pada tahun 1997. Indonesia merupakan salah satu negara anggota ASEAN yang mendukung masuknya Laos ke dalam ASEAN.

Perdagangan antara Indonesia dan Laos meningkat tiga kali lipat (300 persen) hanya dalam kurun dua tahun; dari 9.900.000 dollar AS pada 2011 menjadi 27 juta dollar AS pada tahun 2012.[2]

Indonesia melalui kerjasama bilateral, membantu Laos pada pengembangan kapasitas di berbagai sektor, melalui beasiswa dan pelatihan bagi siswa Laos. Universitas Gadjah Mada di Indonesia dan Universitas Nasional Laos sepakat untuk menandatangani perjanjian pendidikan. Pemerintah Indonesia juga bekerja sama dengan Pemerintah Jepang (JICA), NAM Centre dan Departemen Pendidikan Nasional Indonesia, untuk mengatur berbagai pelatihan dan beasiswa. Ini termasuk Darmasiswa RI reguler/kursus singkat program beasiswa 2009/2010. Sebelas peserta dari Laos mendapatkan beasiswa Darmasiswa dengan 5 peserta untuk Bahasa Indonesia dan enam peserta untuk studi Budaya. Gelar Darmasiswa RI Master Program Beasiswa 2009/2010. Enam siswa Lao mendapatkan beasiswa bergelar master.

Pelatihan lainnya termasuk pelatihan kayu ukiran tingkat lanjut bagi pengukir Lao pada 28 Januari-28 Februari 2009. Lokakarya pelatihan internasional dalam pengembangan energi terbarukan, energi hidro produktivitas pengguna akhir mikro untuk pembangunan ekonomi pedesaan digelar 2–9 Juni 2009 di Bandung – Indonesia. Pelatihan kursus geo-informasi untuk Bahaya Bencana Alam dan Pengurangan Risiko Bencana digelar pada tanggal 8 Juni–27 Juli 2009, di Bogor dan Cibinong-Indonesia. TCTP pada pengembangan kapasitas untuk pengentasan kemiskinan digelar pada 8–19 Juni 2009. TCTP memberikan dukungan kepada pemerintah daerah dan mendukung kolaborasi antar-sektoral dalam program kesehatan ibu dan anak melalui penerbitan dan pembagian buku pegangan ibu dan anak, digelar di Padang pada 29 Juni–6 Juli 2009. Lokakarya Internasional tentang manajemen risiko bencana untuk negara Asia Pasifik dihadiri para ahli konsultasi, digelar di Jakarta pada 9–11 Juni 2009.

Kursus bahasa Indonesia untuk Rakyat Laos digelar setiap tahun di Kompleks Kedutaan Besar Republik Indonesia di Vientiane.[3]

  • Daftar Duta Besar Indonesia untuk Laos
  • Daftar duta besar Laos untuk Indonesia
  • Kedutaan Besar Republik Indonesia di Vientiane

  1. ^ "Laos, Indonesia to focus relations on trade and investment". www.laopdr.gov.la. National Portal of Laos PDR. 2011-01-20. Diakses tanggal 30 May 2013. 
  2. ^ "Indonesia-Laos trade increasing by 300 percent in two years". Antara News.com. 11 July 2013. Diakses tanggal 9 November 2015. 
  3. ^ "Current Socio Culture Relations". Embassy of Republic of Indonesia, Vientiane, Laos. Embassy of Indonesia. Diakses tanggal 30 May 2013. 

  • Kedutaan Besar Republik Indonesia di Vientiane, Laos
  • Kedutaan Besar Laos di Jakarta, Indonesia Diarsipkan 2013-07-03 di Archive.is

Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Hubungan_Indonesia_dengan_Laos&oldid=21532180"