Contoh hewan endemik yang berasal dari Papua dan Sumatera adalah

Timika, 8 Juli 2021 – Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Papua melepasliarkan 17 ekor satwa endemik Papua pada Rabu (8/7) di Hutan Kuala Kencana, Distrik Kuala Kencana, Kabupaten Mimika. Kegiatan dilaksanakan bersama Pemerintah Kabupaten Mimika, Cabang Dinas Kehutanan dan Lingkungan Hidup Mimika, berbagai instansi terkait di Kabupaten Mimika, dan PT. Freeport Indonesia.  Pelepasliaran dan translokasi satwa tahun 2021 ini mengusung tema Living in Harmoni with Nature. Kita semua diajak melestarikan satwa liar milik negara, karena peran penting satwa-satwa tersebut di alam.

Satwa-satwa yang dilepasliarkan meliputi tiga ekor kakatua koki (Cacatua galerita) yang merupakan satwa hasil translokasi dari BBKSDA Sumatera Utara tahun 2020, dua ekor mandar besar (Porphyrio porphyrio) dan satu ekor biawak (Varanus indicus) yang merupakan serahan dari masyarakat, satu ekor nuri kelam (Pseudeus fuscata), empat ekor nuri kepala hitam (Lorius lory), dan enam ekor mambruk selatan (Goura sclaterii) yang merupakan hasil patroli dan penyerahan dari masyarakat di beberapa tempat di Kabupaten Mimika pada periode tahun 2020.

Hutan Kuala Kencana dipilih sebagai lokasi pelepasliaran karena mempertimbangkan habitat yang sesuai dengan ketersediaan pakan alami yang cukup, serta aman dari ancaman dan gangguan. Satwa-satwa  sebelumnya dirawat sekaligus di habituasi di Kandang Transit Satwa Mile 21 PT. Freeport Indonesia, dan telah menjalani pemeriksaan kesehatan oleh dokter hewan dari Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Mimika.

Satwa-satwa yang dilepasliarkan merupakan satwa endemik Papua, kecuali mandar besar (Porphyrio porphyrio). Semua satwa yang dilepasliarkan ini merupakan satwa yang dilindungi berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Tumbuhan dan Satwa Liar, dan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.106/Menlhk/Setjen/KUM.1/12/2018 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.20/Menlhk/Setjen/Kum.1/6/2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi.

Dirjen KSDAE, Kementerian LHK, berterima kasih atas dukungan instansi pemerintah dan Pemkab Mimika, serta PT Freeport dan menghimbau kepada masyarakat untuk terus membantu dalam menjaga kelestarian satwa liar endemik Papua. Tempat hidup terbaik satwa liar adalah di habitatnya. Pengembangan wisata alam berbasis masyarakat dengan obyek satwa liar seperti bird watching merupakan pilihan terbaik agar satwa liar dapat lebih dilestarikan, dan masyarakat dapat memperoleh manfaat ekonomi. Kegiatan ini juga sebagai rangkaian Road to Hari Konservasi Alam Nasional (HKAN) 2021, di TWAL Teluk Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Kepala BBKSDA Papua Edward Sembiring terus mengimbau masyarakat untuk bersama-sama menjaga dan melestarikan kekayaan alam papua, termasuk satwa liar “Mari kita terus menjaga kekayaan alam Tanah Papua ini. Selamatkan satwa endemik Papua sebelum jadi kenangan”.

Irwan Efendi S.Pi., M.Sc. selaku Kepala Bidang KSDA Wilayah I BBKSDA Papua turut menyampaikan bahwa pelepasliaran satwa-satwa tersebut dilakukan saat ini karena kondisi satwa tersebut telah memiliki sifat liar serta memenuhi persyaratan kesehatan baik fisik maupun laboratoris. Kegiatan pelepasliaran ini dilakukan dengan menaati protokol kesehatan dan membatasi peserta yang hadir dalam rangka mencegah pandemi Covid19. []

Sumber : Balai Besar KSDA Papua 

Call Center      : 0823 9802 9978

Website:www.menlhk.go.id

www.ksdae.menlhk.go.id

Contoh hewan endemik yang berasal dari Papua dan Sumatera adalah

Kalau diminta menyebutkan hewan khas Papua, hewan apa saja nih yang melintas di benakmu? Mungkin kamu sudah sering mendengar sejumlah hewan endemik  Papua, seperti burung cenderawasih, burung kasuari, dan kanguru pohon. Namun, sebenarnya selain ketiga hewan tersebut, Papua memiliki banyak hewan endemik lainnya, lho! Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mencatat bahwa sampai dengan tahun 2019, terdapat 241 spesies mamalia di Papua. Jumlah ini belum mencakup keragaman spesies lainnya, seperti ratusan jenis burung dan aneka spesies laut. Wow, banyak sekali, ya!

Penelitian mengenai keragaman flora dan fauna di Papua pun terus berlanjut hingga kini. Salah satu penelitian terbesar yang dilakukan untuk menyingkap keanekaragaman hayati di pulau ini adalah Ekspedisi Langguru pada tahun 2014. Ekspedisi yang berlangsung selama 6 minggu oleh ratusan peneliti tersebut sukses menemukan 50 jenis spesies flora dan fauna baru dari taksa yang berbeda-beda, seperti burung, serangga, amfibi, karang, dan anggrek. Jadi makin penasaran gak sih dengan hewan-hewan endemik Papua lainnya? Kali ini, yuk berkenalan dulu dengan 4 di antaranya!

1. Burung Mambruk

Contoh hewan endemik yang berasal dari Papua dan Sumatera adalah

Selain burung cenderawasih, Papua juga menjadi rumah bagi burung-burung cantik lainnya, termasuk burung mambruk. Mambruk (Goura sp.) adalah burung yang termasuk dalam famili atau kelompok merpat. Burung ini berukuran besar, bulunya didominasi warna biru keabu-abuan, bermata merah, dan yang menjadi ciri khasnya adalah keberadaan mahkota di atas kepalanya. Mambruk sendiri terbagi ke dalam 3 jenis, yaitu mambruk selatan (Goura scheepmakeri), mambruk victoria (Goura victoria), dan mambruk ubiaat (Goura cristata). Secara umum, persebaran Mambruk berada di seluruh wilayah Papua, seperti misalnya di hutan-hutan di Biak dan Mimika. Sayangnya, Mambruk juga termasuk burung yang sering diburu karena keindahan mahkotanya dan dagingnya yang dianggap enak untuk dikonsumsi. Oleh karenanya, populasinya pun terus menurun dan bahkan tercatat dalam kategori rentan di daftar satwa terancam Badan Konservasi Alam Internasional (IUCN).

2. Dingiso

Contoh hewan endemik yang berasal dari Papua dan Sumatera adalah

Di kawasan Taman Nasional Lorentz Papua pada ketinggian 3.200-4.400 mdpl, terdapat spesies endemik Papua lainnya yang bernama dingiso. Hewan ini hidup di area pepohonan, memiliki panjang kepala 52-81 cm, panjang ekor 40-94 cm, berat antara 6,5-14,5 kg, dan memiliki gaya berjalan yang mirip dengan kanguru pohon. Dalam bahasa lokal suku Moni, Dingiso berarti binatang sakral karena penduduk lokal percaya bahwa dingiso merupakan leluhur mereka. Sejak pertama kali ditemukan pada sebuah penelitian oleh Dr Tim Flannery pada tahun 1994, hewan yang satu ini memang sangat jarang dijumpai. Dalam daftar yang dibuat oleh  IUCN, dingiso pun masuk ke dalam kategori hewan yang sangat langka. 

3. Kuskus Waigeo

Contoh hewan endemik yang berasal dari Papua dan Sumatera adalah

Sesuai dengan namanya, kuskus Waigeo adalah jenis kuskus yang berasal dari Pulau Waigeo, Papua Barat. Selain di pulau tersebut, kuskus jenis ini dapat ditemukan di pulau-pulau kecil lainnya di Papua Barat. Lalu, kuskus Waigeo juga dikenal dengan nama sebutan lain, yaitu kuskus scham-scham. Tak hanya namanya yang unik, penampilan kuskus ini pun terbilang unik. Bulu mereka didominasi oleh warna putih yang dihiasi oleh sejumlah corak tutul berwarna hitam, serta berbola mata merah. Panjang kuskus Waigeo yang jantan berkisar antara 497-560 mm, sementara yang betina sekitar 472 mm dengan berat mencapai 2,65 kg. Kuskus Waigeo termasuk hewan yang aktif di malam hari dan pemalu atau jarang menampakkan diri mereka. Akan tetapi, ketika terancam mereka bisa berubah menjadi konfrontatif terhadap musuhnya. Sama seperti kedua spesies sebelumnya, kuskus Waigeo juga termasuk hewan yang tergolong langka dan berstatus dilindungi. 

4. Labi-Labi Moncong Babi

Contoh hewan endemik yang berasal dari Papua dan Sumatera adalah

Siapa yang sudah pernah tahu atau dengar tentang labi-labi? Hewan yang satu ini adalah jenis kura-kura bercangkang lunak atau penyu air tawar cangkang lunak. Salah satu spesies labi-labi yang unik dan merupakan hewan endemik Papua adalah labi-labi moncong babi. Sesuai namanya, ciri khas spesies ini adalah moncong atau hidungnya yang menyerupai moncong babi. Labi-labi moncong babi hidup di wilayah air tawar atau payau. Mereka termasuk hewan omnivora yang dapat mengonsumsi berbagai jenis makanan, seperti buah, cacing, hingga anak tikus. Seperti telur penyu, telur labi-labi moncong babi sayangnya juga sering diambil secara ilegal. Maka, tak heran kalau jenis labi-labi ini sudah termasuk dalam daftar satwa yang terancam keberadaannya dalam daftar yang dibuat oleh IUCN dan jenis satwa yang dilindungi sesuai dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Ketuhanan (LHK) 20 tahun 2018.

Selain keempat fauna ini, masih ada banyak lagi hewan endemik Papua yang menarik untuk diketahui dan dipelajari. Bahkan, banyak di antaranya yang belum diketahui informasinya secara lengkap sehingga masih perlu diteliti lebih lanjut. Nah, hal ini merupakan salah satu peran penting peneliti di Indonesia sebagai negara mega biodiversitas. Saat ini, negara kita membutuhkan banyak peneliti untuk mengeksplor kekayaan flora dan fauna yang ada. Karena kalau bukan kita sendiri sebagai orang Indonesia yang menelitinya siapa lagi?

Kalau kamu mulai tertarik untuk menjadi peneliti muda yang menyingkap keanekaragaman hayati di Indonesia, khususnya Papua, kamu bisa banget nih ikutan program Ilmuwan Muda Papua yang diadakan oleh Yayasan EcoNusa. Melalui program ini, kamu berkesempatan untuk mengikuti workshop dan bootcamp sebagai persiapan penelitian, mendapat bimbingan dari pakar selama penelitian, hingga mempublikasikan hasil penelitian. Menarik sekali, kan?