Cara menghadapi suami yang mengusir istri

Pertikaian adalah hal yang lumrah terjadi pada sebuah pernikahan. Namun, bila suami selalu berkata kasar tiap kali bertengkar, tentu hal tersebut bisa menyakiti hatimu dan tak jarang makin memperkeruh keadaan. Lantas, bagaimana cara menghadapi suami yang suka berkata kasar?

Kekerasan dalam rumah tangga tidak selalu hanya melibatkan fisik. Kamu perlu tahu bahwa perkataan kasar, hinaan, dan ejekan dari pasangan juga bisa termasuk kekerasan dalam rumah tangga, lho, tetapi dalam bentuk verbal.

Cara menghadapi suami yang mengusir istri

Tips Menghadapi Suami yang Suka Berkata Kasar

Apa pun alasannya, melontarkan kata-kata kasar kepada istri tidak dibenarkan dan bukan perilaku yang baik bagi seorang pemimpin keluarga. Bila hal ini terjadi 1–2 kali di dalam rumah tanggamu, mungkin kamu bisa menganggapnya kekhilafan saja.

Akan tetapi, jika hal ini selalu terjadi setiap kali ada masalah, bahkan masalah yang sepele sekalipun, kamu perlu bertindak agar ia bisa berubah dan tidak mengulangi kesalahannya lagi.

Berikut ini ada beberapa tips untuk menghadapi suami yang berkata kasar:

1. Tetap bersikap tenang

Pertama-tama, mengertilah bahwa kebanyakan ledakan emosi dan kata-kata kasar yang keluar dari mulut seseorang berasal dari luka di masa lalu. Jadi, saat ia mulai berkata kasar, usahakan untuk tetap tenang dan tidak tersulut emosi ataupun terlihat marah.

Berikan sugesti positif pada pikiranmu sendiri. Lihatlah kemarahannya dari sudut pandang lain dan cobalah pahami kira-kira hal apa yang membuka luka masa lalu dan menyulut kemarahannya.

2. Jangan membalas balik

Walau sakit hati dengan apa yang ia katakan, kamu harus berbesar hati untuk tidak membalas perkataan kasarnya, ya. Memaki balik tidak akan menyelesaikan masalah, malah justru bisa memperburuk keadaan. Bukan tidak mungkin suami bisa melakukan kekerasan fisik karena tersulut perkataanmu.

Di dalam hubungan pernikahan, tidak ada kalah atau menang. Jadi, mengalah bukan berarti kalah. Dalam situasi ini, kamu harus bisa menjadi pendingin keadaan yang tengah memanas oleh perkataan suami.

Lagi pula, berbicara balik dengan seseorang yang sedang marah biasanya akan percuma. Oleh karena itu, mengalahlah sebentar sampai amarah suami mereda.

3. Dengarkan dan ajak berdiskusi

Setelah kegusarannya mulai reda, cobalah memancingnya untuk menceritakan alasan kemarahannya dan dengarkan ia dengan rasa empati. Ulangi apa yang ia katakan sebagai konfirmasi, agar ia benar-benar merasa didengarkan.

Setelah kira-kira ia sudah bisa diajak berdiskusi, mulailah nyatakan pendapatmu dengan kepala dingin. Katakan bahwa yang ia lakukan itu tidak baik dan menyakiti hatimu. Ingatkan bahwa apa yang ia lakukan bisa saja ditiru oleh anak. Namun, gunakanlah kata-kata yang lembut dan tidak menyudutkannya.

Bila ia menyalahkanmu dan kamu memang mengakui kesalahanmu, jangan ragu untuk meminta maaf kepadanya. Kamu juga bisa mencium atau memeluknya untuk memperbaiki suasana hatinya yang sedang buruk.

4. Beri waktu

Jika semua usahamu untuk mendengarkan, berdiskusi baik-baik, dan meluluhkan hatinya tidak juga menghilangkan amarah dan kata-kata kasarnya, ada baiknya untuk memberinya waktu.

Berlama-lama mendengar perkataan kasar suami tentu bisa berdampak tidak baik bagi kesehatan mentalmu. Kamu boleh, kok, pergi sebentar agar ia bisa berpikir jernih dan menyadari kesalahannya.

Jika ia benar-benar mencintaimu dan anakmu, serta ingin mempertahankan pernikahan kalian, tentu ia akan berusaha untuk berubah menjadi pribadi yang lebih baik lagi.

Ada beberapa penyebab mengapa suami bisa marah besar dan berkata kasar kepada istri. Salah satunya adalah trauma emosional yang terpendam. Selain itu, tingkat stres yang tinggi dan masalah kesehatan mental, seperti depresi, juga bisa menyebabkan seorang pria mudah marah dan berkata kasar.

Bila tips-tips di atas sudah dilakukan tapi suami tetap sering berkata kasar saat marah, ajaklah ia untuk berkonsultasi dengan psikolog atau psikiater agar akar masalah dari kebiasaan berkata kasar ini bisa segera ditemukan dan diatasi.

Terakhir diperbarui: 16 Agustus 2020

Pernah mendiamkan atau justru didiamkan orang lain saat bertengkar? Itulah yang disebut dengan silent treatment. Jika terjadi dalam pernikahan, istri perlu tahu cara mengatasi suami yang marah tapi diam. Bergantung pada karakter masing-masing, bisa dengan diberi waktu hingga tenang atau tekankan bahwa ini bukanlah solusi.

Tak kalah penting, setiap individu berhak tahu apakah mendiamkan orang lain ini sudah melewati batas menjadi perilaku kasar. Apabila dibiarkan, bisa menjadi bentuk kekerasan secara emosional.

Cara menghadapi silent treatment

Ada kalanya pasangan marah secara langsung, namun ada kalanya memberikan silent treatment

Tentu membingungkan ketika pasangan justru diam seribu bahasa di tengah konflik. Menjadi pertanyaan besar apa yang diinginkannya?

Beberapa cara mengatasi suami yang marah tapi diam bisa dengan:

1. Beri respons yang lembut

Apabila suami tidak biasa memberikan silent treatment, bisa jadi akar masalahnya cukup besar. Untuk itu, respons dengan lembut untuk mengajaknya berbicara tentang konflik ini.

Dengan tenang, sampaikan bahwa Anda menyadari bahwa suami tidak memberikan respons seperti biasanya. Anda ingin tahu alasannya. Tekankan bahwa Anda ingin menyelesaikan konflik yang sedang terjadi.

Mungkin pada percobaan pertama suami belum memberikan tanggapan, tidak apa. Hanya saja, tekankan bahwa Anda siap jika ia ingin berbicara empat mata untuk menyelesaikan pertengkaran.

2. Sampaikan perasaan

Jangan lupa sampaikan bahwa silent treatment ini justru melukai dan membuat frustrasi. Tak hanya itu saja, perlakuan ini membuat Anda merasa kesepian.

Jelaskan kepada suami bahwa masalah tidak akan selesai dengan cara semacam ini, sembari menjelaskan akar masalah dengan spesifik. Ketika masalah sudah terpecahkan, kembali sampaikan bahwa mendiamkan pasangan bukan hal yang sebaiknya ada dalam hubungan kalian.

3. Beri waktu sendiri

Bisa jadi, silent treatment ini dilakukan suami untuk memberi jeda dan waktu untuk berpikir. Mereka tidak ingin membahas akar masalah dalam kondisi emosi karena khawatir bertindak yang menimbulkan penyesalan di kemudian hari.

Jika ini yang terjadi, abaikan saja hingga semuanya berlalu dengan sendirinya. Tentu ini sulit dilakukan. Namun, alihkan perhatian dengan pergi keluar rumah atau menghabiskan waktu dengan melakukan hobi.

4. Meminta maaf

Apapun masalahnya, meminta maaf terlebih dahulu bisa dilakukan jika ada perbuatan atau ucapan yang melukai pasangan. Tapi ingat bahwa ini bukanlah meminta maaf atas perilaku mendiamkan yang sedang dilakukan. Bisa jadi, treatment ini dilakukan untuk memberi waktu bagi pasangan meminta maaf.

5. Konseling

Apabila kondisi semacam ini terus menerus terjadi dan tidak diikuti dengan kemampuan berkomunikasi yang apik antara kedua belah pihak, konseling bisa jadi solusi. Konselor akan membantu kedua belah pihak mengekspresikan perasaan mereka sehingga masalah terselesaikan dengan cara yang sehat.

Tak hanya itu, terapis juga bisa membantu mengembalikan kepercayaan diri sekaligus memberikan pemahaman bahwa mereka tidak bersalah atas perilaku pasangannya.

Namun, garis bawahi bahwa konseling bukanlah jawaban atas hubungan yang sarat dengan kekerasan. Akar dari kekerasan dalam rumah tangga ada pada pelaku, bukan pada hubungannya.

Kapan silent treatment dianggap berlebihan?

Harus jelas batasan kapan silent treatment dari pasangan sudah melewati batas, dan kapan masih bisa ditoleransi. Apabila sudah berlebihan, perilaku ini bisa membuat seseorang merasa tidak berguna, tidak berdaya, bahkan kehilangan kepercayaan diri.

Beberapa tanda yang menunjukkan bahwa tindakannya sudah menjadi bentuk penganiayaan secara emosional adalah:

  • Terus menerus terjadi dan berlangsung sangat lama
  • Terjadi sebagai bentuk hukuman, bukan untuk menenangkan diri
  • Hanya berakhir jika target sudah meminta maaf atau memenuhi permintaan
  • Target mengubah perilaku untuk menghindari didiamkan
  • Mencari dukungan dari orang lain untuk menyalahkan Anda

Baca Juga

  • Bukan Usia, Ini 5 Tanda Seseorang Berhasil Menjadi Dewasa
  • Mengenal Kebutuhan Emosional dalam Hubungan agar Makin Awet dengan Pasangan
  • Sex Appeal, Tidak Selalu Terlihat dari Penampilan Fisik Saja

Catatan dari SehatQ

Memang bukan salah Anda jika seseorang melakukan silent treatment. Hanya saja, bersikap ksatria dengan meminta maaf apabila ada kesalahan merupakan cara yang bijak.

Untuk berdiskusi lebih lanjut tentang dampak emotional abuse terhadap kesehatan mental seseorang, tanyakan langsung pada dokter di aplikasi kesehatan keluarga SehatQ. Download sekarang di App Store dan Google Play.

Apakah suami mengusir istri dari rumah termasuk talak?

Jika suami ingin kembali bersama istrinya, si suami harus rujuk dengan istrinya tersebut. Kedua, jika pengusiran itu tidak didasari niat atau hanya emosi sesaat, maka pengusiran itu bukanlah talak, dan tidak menimbulkan konsekuensi apa pun.

Apa yang harus dilakukan jika suami mendiamkan istri?

Cara menghadapi silent treatment.
Beri respons yang lembut. Apabila suami tidak biasa memberikan silent treatment, bisa jadi akar masalahnya cukup besar. ... .
2. Sampaikan perasaan. Jangan lupa sampaikan bahwa silent treatment ini justru melukai dan membuat frustrasi. ... .
3. Beri waktu sendiri. ... .
Meminta maaf. ... .
Konseling..

Apa hukum suami marah kepada istri?

Telah jelas bahwa hukum marah dengan berkata kasar kepada istri itu berdosa. Lelaki dianjurkan untuk tegas kepada istri terutama jika istri melakukan perbuatan yang bertentangan dengan agama Allah. " Orang-orang yang menyakiti mu'min laki-laki dan mu'min perempuan tanpa perbuatan yang mereka lakukan, maka berdosa".

Bagaimana menghadapi suami yang pemarah menurut Islam?

Moms, agar menghindari dosa karena berantem dengan suami, ada baiknya ikut beberapa cara adab istri ketika suami marah dalam Islam:.
Hindari Kata Kasar dan Ancaman. ... .
2. Jangan Katakan "Cerai" ... .
3. Jangan Mengungkit-ungkit Masa Lalu dan Kufur pada Suami. ... .
4. Jangan Ikuti Nafsu. ... .
Curhat Pada Allah SWT..