Buku pemandu wisata alam ekowisata

Kolaborasi Universitas Cenderawasih dan Yayasan WWF Indonesia melahirkan buku pertama yang mengangkat tema panduan bagi pengelola ekowisata pengamatan burung di wilayah Papua.

Oleh

FABIO MARIA LOPES COSTA

· 3 menit baca

TEKS

Buku pemandu wisata alam ekowisata
KOMPAS/FABIO MARIA LOPES COSTA

Peluncuran buku berjudul Panduan Lapangan Buku Pedoman untuk Pemandu Ekowisata Pengamatan di Burung Papua di Jayapura pada Jumat (21/1/2022). Buku ini merupakan kolaborasi Universitas Cenderawasih dan Yayasan WWF Indonesia Program Papua.

JAYAPURA, KOMPAS - Universitas Cenderawasih dan Yayasan World Wide Fund for Nature Indonesia meluncurkan buku bagi pemandu ekowisata Papua, Jumat (21/1/2022) di Jayapura. Buku yang baru pertama kali ada di Papua ini ditujukan bagi pengelola ekowisata pengamatan burung.

Rektor Universitas Cenderawasih Apolo Safanpo dan Kepala Bidang Pariwisata Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Papua Elius Wantik turut hadir dalam peluncuran buku berjudul Panduan Lapangan Buku Pedoman untuk Pemandu Ekowisata Pengamatan Burung di Papua.

Manager Program Papua Yayasan World Wide Fund for Nature (WWF) Indonesia Wika Rumbiak mengatakan, terdapat tiga penulis dalam buku ini, yakni Ade Sangadji dan Muhammad Ilham Anggoda dari WWF serta Hendra K Maury selaku dosen biologi Universitas Cenderawasih.

Pengelola ekowisata pengamatan burung cenderawasih di Kampung Rhepang Muaif, Kabupaten Jayapura, Alex Waisimon, turut terlibat dalam memberikan data untuk penulisan buku tersebut.

Buku pemandu wisata alam ekowisata
Kompas/Fabio M Lopes Costa

Alex Waisimon, pengelola ekowisata di Kampung Rhepang Muaif, Kabupaten Jayapura.

Adapun inisiasi penyusunan buku panduan ini berawal dari penelitian yang telah dilakukan Program Studi Biologi Universitas Cenderawasih bekerja sama dengan Yayasan WWF Indonesia dalam rentang tahun 2016-2019.

Buku yang terdiri atas 188 halaman ini memuat 114 jenis burung di kawasan dataran rendah utara Papua, persiapan dan etika pengamatan burung, teknik survei burung, serta deskripsi topografi burung. Buku ini ditampilkan secara versi digital yang memuat suara jenis-jenis burung.

Iklan

”Pengambilan data buku ini terlaksana di kawasan hutan daratan rendah Papua bagian utara di Kabupaten Jayapura, Kepulauan Yapen, Biak Numfor, dan Supiori. Di Kabupaten Jayapura, misalnya, di daerah Nimbokrang, Rhepang Muaif, dan Hotep Sawesuma,” papar Wika.

Baca juga: Potensi Ekowisata Papua Perlu Dioptimalkan

Hendra, salah satu penulis, mengatakan, buku ini hadir karena permintaan masyarakat ketika ia masih sebagai peneliti Universitas Cenderawasih, sedangkan WWF melaksanakan survei bersama di sejumlah lokasi ekowisata sejak tahun 2016. Akhirnya muncul inisiatif dari penulis dan WWF untuk menghadirkan sebuah buku sebagai bahan literasi bagi masyarakat setempat.

”Penyusunan buku memakan waktu enam bulan di tengah masa pandemi. Masyarakat pun bisa memiliki sebuah buku untuk membantu mereka dalam tugas sebagai pengelola ekowisata,” kata Hendra.

Buku pemandu wisata alam ekowisata
KOMPAS/FABIO M LOPES COSTA

Beberapa ekor burung cenderawasih jenis Paradisaea minor atau kuning kecil jantan yang bertengger di atas pucuk salah satu pohon setinggi 70 meter di hutan Kampung Sawendui, Kabupaten Kepulauan Yapen, Papua, pada 4 April 2019.

Sementara itu, Apolo Safanpo mengatakan, pihaknya sangat bangga karena telah berkontribusi melahirkan buku pertama tentang panduan bagi pengelola ekowisata di Tanah Papua.

”Universitas Cenderawasih terus berupaya meningkatkan kinerja dan mutu pelayanan pendidikan tinggi kepada masyarakat. Kami berharap buku ini memberikan manfaat untuk meningkatkan kapasitas masyarakat dan memperkuat peran kampus dalam pengabdian masyarakat,” tutur Apolo.

Kepala Bidang Pariwisata Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Papua Elius Wantik menyatakan, buku ini menjadi acuan dalam penyusunan rencana induk pariwisata untuk pengembangan ekowisata di sejumlah wilayah Papua pada tahun ini. ”Buku ini sangat bermanfaat bagi pemandu wisata dan masyarakat luas agar melindungi jenis-jenis burung terutama burung cenderawasih dari ancaman kepunahan,” ujarnya.

Baca juga: Pembukaan Ekowisata Efektif Cegah Perambahan Hutan di Papua

Alex Waisimon mengemukakan, tampilan buku dikemas penuh warna dan terdapat banyak gambar yang menarik minat anak-anak untuk lebih jauh belajar cara mengidentifikasi morfologi burung. ”Versi digital buku ini dilengkapi dengan fitur suara burung yang bisa langsung didengar. Berbagai keunikan buku ini membuatnya dapat digunakan pencinta burung baik anak-anak maupun orang dewasa,” ucapnya.