Budaya apa saja yang ada di Bangka Belitung?

Budaya apa saja yang ada di Bangka Belitung?


PETABELITUNG.COM - Tujuh kebudayaan di pulau Belitung ini nyaris hilang dari pandangan dan bahkan dipastikan telah punah ditelan zaman. Padahal ketujuh kebudayaan tersebut sempat menjadi andalan dan menarik perhatian para penulis Belanda untuk mendokumentasikannya ke dalam buku. Apa saja tujuh kebudayaan itu? Yuk simak daftarnya beriku ini guys!

1. Membuat Tembikar


Budaya apa saja yang ada di Bangka Belitung?

Pembuatan tembikar pernah tercatat berada di perkampungan sekitar bukit Gunong Tajam. Produksinya bukan hanya untuk pemenuhan kebutuhan sendiri, tapi juga untuk melayani pesanan dari berbagai kampung lain. Cornelis de Groot dalam bukunya tahun 1887 menyebut, produksi tembikar terus berkurang lantaran dianggap kurang ekonomis. Foto di atas adalah contoh bentuk kendi air yang diproduksi di pulau Belitung. Namun kebudayaan pembuatan tembikar kemudian punah ditelan zaman. Berbagai pelatihan pembuatan keramik di Kabupaten Belitung Timur setidaknya menjadi angin segar untuk melestarikan budaya yang sebetulnya telah lama eksis di Belitong.
Budaya apa saja yang ada di Bangka Belitung?
Pelatihan Kerajinan Keramik Hias di Desa Senyubuk. facebook Diskominfo Beltim/repro petabelitung.com 2019.

2. Jembatan Titi


Budaya apa saja yang ada di Bangka Belitung?

Keberadaan jembatan ini di pulau Belitung sudah tercatat sejak abad ke-19. Mungkin sekali penggunaannya lebih lamau dari pada itu. Jembatan ini menggunakan sebatang kayu sebagai pijakan. Sedangkan penyangganya berupa dua tiang yang ditancapkan ke sungai dengan posisi saling menyilang. Jarak antar satu tiang dengan tiang lainnya kurang lebih 2 meter. Foto di atas adalah contoh jembatan titi pada abad ke-20. Budaya Belitong mengenal nama jembatan dengan istilah keretak. Gambaran mengenai bentuk jembatan kuno Belitong ini bisa dijumpai di Vietnam dan Serawak Malaysia. Malah di Vietnam, jembatan ini menjadi atraksi wisata yang menarik perhatian turis asing.
Budaya apa saja yang ada di Bangka Belitung?
Sumber foto : https://www.vietnamtourism.org.vn/repro petabelitung.com 2019.

3. Melebur Besi


Budaya apa saja yang ada di Bangka Belitung?

Melebur besi ternyata adalah bagian dari kebudayaan kuno Belitong. Pada abad ke-17 Batavia telah mencatat ekspor sejumlah perkakas seperti parang, pahat, dan lainnya dari pulau Belitung. Pionir perusahaan timah Belitung J.F Loudon yang tiba pada tahun 1851 melihat sendiri bahwa penduduk di pedalaman Belitung telah memiliki alat tukar yang disebut uang paku. Mata uang tersebut dilebur sendiri dan memiliki nilai sebagai alat tukar dalam perdagangan. Pada masa kini, batu besi dari pulau Belitung melenggang ke luar tanpa banyak mengalami pengolahan. Budaya melebur besi pun punah ditelan zaman.

4. Tari Mancak


Budaya apa saja yang ada di Bangka Belitung?
Foto ilustrasi. Tari Mancak di Koto Anau. Koto Anau adalah sebuah nagari di Kecamatan Lembang Jaya, Kabupaten Solok, Sumatra Barat..  http://koto-anau-koto-anau.blogspot.com.
Tradisi pesta rakyat dan penyambutan tamu-tamu istimewa dengan pementasan tari-tarian ternyata sudah ada di pulau Belitung setidaknya sejak abad ke-19. Tanggal 13 Juli 1851 J.F. Loudon mencatat sebuah nama tarian penduduk lokal Belitung. Loudon menulis tarian itu dengan nama "Mancak". "Tarian bumiputra “mancak”, menarik; beberapa pasangan berdansa dengan pedang terbuka, semacam perkelahian pura-pura," kata Loudon dalam tulisannya yang dipublikasikan di Belanda tahun 1883. Dan sejak lama pula tarian tersebut hilang ditelan zaman dari tanah Belitung.

5. Menjaring Rusa dan Kijang


Budaya apa saja yang ada di Bangka Belitung?

Menjaring Rusa dan Kijang pada zaman dulu di pulau Belitung dilakukan oleh para lelaki satu kampung. Pionir perusahaan tambang timah Belitung Cornelis de Groot pun mencatat budaya berburu ini. Dan ia mengaku sangat terkesan lantaran hasil buruan itu ternyata dibagi rata satu kampung. Sebuah rasa kebersamaan dan pengasih itu kata De Groot menjadi contoh betapa baiknya budi pekerti penduduk Belitong. Seiring berkurangnya areal hutan, keberadaan rusa liar pun semakin sulit ditemui.Budaya berburu rusa menggunakan alat tangkap berupa jaring pun sudah jarang dilakukan, dan digantikan dengan senapan angin.

6. Kuburan Batu


Budaya apa saja yang ada di Bangka Belitung?

Kuburan Batu ditemukan di sejumlah lokasi di pedalaman pulau Belitong. Yang paling populer di masa lampau adalah makam Datuk Keramat Gunong Tajam di puncak tertinggi pulau Belitung, setinggi 510 meter. Sejauh yang petabelitung.com ketahui, belum ada penelitian yang serius mengenai bentuk dan pola pemakaman kuno ini. Namun yang jelas penggunaannya sejak lama telah hilang. Selanjutnya kuburan kayu dan coran semen lebih banyak digunakan oleh masyarakat Belitong.
Budaya apa saja yang ada di Bangka Belitung?
Sebuah kuburan batu di atas puncak bukit Padang Lambaiyan, Kecamatan Simpang Renggiang, Kabupaten Belitung Timur. Makam ini diyakini sebagai makam Datuk Keramat de Padang Lambaiyan yang berkedudukan di Ngabehi Gunong Sepang.
7. Keris Panjang

Budaya apa saja yang ada di Bangka Belitung?

Budaya keris juga ditemukan di pulau Belitung. Cornelis mencatatanya pada abad ke-19 dan mengatakan nama keris Belitong saat itu adalah keris panjang. Menurut de Groot, panjang bilahnya 44 sentimeter. Keris ini dimiliki oleh kaum lelaki dan biasa digunakan untuk menghadiri pesta. Setelah abad ke-20, jejak budaya keris di pulau Belitung hampir tak terdengar lagi. Dan kini dipastikan budaya tersebut telah punah ditelan zaman.(*) Penulis : Wahyu Kurniawan Editor : Wahyu Kurniawan Sumber: www.petabelitung.com

Abstrak Musim panen telah tiba, dan akan segera usai. Berbagai acara dan tradisi dilakukan setelah selesai panen dengan penuh suka cita. Salah satu kegiatan adat di Pulau Bangka yang bertujuan untuk memeriahkan waktu senggang setelah selesai panen adalah Kawin Heredek. Tradisi perkawinan yang masih tetap lestari di Bumi Selatan pulau Bangka akan dilaksanakan pada bulan-bulan September dan Oktober yang kadang juga sampai ke bulan Nopember yang dilaksanakan dengan penuh meriah. Tetapi, seiring modernisasi makin sedikit yang menjaga kelestarian budaya ini. Salah satu yang tetap melestarikan tradisi ini adalah Desa Serdang. Hal ini diakibatkan kurangnya peminat untuk ikut serta dalam pelaksanaan dan pelestarian sebagai pengantin heredek. a. Sejarah Kawin Heredek Sebagaimana kita telah mengetahuinya, bahwa pulau Bangka yang terkenal dengan hasil timah putihnya itu adalah termasuk daerah dari Provinsi Bangka Belitung yang terbagi dalam beberapa Wilayah Kabupaten yaitu Bangka Barat, Bangka Tengah, Bangka induk dan Bangka Selatan. Selain menghasilkan timah putih, pulau Bangka adalah penghasil lada putih yang merupakan salah satu Komoditi Export Non Migas. Disamping terkenal dengan hasil tambang dan hasil taninya, pulau Bangka juga memiliki adat istiadat yang turun menurun dari nenek moyang, tak ada bedanya dengan daerah-daerah lain di Indonesia, hanya saja adat istiadat yang ada di pulau Bangka ini masih belum sempat diinformasikan keluar. Dari sekian banyak adat istiadat yang terdapat di pulau Bangka, ada sebuah adat yang cukup unik yang jarang terdapat di daerah manapun di Indonesia ini, bahkan di pulau Bangka sendiri, hanya pulau Bangka bagian Selatannya saja yang memiliki adat unik ini. Adat yang unik ini dikenal oleh masyarakat Bangka dengan sebutan �KAWIN HEREDEK�. Logo Kabupaten Bangka Selatan �Junjung Besaoh� tak lepas dari gambaran Tradisi Kawin Heredek yaitu berupa payung lilin. Dalam hal ini, membaca perkataan �Kawin Heredek�, pastilah assosiasi kita akan tertuju kepada lebih dari satu pasang muda-mudi yang sedang melakukan akad nikah didepan seorang penghulu. Sebenarnya bukanlah demikian makna yang terkandung didalam perkataan �Kawin Heredek� tersebut, melainkan waktu untuk mengadakan malam pesta dari perkawinan itulah yang dilaksanakan secara serempak pada hari dan malam yang telah dimufakati bersama. v Tahapan Sejarah Kawin Heredek sudah ada pada tahun 1937 sebelum Indonesia Merdeka dan populer pada tahun 1943. Sejarah Kawin Heredek dimulai karena kekurangan perekonomian yang dialami oleh masyarakat. Pada zaman dahulu masyarakat desa hanya bekerja sebagai petani sawah dan kebun seperti Beume (Padi Darat) dan Lada, serta beternak bebek dan ayam. Setiap mendekati panen masyarakat selalu melakukan gotong royong seperti halnya dalam memanen padi dan lada. Banyak masyarakat muda-mudi yang ikut serta dan saling bertemu saat melakukan gotong royong. Pertemuan ini lah yang mengawali adanya perkenalan dan kedekatan satu sama lain hingga ke jenjang yang lebih serius yakni perkawinan. Namun, mengingat kekurangan ekonomi untuk melaksanakan perkawinan, maka muda mudi di desa meminta bantuan ke perangkat desa dan tokoh adat untuk mencari solusi pelaksanaannya. Dengan ini, seluruh masyarakat desa melakukan musyawarah hingga terbentuklah suatu tradisi yang dikenal sampai saat ini yakni Kawin Heredek. Tradisi perkawinan ini dilaksanakan dengan penuh meriah. Untuk mewujudkan rasa syukur mereka terhadap hasil panen, bersangkutan dengan telah usai memanen padi dan panen lada dan merupakan saat-saat yang senggang bagi mereka para petani. Bagi yang tidak ikut Kawin Heredek juga menyediakan beraneka ragam makanan yang disiapkan di balai desa dan ikut memeriahkan secara bersama-sama. Kemudian pelaksanaan Kawin Heredek diiringi dengan upacara ritual dan arak-arakan sebagai bentuk kepercayaan dan keyakinan mereka untuk menjauhkan dari segala bahaya yang akan menghampiri. v Pelaksanaan Kawin Heredek Bulan-bulan September dan Oktober dari setiap tahun merupakan bulan-bulan yang ramai dengan acara pesta Kawin Heredek diseluruh desa-desa, adapun desa-desa yang tak pernah absen mengadakan acara Kawin Heredek ini adalah desa-desa AIR BARA, RANGGAS, NANGKA ,AIR GEGAS, DELAS, NYELANDING, BENCAH, SERDANG, JERIJI dan BIKANG. Hanya pelaksanaan dari pesta Kawin Heredek itu tidak serempak (bersamaan) pada setiap desa. Ada pun penentuan hari dan tanggal tersebut adalah berdasarkan musyawarah antara Kepala-Kepala Desa dan Para Orangtua dari masing-masing mempelai, agar hari dan tanggal waktu mengadakan pesta Kawin Heredek itu tidak jatuh bersamaan. Setiap Desa pada musim Kawin Heredek, biasanya akan mengadakan pesta Kawin Heredek sebanyak 5(lima) pasang mempelai, bahkan ada desa yang sampai menyelenggarakan 10(sepuluh) sampai 20(dua puluh) pasang, tergantung sedikit banyaknya muda-mudi yang kawin dan mempunyai keinginan yang sama untuk merayakannya secara serempak. Tetapi, seiring modernisasi makin sedikit yang menjaga kelestarian budaya ini. Salah satu desa yang tetap melestarikan tradisi ini adalah Desa Serdang. Hal ini diakibatkan berkurangnya peminat untuk ikut serta dalam pelaksanaan dan pelestarian sebagai pengantin heredek. Sehingga, saat ini hanya menyisakan satu desa yang tetap melestarikannya. Tetapi, tidak menutup kemungkinan apabila kedepan juga akan berkurang dalam melestarikan tradisi Kawin Heredek. � Tahapan Pelaksanaan � Waktu Pelaksanaan Dilaksanakan setiap 1 tahun sekali setelah panen sahang (Lada) dan padi perkiraan di bulan Oktober setiap tahunnya. � Lokasi & Akses Pusat pelaksanaan di Kantor Desa Serdang berjarak � 24,9 km atau 30 menit berkendara dari pusat kota Toboali. � Sebelum Pesta Kawin Heredek digelar, Para tetuah adat, tokoh agama dan masyarakat mengadakan doa selamatan agar acara yang dimaksud berjalan tanpa hambatan. Pada Masa lampau doa selamatan biasanya dilaksanakan didalam hutan agar lebih dekat dengan para leluhur. Ritual diadakan dirumah ketua adat dengan membaca doa bersama sebelum acara ritual tengah malam. Para tamu disajikan dengan dulang berisi nasi ketan, ayam bakar dan kue yang disumbangkan oleh para pengantin. Ritual Kawin Heredek dilakukan juga dengan menyajikan beberapa bentuk sesaji atau syarat seperti kue-kue, ketan dan ayam bakar, tanah, cahaya api, beras kuning, dan Air. Untuk tanah yang digunakan adalah tanah dari tiga penjuru desa/kampung dan air yang dicampurkan dengan perasan jeruk nipis yang sudah didoakan oleh Tetuah adat. Semua sesaji harus lengkap dalam pelaksanaan ritual, kalau tidak lengkap maka dalam pembacaan mantra akan terputus dikarenakan ada sesaji yang kurang. Setelah itu, Tetuah adat yang melakukan ritual biasanya memanjatkan doa agar diberi kelancaran dalam acara tersebut. � Pada tengah malam hari sebelum hari pelaksanaan dilakukan ritual seperti taber air yang dicampur dengan perasan jeruk nipis yang sudah didoakan dari ujung kampung dan bakar 3 lilin disetiap pintu masuk menuju desa. Ritual ini dilaksanakan tepat pada pukul 00.00 WIB. � Setelah itu, seluruh jalan dibagian desa dipercikan dengan air yang sudah didoakan saat doa selamatan. Selain itu, tetuah adat juga membacakan doa disetiap penghujung arah mata angin. � Ketika pada pagi harinya dilaksanakan acara puncak dengan mengarak para calon pengantin keliling kampung diiringi penaburan beras kunyit (taber), menamburkan air kelapa muda dengan setangkai bunga kepada para penganten dan juga diiringi pawai teluk herujo serta musik dambus dan rebana. Acara adat Kawin Heredek ini melibatkan masyarakat banyak, sehingga merupakan salah satu bentuk persatuan dan persaudaraan di Desa Serdang sejak dari dulu. � Acara Kawin Heredek mulai dilaksanakan pada pagi hingga malam hari dengan menampilkan berbagai hiburan kesenian lokal seperti atraksi pencak silat, hiburan band dan Tarian Nganten Heredek. � Para pengantin heredek dikumpulkan didalam satu pelaminan dan menggunakan pakaian adat pengantin Bangka Belitung, biasanya pengantin berjumlah 6 � 12 Pasang. Tradisi Kawin Heredek sebenarnya hanyalah dilaksanakan dengan acara-acara yang sederhana saja, seperti arak-arakan, berkhatam Al-Qur�an, bergantian membaca do�a selamat dirumah para mempelai dan paling banter memakai bunyi-bunyian berupa musik tiup (orang Jakarta menyebutnya dengan musik tanjidor) atau sejenisnya, yang mencarter grup-grup band dengan harga selangit itu hanyalah acara tambahan diluar acara resmi. Namun, Hal itu sudah dapat ditinggalkan, melihat pelaksanan kawin massal di tahun 2011 yang lalu sudah lebih baik dan hemat dengan mencarter satu grup band saja untuk semua pasang mempelai dan semua pasang mempelai dikumpulkan didalam satu bangsal yang besar dan disediakan tempat-tempat duduk untuk para undangan dan pengunjung serta disediakan juga hidangan-hidangan sederhana. Hal tersebut dilakukan secara gotong royong antara orangtua mempelai, dengan cara itu tidak ada pemborosan uang yang berlebihan seperti di tahun-tahun yang lalu serta dapat menarik peminat untuk ikut serta dalam pelaksanaan dan pelestarian, cara inilah yang tepat disebut dengan pesta Kawin Heredek. � Properti Pelaksanaan Adapun properti yang digunakan dalam pelaksanaan kawin heredek selain sesaji atau syarat seperti kue-kue, ketan dan ayam bakar, tanah, cahaya api, beras kuning, dan Air yaitu baju adat Bangka Belitung, payung lilin, dan teluk serujo. Pakaian adat Bangka Belitung adalah jenis baju adat khas daerah Bangka Belitung yang memiliki perpaduan kebudayaan Arab dan juga Tionghoa. Pada mulanya, saudagar Arab yang berdagang di kawasan Bangka Belitung menikah dengan perempuan tionghoa dan mengenalkan pakaian adat untuk pernikahan yang bercorak arab dan juga tionghoa. Karena pakaian tersebut terlihat indah dan juga menarik, masyarakat adat setempat mulai mengenakan pakaian yang sama seterusnya, hanya saja dipadukan dengan corak kebudayaan Bangka Belitung setempat. Para laki-laki Bangka Belitung menggunakan jubah arab merah tua yang dipadupadankan dengan selendang atau selempang yang disampirkan pada bahu kanan. Untuk bawahannya, mereka dapat menggunakan celana dengan warna yang yang dipadukan. Baik atasan jubah, maupun bawahan celana, dilengkapi juga dengan aksesoris dan pernak-pernik yang sesuai seperti halnya dengan baju adat bangka belitung khusus perempuan. Para laki-laki Bangka Belitung pun juga menggunakan pending selop atau sandal arab di kakinya untuk alas kaki. Baju seting sendiri berupa baju kurung bangka belitung biasa dengan warna merah atau merah tua yang dibuat dari kain bludru atau kain sutra. Baju ini dipadukan dengan bawahan berupa kain cual. Kain ini juga sering disebut kain lasem atau kain besusur. Berbeda denan baju seting, kain cual sendiri merupakan kain asli budaya Bangka Belitung yang dibuat dengan metode tradisional tenun ikat. (Vannisa, 2018). Selain menggunakan baju atasan dan juga kain bawahan, pengantin perempuan akan mengenakan beberapa aksesoris untuk melengkapi dan mempercantik penampilannya saat menggunakan pakaian adat Bangka Belitung ini. Untuk baju adat bangka belitung anak biasanya hampir sama dengan baju adat bangka belitung biasanya cuma berbeda ukuran saja. Aksesoris Pengantin Perempuan Adat Bangka Belitung: Mahkota emas dengan ornamen khusus yang disebut paksian, Teratai atau penutup dada yang dikenakan pada baju, Tembang cempaka, Tembang goyang, Daun bambu, Kuntum cempaka, Pagar tenggalung, Sari bulan, Tutup sanggul atau yang disebut juga dengan kembang hong sebagai hiasan kepala, Kalung Anting panjang, Sepit udang untuk hiasan yang diletakkan di telinga kiri dan kanan, Gelang Pending untuk ikat pinggang, Hiasan Ronce Melati pada baju yang dikenakan. (Vannisa, 2018). Masyarakat Desa Serdang menggunakan baju adat ini untuk menghormati adat Bangka Belitung dengan memakai Baju Adat Bangka Belitung. Selain itu properti lainnya adalah Payung Lilin, Payung lilin yang digunakan biasanya 2 buah payung lilin yang sangat indah yang bisa menaungi jalannya arak-arakan. Payung lilin tersebut memiliki 3 tingkatan, dari tingkatan teratas yang berukuran kecil hingga ke tingkatan bawah yang berukuran besar. Pada zaman dahulu payung lilin digunakan sebagai penanda untuk rumah pengantin yang dipasang saat malam hari dengan lilin yang menyala. Hal ini diyakini sebagai pelindung dan penerang untuk pengantin heredek. Selain itu, kawin heredek juga menggunakan teluk serujo untuk memeriahkan pelaksanaan acara. Teluk Serujo merupakan tradisi budaya masyarakat Bangka Selatan yang dilakukan secara turun temurun sejak dahulu kala hingga di jaman serba modern seperti sekarang ini. Biasanya telok serujo berada disuatu acara besar, seperti sunatan, tamatan baca alquran, pernikahan dan lain sebagainya termasuk acara �Kawin Heredek�. Telok serujo memiliki arti, telor adalah telor ayam dan serujo bearti kembang atau bunga. Bentuk asli dari serujo terdiri dari telur rebus yang diberi warna merah kemudian ditusukan dengan lidi yang ujungnya terdapat hiasan bunga seroja dan dibawah terdapat ketan yang dibungkus dengan daun simpur serta disusun di batang pohon pisang sebagai wadah untuk merangkai telok serujo. Setiap unsur benda yang terdapat di rangkaian telor serujo memiliki nilai filosofi. Seperti kembang seroja bearti keindahan, ketan yang dibungkus daun melambangkan kebutuhan pangan, telur merah melambangkan kemakmuran, dan bendera melambangkan kejayaan. Serta dasar pohon pisang berbentuk bintang segi lama melambangkan rukun islam yang ke lima. a. Nilai dan Makna, Fungsi dan Mantera Kawin Heredek v Nilai dan Makna Secara filosofis Kawin Heredek memiliki makna yang mendalam pada tradisi masyarakat antara lainnya : - Menggambarkan rasa kebersamaan mereka untuk mengadakan pesta perkawinan yang dilaksanakan secara serempak pada hari dan malam yang telah dimufakati bersama. - Menggambarkan bagaimana mereka membatasi niat jahat orang lain yang ingin menggagalkan acara perkawinan melalui ritual lilin yang dipercayai masyarakat desa �Barang siapa yang melewati lilin tersebut dengan niat jahat, maka setelah melewatinya niat jahat tersebut akan terasa hampa dan hilang. - Menggambarkan bagaimana mereka memberikan keamanan untuk pengantin, masyarakat setempat dan pengunjung melalui taber kampung. - Menggambarkan keberkahan dari adanya sesaji atau syarat seperti kue-kue, ketan dan ayam bakar, tanah, cahaya api, beras kuning, dan air dari rasa syukur panen mereka. - Menggambarkan kelanggengan pernikahan dari adanya ketan dan ayam yang dijadikan sebagai syarat. - Menggambarkan cita-cita mereka untuk adanya pelindung dan penerang dari adanya payung lilin. - Menggambarkan bagaimana mereka menghormati adat Bangka Belitung dengan memakai baju adat Bangka Belitung. - Menggambarkan bagaimana perkawinan mereka diketahui oleh orang banyak melalui arak-arakan keliling kampung. - Menggambarkan bagaimana mereka ditaburi beras kuning dari diharapkan para penganten menjadi keluarga yang berbahagia. - Menggambarkan bagaimana mereka ditaburi air kelapa muda dengan setangkai bunga dari diharapkan bisa hidup rukun dan damai. - Menggambarkan rasa gembira setelah selesai upacara Kawin Massal dan mereka merasa bahagia. v Fungsi Kawin Heredek Tradisi Kawin Heredek didalamnya terurai proses pelaksanaan. Namun, disadari atau tidak sejatinya Tradisi ini memiliki fungsi bagi yang melaksanakannya. Fungsi tersebut dapat berupa personal hingga kebersamaan agar pelaksanaannya lebih mudah dikarenakan dilakukan secara gotong royong. Kawin Heredek merupakan tradisi yang sudah lama ada dan dilaksanakan secara turun temurun. Sehingga pentingnya upaya revitalisasi agar adanya harapan ke depan untuk tetap dapat melestarikan dan melaksanakan tradisi ini. Hal ini juga dapat dijadikan sebagai pembinaan untuk pengetahuan kebudayaan, agar menjadi modal penting dalam melaksanakan dan melestarikan Kawin Heredek kepada seluruh elemen masyarakat khususnya Kabupaten Bangka Selatan. v Mantra Kawin Heredek Assalamualaikum Warahmatullahiwabarokatuh.. Assalamualaikum Bumi Ibuku.. Assalamualaikum Langit Bapakku... Dari Wali Wali... 44 Wali... 44 Keramat... 44 Malaikat... Asal Kampung Terjadi... Kakek Buk Pak Bon... Keramat Wali.. Abuk Bedang Gala... a.

Disetujui Oleh Ronggo Utomo Hardyanto Pada Tanggal 26-01-2022