Oleh: Show Anggun, Asiah Simah Bengi, dan Gusttia Ustariana (Mahasiswa Program Studi Tadris Bahasa Inggris Institut Agama Islam Negeri Takengon) Pariwisata adalah sesuatu yang tidak asing lagi di telinga masyarakat, yang merupakan sesuatu yang disukai banyak orang untuk berekreasi dan menghilangkan penat baik bersama teman, saudara dan keluarga. Menurut Wikipedia pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk rekreasi atau liburan dan juga membutuhkan persiapan untuk melakukan aktivitas ini. Wisatawan atau turis adalah seseorang yang melakukan perjalanan paling tidak sejauh 80 km dari rumahnya dengan tujuan rekreasi. Menurut Undang Undang No. 10/2009 tentang kepariwisataan, yang dimaksud dengan pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata yang didukung oleh berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan masyarakat, penguasaha, pemerintah dan pemerintah daerah. Menurut bahasa kata ariwisata berasal dari bahasa sansekerta “pari” (berkali-kali) dan “wisata” (bepergian). Secara harfiah, pariwisata berarti “perjalanan yang dilakukan berkali-kali ke suatu tempat”. Menurut KKBI pariwisata adalah kegiatan yang berhubungan dengan perjalanan untuk rekreasi, pelancongan, turisme. Berdasarkan pernyataan diatas, pariwisata adalah kegiatan untuk berekreasi ketempat wisata dengan maksud untuk liburan. Kegiatan pariwisata ini bisa dilakukan sendiri maupun bersama keluarga, atau teman-teman. Meskipun pariwisata diminati banyak orang, pariwisata juga memiliki dampak positif dan negatif yang perlu kita ketahui, sebagaimana biasanya segala sesuatu pasti ada dampak positif dan negatif nya begitu juga dengan pariwisata. Pariwisata tentu saja memiliki banyak dampak positif baik untuk suatu daerah maupun untuk masyarakat di daerah itu sendiri. Adapun dampak positif adanya pariwisata adalah sebagai berikut: 1. Menciptakan lapangan pekerjaan 2. Menyumbang uang untuk Negara 3. Menjaga budaya setempat karena turis menikmati budaya daerah setempat seperti budaya mengutip kopi dari daerah gayo dan pertunjukan tari saman dari daerah gayo lues 4. Penggunaan uang hasil dari wisata dapat digunakan untuk menjaga kelestarian lingkungan pariwisata 5. Menunjang fasilitas umum untuk turis yang juga bermanfaat untuk masyarakat setempat. Contohnya seperti perbaikan jalan di sekitar daerah pariwisata 6. Peningkatan pendapatan dari para turis lebih menjanjikan dari pada dari warga local. 7. Membantu mempromosikan daerah Meskipun pariwisata memiliki banyak dampak positif, akan tetapi pasiwisata juga memiliki banyak dampak negatif sebagai berikut: 1. Perubahan social 2. Globalisasi dan penghancuran pelestarian dan warisan 3. Standarisasi dan komersialisasi 4. Terjadinya bentrokan budaya 5. Meningkatnya kejahatan, perjudian dan perilaku moral 6. Pekerjaan hanya berdasarkan musim liburan dan membuat pendapatan pekerjanya menurun 7. Bedampak buruk terhadap alam sekitar seperti terjadinya penebangan pohon secara liar guna membuka lahan pariwisata 8. Terlalu ramai dan menimbulkan kemacetan 9. Harga souvenir meningkat di toko souvenir Demikianlah dampak positif dan negatif dari priwisata yang perlu kita ketahui, yang mana dampak positif dan negatif dari pariwisata itu seimbang dan dengan mengetahui dampak positif dan negatif dari pariwisata ini kita dapat melihat bagaimana pengelolaan pariwisata di daerah kita dengan harapan kita dapat lebih peka dan dapat mengurangi dampak negatif itu sendiri dan lebih banyak menimbulkan dampak positif dari pariwisata. Dengan begitu pariwisata di setiap daerah akan lebih membaik jika dapat mengurangi dampak negative tersebut. Demikian artikel singkat tentang dampak positif dan negative dari pariwisata ini semoga bermanfaat bagi pembaca dan semoga ddapat kita amalkan di kehidupan sehari-hari.
Lancang Kuning - Pernahkah teman – teman mengikuti kegiatan pariwisata? Ke daerah manakah teman – teman melakukan kegiatan itu? Dan bersama siapa kah kalian melakukan pariwisata tersebut? Hal tersebut tidak perlu teman – teman jawab secara tertulis, cukup jawab dengan perkataan saja ya. Berwisata adalah kegiatan yang menyenangkan untuk dilakukan. Kadang, seseorang melakukan wisata dengan tujuan untuk menghilangkan kebosanan, atau bahkan sebagai penghibur dikala kesedihan. Ketika seseorang merasa sedih, ia akan menemukan banyak cara untuk kembali membaikkan suasana hatinya, cara tersebut tergantung dengan pribadi kita masing – masing. Baca juga : Tempat Wisata di Riau Ada banyak cara yang dapat dilakukan, mulai dari mendengarkan musik, membaca buku atau novel, komik atau bahkan pergi wisata ke suatu tempat. Biasanya orang – orang yang hobi berwisata adalah mereka yang berjiwa travelling. Tapi tak jarang para wisatawan itu adalah orang awam yang mencoba melakukan hal baru dalam hidupnya, seperti berkunjung untuk mengetahui kebiasaan dan kebudayaan suku di daerah – daerah kecil seperti pedesaan, atau menikmati keindahan alam disuatu daerah. Di tengah kesibukan bekerja, seseorang pun membutuhkan sebuah penyegar pandangan yang indah, dan enak dipandang. Banyak orang menginginkan untuk berkunjung ke daerah yang segar, yang memiliki kesejukan udara, yang jauh dari kata “macet” serta jauh dari kebisingan orang – orang. Ada beberapa tempat favorit yang cocok dikunjungi untuk berwisata, misalnya daerah pegunungan dan daerah laut. Wah, terbayang sudah keindahan dunia ini, ciptaan Tuhan. Semoga itu tak menjadi pengurang rasa syukur kita kepada Tuhan atas segala karunia –Nya. Kita hanya perlu menjaga dan menikmati hasil ciptaan-Nya yang sedemikian indah. Setiap orang memiliki standar kebahagiaan yang berbeda- beda, ada yang bisa bahagia dengan melihat deburan ombak, semilir angina pantai. Dan ada pula yang bahagia hanya dengan melihat keindahan bumi dari atas puncak gunung tertinggi. Kita memiliki cara masing – masing untuk bahagia. Teman – teman lebih suka berkunjung ke gunung atau ke pantai? Jika saya, suka dua – duanya. Baca juga : Perbedaan Asam, Basa dan Garam Tapi jika di dunia ini kita tidak dibolehkan memilih kedua – duanya, maka saya akan memilih pantai. Pantai itu indah. Gunung juga indah, bagi saya mendaki gunung juga memiliki keistimewaan luar biasa. Merasakan lelahnya mendaki, hingga kaki pegal. Tapi semua itu terbayar saat kita tiba di puncak gunung. Tapi harus lelah lagi, saat turun gunung. Saya belum pernah ke gunung, jadi saya tidak tahu bagaimana capeknya mendaki gunung, hanya mendengar cerita orang lain. Oke back to topic. Pada artikel ini kita akan membahas dampak positif serta negatif dari pariwisata untuk lingkungan. Langsung saja, berikut adalah dampak positifnya : 1. Melestarikan daerah tersebut Daerah yang segar, bersih dan menenangkan harus tetap dijaga. Jangan sampai semua hal itu hilang. Dengan adanya minat pengunjung untuk berwisata ke suatu daerah, maka otomatis kebersihan dan kelestarian lingkungan tersebut akan ikut terjaga, karena akan ada pihak yang mengelolanya.
Seseorang yang sempat terguncang jiwanya, cenderung membutuhkann ketenangan. Ia butuh waktu dan ruang untuk dapat memahami dan mencoba menerima hal baru yang ada di hidupnya. Ia membutuhkan waktu untuk menyelesaikan permasalahannya sendiri, meski cara ini bukan merupakan cara yang seratus persen dapat menyembuhkan mental seseorang tapi hal ini perlu dicoba. Adapun dampak negatif dari pariwisata bagi lingkungan yaitu : 2. Dapat menimbulkan kerusakan Sebenarnya ini hal sederhana yang tidak seratus persen pasti terjadi, kerusakan yang terjadi dapat diakibatkan oleh terlalu banyak pengunjung yang keluar – masuk sebuah tempat wisata. Entah itu kerusakan perlatan atau kerusakan lingkungan daerah itu sendiri, karena masyarakat atau pengunjung yang kurang menjaga kebersihan. Baca juga : Tempat Wisata di Pekanbaru 3.Penebangan hutan Tak jarang, tempat wisata di Indonesia ini berlokasi di daerah yang teduh, misalnya seperti daerah pepohonan yang semula lebat. Karena ingin dibangun menjadi sebuah tempat wisata maka suatu pihak tak segan untuk menebang pohon agar bisa membangun sebuah tempat wisata. Saya rasa cukup artikel hari ini, semoga teman – teman mendapatkan manfaat setelah membacanya, dan maaf atas segala kesalahan dan kekurangan. Sekian.(Rita) sumber: https://edipurwanto.com/apa-saja-dampak-negatif-pariwisata-pada-aspek-sosial.html
Sebagai salah satu motor pembangunan suatu negara, pariwisata saat ini sudah semakin diandalkan dan dijadikan sebagai alternatif sumber pendapatan negara-negara di dunia tak terkecuali di Indonesia. Namun yang harus dipahami, pembagunan pariwisata tidak boleh dilakukan secara sporadis dan tidak terencana dengan baik. Oleh karena itu, semua insan dan stakeholder pariwisata harus memahami terlebih dahulu bagaimana dampak pariwisata terhadap pembangunan suatu destinasi atau negara. Dalam buku saya yang berjudul Pemasaran Destinasi Pariwisata, pada dasarnya dampak dari kegiatan pariwisata dapat dibedakan menjadi tiga kelompok besar yaitu dampak terhadap ekonomi, sosial budaya dan lingkungan. Dampak Pariwisata terhadap EkonomiMenurut World Travel & Tourism Council (2012), kegiatan pariwisata memiliki dampak langsung, tidak langsung dan induced terhadap ekonomi lokal, tetapi bentuk dampaknya dapat berbeda-beda diberbagai destinasi atau negara-negara. Dampak langsung:Dampak ini dapat dilihat dari Pendapatan Domestik Bruto (PDB) yang dihasilkan dari kegiatan yang secara langsung terkait dengan kegiatan pariwisata seperti hotel, agen perjalanan, maskapai penerbangan dan tur operator atau restoran dan kegiatan lainnya yang diperuntukkan untuk memfasilitasi pengunjung dalam melakukan kegiatan wisata. Steck (2010) mengungkapkan enam saluran yang dapat menciptakan dampak ekonomi dari kegiatan pariwisata:
Tidak langsung:Dampak yang timbul karena kegiatan yang dilakukan oleh industri di sektor pariwisata. Menurut Lemma (2014) dampak ini terbagi ke dalam tiga hal:
Induced:Mewakili kontribusi pariwisata yang lebih luas melalui pengeluaran-pengeluaran yang secara langsung atau tidak langsung dipekerjakan oleh sektor pariwisata, seperti pengeluaran atau belanja karyawan restoran, karyawan hotel, dll. Selanjutnya WTTC (2012) mengungkapkan mengenai komponen-komponen yang terkait dengan dampak kegiatan pariwisata baik secara langsung, tidak langsung maupun induced dalam tabel berikut: Komponen Kontribusi dari Kegiatan Pariwisata
Dampak Pariwisata terhadap Sosial BudayaCohen (1984) mengungkapkan dampak kegiatan pariwisata terhadap kehidupan sosial budaya masyarakat berikut ini: Dampak terhadap keterkaitan dan keterlibatan antara masyarakat setempat dengan masyarakat yang lebih luas, termasuk tingkat otonomi atau ketergantungannya: Interaksi masyarakat setempat dengan pengunjung yang datang, khususnya dari sisi perubahan moral/tata nilai, seperti dengan datangnya orang yang mempunyai perilaku berbeda dapat menyebabkan percampuran tata nilai di destinasi pariwisata. Dampak pariwisata pada tata nilai di destinasi pariwisata biasanya lebih besar disebabkan karena pengaruh pengunjung yang diduga karena sifat pengunjung yang “terlalu bebas” dalam berperilaku di destinasi pariwisata. Pergeseran tata nilai ini dapat terjadi menjadi beberapa bentuk, seperti: efek peniruan, marginalisasi dan komodifikasi budaya. Dampak terhadap hubungan interpersonal antara anggota masyarakat: Berkembangnya kepariwisataan di suatu tempat akan menciptakan banyak lapangan pekerjaan, bahkan di bidang yang sama, memungkinkan akan menimbulkan kompetisi diantara anggota masyarakat. Pariwisata juga berdampak pada perubahan perilaku, struktur sosial serta perubahan gaya hidup. Dampak terhadap dasar-dasar organisasi/kelembagaan sosial: Kemajuan pariwisata diikuti dengan munculnya organisasi-organisasi atau kelembagaan sosial untuk mengorganisir kegiatan pariwisata yang ada. Organisasi atau kelembagaan tersebut bisa dari berbagai sektor atau bidang seperti: Pemasaran, Perhubungan, Akomodasi, Daya Tarik/Atraksi Wisata, Tour Operator, Pendukung, dll. Dampak terhadap migrasi dari dan ke daerah pariwisata: Meningkatnya aktivitas pariwisata di suatu destinasi memerlukan tenaga kerja untuk menjalankan usaha pariwisata dan memberikan pelayanan yang diperlukan pengunjung. Sebagian dari mereka bisa berasal dari penduduk lokal atau tenaga kerja dari daerah lain. Hal ini tidak hanya meningkatnya jumlah populasi atau kepadatan penduduk di destinasi. Tetapi lambat-laun akan menimbulkan masalah sosial yang beragam, mulai dari yang ringan seperti meningkatnya stress, kemacetan, dan lain-lain, sampai ke masalah kejahatan seperti perampokan dan tindakan kriminal lainnya. Dampak terhadap ritme kehidupan sosial masyarakat: Disamping dampak pariwisata terhadap tata nilai dan bagaimana masyarakat berpikir, pariwisata juga menyebabkan masalah untuk masyarakat lokal yang mempengaruhi bagaimana masyarakat bertindak dalam kehidupan sehari-harinya seperti: kepadatan manusia pada suatu waktu tertentu, kemacetan lalu-lintas, penggunaan infrastruktur berlebihan, kehilangan kegunaan dan manfaat tanah bagi kehidupan sosial, kehilangan usaha lain, polusi disain arsitektur, kejahatan terhadap wisatawan atau oleh wisatawan, dll. Dampak terhadap pola pembagian kerja: Beberapa daerah yang umumnya memiliki sumber mata pencaharian sebagian besar berasal dari sector pertanian segera mengalami tantangan, yaitu dengan terjadinya pergeseran mata pencaharian dari sektor pertanian ke sektor pariwisata. Beberapa jenis pekerjaan yang tidak memerlukan keahlian khusus di sektor pariwisata, seperti tukang kebun, cleaning service, housekeeping dan sejenisnya dapat menarik minat para pekerja di sektor pertanian untuk beralih ke sektor pariwisata tersebut. Dampak terhadap stratifikasi dan mobilitas sosial: Kegiatan pariwisata di suatu destinasi dapat mengakibatkan diferensiasi struktur sosial, modernisasi keluarga, dan dapat memperluas wawasan dan cara pandang masyarakat terhadap dunia luar. Dampak terhadap meningkatnya penyimpangan-penyimpangan sosial: munculnya sikap mental yang berorientasi konsumtif menimbulkan tingkah laku yang bertentangan dengan norma-norma yang ada (patologi sosial) seperti prostitusi, penggunaan dan perdagangan obat terlarang, ketergantungan alkohol, kejahatan, dan perilaku menyimpang lainnya. Dampak terhadap bidang kesenian dan adat istiadat: Interaksi yang terjadi antara penduduk lokal dengan pengunjung dapat merubah nilai-nilai kesenian dan adat istiadat seperti semakin suburnya kesenian tradisional seperti tari, seni lukis, putang dan lain sebagainya. Tidak hanya kesenian, tetapi juga dapat mendorong munculnya grup atau kelompok masyarakat yang berkonsentrasi dalam mengembangkan kebudayaan tradisionalnya. Dampak Pariwisata Terhadap LingkunganMenurut United Nations Environment Programme (UNEP), terdapat tiga dampak utama dari kegiatan pariwisata terhadap lingkungan yaitu menipisnya sumberdaya alam, polusi dan dampak fisik pariwisata. Menipisnya sumber daya alam:Kegiatan pariwisata sangat membutuhkan sumberdaya alam yang mungkin sudah sangat langka seperti penggunaan sumberdaya air, hutan, energi, makanan, material, dan sumber daya lainnya. Contohnya penggunaan air yang berlebihan oleh bisnis pariwisata seperti untuk penggunaan pengunjung, kolam renang, pemeliharaan kebun dll. Di daerah kering, penggunaan air sangat memprihatinkan terutama karena pengunjung cenderung mengonsumsi dua kali lebih banyak air pada hari libur seperti yang mereka lakukan di rumah (440 liter terhadap 220 liter), sementara jumlah air yang digunakan untuk lapangan golf dalam setahun setara dengan penggunaannya oleh 60.000 penduduk desa (UNEP, 2014). Contoh lain, tekanan pada sumber daya seperti energi, makanan, dan bahan mentah dapat meningkat karena kegiatan pariwisata. Penggunaan yang meningkat dapat mempengaruhi dampaknya pada populasi lokal, terutama di musim puncak ketika permintaan untuk sumber daya lebih tinggi. Pariwisata juga dapat berdampak negatif terhadap keanekaragaman hayati (UNEP, 2011). Polusi:Pariwisata dapat berkontribusi pada polusi dengan cara yang sama seperti banyak sektor ekonomi lainnya yaitu melalui polusi udara, limbah padat, dan limbah cair. Berikut beberapa dampak polusi dari kegiatan pariwisata menurut Lemma (2014): Polusi Udara & Kebisingan: Meningkatnya jumlah pengunjung menjadikan sektor ini menjadi sumber emisi yang semakin penting. UNWTO (2008) telah melakukan analisis dampak pariwisata terhadap emisi karbon berdasarkan data tahun 2005, sektor pariwisata (secara global) menyumbang hampir 5% dari total emisi karbon. Sampah & Limbah Padat: Pengelolaan limbah merupakan tantangan yang semakin meningkat dalam sektor pariwisata, misalnya, wisatawan Eropa dapat membuat hingga 1 kg limbah padat per hari, sementara wisatawan dari AS dapat membuat hingga 2 kg limbah padat per hari (UNEP, 2011). Kapal pesiar yang beroperasi di Karibia diperkirakan menghasilkan sekitar 70.000 ton limbah padat per tahun (Sunlu, 2003) yang dapat meningkatkan dan merusak perairan pesisir dan kehidupan laut di dalamnya. Pembuangan Limbah: Pengelolaan air limbah juga menjadi isu penting dalam sektor ini terutama di mana hotel membuang air limbah yang tidak diolah langsung ke laut (UNEP, 2011) atau ke badan air lainnya. Polusi estetika: Polusi estetika terjadi ketika kegiatan pariwisata gagal mengintegrasikan bangunan dan infrastruktur menjadi fitur alami dan fitur arsitektur lokal yang ada, oleh sebab itu fitur yang dikembangkan oleh kegiatan pariwisata mungkin tidak dianggap kompatibel dengan lingkungan alam dan arsitektur budaya yang ada. Dampak fisik pariwisata:Dampak yang terjadi dari aktivitas pengunjung dan bisnis pariwisata terhadap lingkungan fisik. Pembangunan infrastruktur pariwisata (termasuk fasilitas seperti hotel, restoran dan fasilitas rekreasi) dapat menyebabkan degradasi lahan (yaitu erosi tanah) dan hilangnya habitat keanekaragaman hayati dan satwa liar. Pengembangan dalam taman nasional Yosemite (di SUA) telah menyebabkan dampak negatif pada satwa liar setempat dan peningkatan polusi udara dan kebisingan. Pariwisata juga dapat menyebabkan peningkatan deforestasi, sementara pengembangan di daerah laut dapat menyebabkan perubahan garis pantai dan arus, yang secara negatif mempengaruhi flora dan fauna lokal (UNEP, 2014). Kegiatan pariwisata juga dapat menyebabkan dampak negatif pada lingkungan. Contoh kegiatan tersebut seperti kerusakan yang diakibatkan dari injakan pendaki pada jalur pendakian di mana pendaki menyebabkan kerusakan pada vegetasi dan tanah yang pada gilirannya dapat menyebabkan hilangnya keanekaragaman hayati. Dampak lain seperti dari kegiatan kelautan (penangkaran kapal, olahraga memancing dan scuba diving) dapat merusak integritas lingkungan di kawasan pariwisata (Sunlu, 2003). Interaksi dengan satwa liar setempat juga dapat meningkatkan stres terhadap satwa liar setempat serta degradasi lahan yaitu dengan menggunakan truk safari untuk melacak satwa liar (UNEP, 2014). ReferensiCohen, Erik. 1984. The Sociology of Tourism: Approaches, Issues and Findings. Annual Review of Sociology. Vol.10. Jerusalem: Department of Sociology Hebrew University of Jerusalem Hidayah, Nurdin. 2019. Pemasaran Destinasi Pariwisata. Bandung: Alfabeta Lemma, A.F. 2014. Tourism Impacts: Evidence of Impacts on employment, gender, income. EPS-PEAKS, Overseas Development Institute Steck, B. 2010. Tourism: More Value for Zanzibar SNV, Februari 2010 UNEP. 2011. Tourism: Investing in Energy and Resource Efficiency, Part of the 2011 UNEP Green Economy Report. UNEP 2011 UNEP. 2014. Tourism’s Three Main Impact Areas dalam http://www.unep.org/resourceefficiency/Business/SectoralActivities/Tourism/TheTourismandEnvironmentProgramme/FactsandFiguresaboutTourism/ImpactsofTourism/EnvironmentalImpacts/TourismsThreeMainImpactAreas/tabid/78776/Default.aspx UNWTO. 2008. Climate Change & Tourism: Responding to Global Challenges. UNWTO 2008 WTTC. 2012. Methodology for Producing the 2012 WTTC: Oxford Economics Travel & Tourism Economic Impact Research. WTTC 2012 |