Berikut daftar Kota yang sering mengadakan Sekaten dan Grebeg Maulud adalah

Sekaten Solo merupakan acara tahunan yang sudah ada sejak lama. Sekaten merupakan salah satu dari seluruh rangkaian acara dalam memperingati hari lahir Nabi Muhammad SAW. Event ini adalah salah satu acara yang paling dinantikan pada akhir tahun oleh warga solo dan sekitarnya.

Berikut daftar Kota yang sering mengadakan Sekaten dan Grebeg Maulud adalah

Foto diambil dari sini

Pada acara Sekaten Solo, kita bisa menikmati beragam hiburan dan atraksi yang ada pada acara tersebut. Puncak dari acara peringatan hari lahir Nabi Muhammad SAW adalah Grebeg Maulud yang diadakah oleh pihak Keraton. Acara akan dimulai dari Keraton Kasunanan Surakarta dengan membawa gunungan yang berisi beragam makanan dan hasil bumi.

Acara Sekaten Solo 2016 ini akan diadakan pada tanggal 5 hingga 22 Desember 2016, berlokasi di Alun-alun utara Keraton Kasunanan Surakarta.

Meskipun acara ini ramai oleh masyarakat yang berkunjung, namun mereka akan rela berdesak-desakan demi mendapatkan makanan dari gunungan yang diarak pada puncak acara Sekaten Solo.

festival grebed maulud kota solo

SHARE :

Sekaten merupakan acara tahunan yang rutin digelar di Solo dan Yogyakarta sejak abad ke-15. Acara ini merupakan tradisi yang dilakukan untuk memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad saw. Karena tradisi ini selalu terjaga, maka tak heran di setiap pelaksanaannya selalu banyak warga di Solo dan Yogyakarta yang antusias untuk turut meramaikan.

Pada penyelenggaraan sekaten, biasanya diadakan pasar malam selama satu bulan penuh. Setelahnya, akan diadakan acara Grebeg Maulud Nabi berupa kirab gunungan yang berlangsung sebagai puncak acara. Tidak hanya sekadar perayaan, ternyata sekaten juga memiliki sejarahnya tersendiri terutama bagi penyebaran agama Islam di Jawa Tengah.

Tradisi ini digunakan Wali Songo untuk menarik perhatian masyarakat terhadap agama Islam. Sekaten dipercaya sebagai perpaduan antara kesenian dan dakwah karena melalui acara inilah masyarakat diperkenalkan agama Islam. Saat itu banyak masyarakat yang menyukai alat musik gamelan, sehingga pentas kesenian ini selalu digelar pada hari penyelenggaraan sekaten.

Prosesi itu pula yang masih dipertahankan hingga kini. Dalam pagelarannya dilakukan tahapan membunyikan gamelan yang diarak ke Masjid Agung hingga dikembalikannya gamelan sekaten sebagai tanda berakhirnya acara upacara sekaten. Biasanya rangkaian pagelaran ini berlangsung pada tanggal 5 hingga 12 bulan Rabiulawal, dimana gamelan terus ditabuh nonstop secara bergantian. Setelah itu acara akan berlanjut pada prosesi Numpak Wajik dan Grebeg Muludan.

Secara garis besar tidak ada yang membedakan pagelaran sekaten di Solo dan Yogyakarta. Hal pembeda hanya berada di kirab akhir. Dalam Grebeg Muludan di Keraton Yogyakarta terdapat 6 buah gunungan, yaitu 2 buah gunungan lanang/laki-laki, 1 gunungan wadon/perempuan, 1 gunungan dharat, 1 gunungan gepak, dan 1 gunungan pawuhan.

Kompas.com - 20/Oct/2019 , 13:18 WIB

Berikut daftar Kota yang sering mengadakan Sekaten dan Grebeg Maulud adalah

KOMPAS.com - Pernahkah Anda mendengar mengenai tradisi grebeg di Yogyakarta atau bahkan mengalami keriaannya saat kebetulan berada di kota yang dikenal dengan Negeri Para Sultan tersebut? 

Tradisi yang biasanya diadakan bertepatan dengan Hari Besar Agama Islam itu digagas oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I dan masih dilakukan sampai saat ini. Tujuan awalnya adalah menyebarkan ajaran Islam.

Baca juga: Sejumlah Tradisi Lebaran Ketupat dari Berbagai Daerah di Indonesia

Tradisi grebeg identik dengan keberadaan gunungan yang dijadikan simbol kemakmuran Keraton Yogyakarta. Gunungan adalah makanan dalam jumlah besar dari berbagai hasil bumi yang nantinya dibagikan kepada masyarakat.

Dalam satu tahun, upacara grebeg diadakan tiga kali berdasarkan momen penanggalan Islam. Berikut ini tiga macam upacara grebeg tersebut.

Grebeg Syawal

Tradisi yang ada di Yogyakarta memang tak pernah lepas dari pengaruh Islam. Seperti Grebeg Syawal yang diadakan untuk menghormati bulan puasa, Hari Raya Idul Fitri, dan malam Lailatur Qadar.

Pada grebeg pada Bulan Syawal, keraton mengeluarkan gunungan yang paling besar, yaitu gunungan kakung. Bentuknya menyerupai gunung sesungguhnya.

Adapun kerangkanya terbuat dari bambu berbentuk kerucut, dan seluruh sisinya dihiasi makanan yang disusun secara bertingkat.

Baca juga: 12 Tradisi Jelang Ramadhan di Indonesia, Padusan sampai Nyadran

Grebeg Maulud

Tradisi Grebeg Maulud diadakan setiap tanggal 12 pada Bulan Maulud (Rabiulawal) yang merupakan upacara untuk memeperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW. Sekaten atau acara pasar malam yang terkenal itu adalah salah satu rangkaian acaranya.

Grebeg Maulud dilanjutkan dengan dibunyikannya dua perangkat gamelan sekaten milik Keraton selama 7 hari. Acara puncaknya adalah pembacaan Risalah Maulid Nabi Muhammad SAW oleh Pengulu Keraton.

Grebeg Besar

Grebeg besar diadakan pada Hari Raya Idul Adha di Bulan Dzulhijjah sebagai penghormatan kepada bulan besar Dzulhijjah.

Gunungan yang dibagikan ke masyarakat pun berupa gunungan khusus.

Pada akhir acara, grebeg yang diambil oleh masyarakat bukan sekadar makanan biasa. Masyarakat setempat mempercayainya sebagai cara mencari berkah dari Sultan.

Baca juga: 10 Tradisi Jelang Tahun Baru Imlek, Ada Bersih-bersih Rumah

Bagian gunungan yang berhasil masyarakat raih nantinya akan disimpan di rumah. Ingat, gunungan tidak untuk dimakan.

Jelajahi kekayaan budaya di Indonesia lewat destinasi yang lainnya. Cari informasinya lewat Pesona Indonesia. 

KOMENTAR

Berikut daftar Kota yang sering mengadakan Sekaten dan Grebeg Maulud adalah

Lihat Keajaiban Lainnya

Berikut daftar Kota yang sering mengadakan Sekaten dan Grebeg Maulud adalah

Berikut daftar Kota yang sering mengadakan Sekaten dan Grebeg Maulud adalah

Berikut daftar Kota yang sering mengadakan Sekaten dan Grebeg Maulud adalah

Berikut daftar Kota yang sering mengadakan Sekaten dan Grebeg Maulud adalah

Berikut daftar Kota yang sering mengadakan Sekaten dan Grebeg Maulud adalah

admin, 19 February 2019 Grebeg Sekaten

JOGJA WELCOMES YOU - Lautan manusia memadati Alun-alun Utara hingga pintu gerbang Masjid Gedhe untuk mengikuti prosesi Grebeg Maulud dengan membawa Gunungan sebagai puncak acara Sekaten yang telah berlangsung selama satu bulan. Tumpah ruah mejadi satu dengan berbagai kepentingan untuk menikmati Grebeg Sekaten ini.

Tentang Grebeg Sekaten

Grebeg adalah prosesi adat sebagai simbol sedekah dari pihak Kraton Yogyakarta kepada masyarakat berupa gunungan. Kraton Yogyakarta dan Surakarta setiap tahunnya selalu mengadakan upacara grebeng sebanyak tiga kali pada hari besar Islam, yaitu Grebeg Syawal pada Hari Raya Idul Fitri, Grebeg Besar bertepatan pada Hari Raya Idul Adha dan Grebeg Maulud yang lebih populer Grebeg Sekaten pada peringatan Hari Lahir Nabi Muhammad SAW.

Kata grebeg berasal dari kata gumrebeg yang memiliki filosofi sifat riuh, ribut dan ramai. Tidak ketinggalan pula kata gunungan memiliki filosofi dan simbol dari kemakmuran yang kemudian dibagikan kepada rakyat. Gunungan di sini adalah representasi dari hasil bumi (sayur dan buah) serta jajanan (rengginang).

Pada Grebeg Sekaten, gunungan yang dijadikan simbol kemakmuran ini mewakili keberadaan manusia yang terdiri dari laki-laki dan perempuan. Gunungan yang digunakan bernama Gunungan Jaler (pria), Gunungan Estri (perempuan), serta Gepak dan Pawuhan. Gunungan ini dibawa oleh para abdi dalem yang menggunakan pakaian dan peci berwarna merah marun dan berkain batik biru tua bermotif lingkaran putih dengan gambar bunga di tengah lingkarannya. Semua abdi dalem ini tanpa menggunakan alas kaki alias nyeker.

Prosesi Kirab Gunungan dimulai dari Kori Kamandungan sebagai titik awal kirab Grebeg untuk dibawa menuju halaman depan Masjid Gedhe. Tembakan salvo menjadi tanda dimulainya kirab. Dari Kamandungan, gunungan dibawa melintasi Sitihinggil lalu menuju Pagelaran di alun-alun utara untuk diletakkan di halaman Masjid Gedhe dengan melewati pintu regol.

Prajurit Wirobrojo yang dikenal dengan prajurit lombok abang ?karena pakaiannya yang khas berwarna merah-merah dan bertopi Kudhup Turi berbentuk seperti lombok? mempunyai tugas sebagai cucuking laku alias pasukan garda terdepan di setiap perhelatan upacara kraton. Sebelum memasuki acara puncak rebutan gunungan serah terima pengawalan gunungan dilakukan, dari prajurit Wirobrojo ke prajurit Bugis yang berseragam hitam-hitam dengan topi khas pesulap serta ke prajurit Surakara yang berpakaian putih-putih. Setelah gunungan diserahkan kepada penghulu Masjid Gede untuk didoakan oleh penghulu tersebut, gunungan pun dibagikan.

Selesai doa diucapkan, gunungan pun sontak direbut oleh masyarakat yang datang dari seluruh penjuru Jogja. Memang ada kepercayaan dari masyarakat bahwa barangsiapa yang mendapat bagian apa pun dari gunungan tersebut, dia akan mendapat berkah. Kegiatan ngrayah atau berebut mengambarkan sebuah filosofi bahwa manusia dalam kehidupannya untuk mencapai tujuan harus berani melakukan persaingan dan permasalahan hidup harus dihadapai bukan untuk dihindari.

Selain prosesi ngrayah terdapat pula ciri khas dari Grebeg Sekaten ini, yaitu telur merah yang akrab disebut ndog abang yang ditusuk dengan bambu dan dihiasi kertas sebagai bunga-bunga untuk mempercantiknya. Saya sempat bertanya arti filosofi telur merah kepada ibu penjual tersebut. Menurut Ibu Wagirah, telur adalah bentuk permulaan kehidupan, sedangkan bambu yang menusuk telur tersebut perlambang bahwa semua kehidupan di bumi ini memiliki poros yaitu Gusti Alloh. Warna merah artinya keberuntungan, rejeki, berkah dan keberanian.

Sumber : visitingjogja.com