Berdasarkan cara pengungkapannya termasuk kedalam jenis apakah puisi Surat dari Ibu

Home/Bahasa Indonesia/Jelaskan Secara Rinci Isi Puisi Surat dari Ibu

Questions and Answer Keys in Indonesian Class 8 Curriculum 2013 Revised 2017 Activity 4.3 Describe in detail the contents of the poem “Letter from Mother” Page 104 Chapter 4 (Beautiful Poetry) ~ Assalamualikum semuanya, kembali lagi bersama laguasyik.com. Pada kali ini saya akan memberi tahu kalian semua tentang Soal dan Kunci Jawaban Bahasa Indonesia Kelas 8 Kurikulum 2013 Revisi 2017 Kegiatan 4.3 Jelaskanlah secara rinci isi puisi “Surat dari Ibu” Halaman 104 Bab 4 (Indahnya Berpuisi) kepada para siswa/siswi yang melihat artikel ini. Yuk, kita langsung saja ke soal dan jawabannya. ~

Kegiatan 4.3

A. Jelaskanlah secara rinci isi puisi “Surat dari Ibu” bersama kelompokmu!

Bait Penjelasan Isi Kata-Kata Penunjuk Dalam Puisi
I Seorang anak yang telah tumbuh dewasa perlu mencari jati dirinya. Seorang ibu meminta anak yang dewasa untuk pergi ke dunia luas, sebuah kehidupan bebas yang dituntut untuk hidup mandiri, dimana sang anak akan mampu memperoleh pengalaman hidup sebanyak-banyaknya. Masa muda penuh dengan semangat tak boleh disia-siakan. Harus diisi dengan mencoba banyak pengalaman, agar kelak menjadi bekal hidup sang anak.
  • Pergi ke laut lepas, anakku sayang
  • pergi ke alam bebas!
  • Selama hari belum petang
  • dan warna senja belum kemerah-merahan
  • menutup pintu waktu lampau.
II Ibu masih memotivasi sang anak agar terjun kedalam kehidupan bermasyarakat yang sebenarnya, yang ibarat di lautan lepas. Anak perlu berjuang meski terombang-ambing dipermainkan ombak. Selama anak masih muda dan masih banyak waktu untuk merantau mencari banyak pengalaman. Sebelum anak menginjak usia tua sehingga menyesal di kemudian hari karena pada masa muda kurang ilmu dan pengalaman.
  • Jika bayang telah pudar
  • dan elang laut pulang ke sarang
  • angin bertiup ke benua
  • Tiang-tiang akan kering sendiri
  • dan nakhoda sudah tahu pedoman
  • Boleh engkau datang padaku!
III Jika anak telah banyak pengalaman dan berhasil mencapai cita-citanya, sudah waktunya sang anak untuk kembali ke kampung halamannya. Saat sang anak sudah cukup ilmu dan mampu memimpin dirinya sendiri serta dibutuhkan banyak orang/ sukses hidupnya maka tiba waktunya bagi sang anak untuk kembali dan berbakti kepada keduaorangtua yang telah berjasa dan senantiasa mendo’akannya.
  • Kembali pulang, anakku sayang
  • kembali ke balik malam!
  • Jika kapalmu telah rapat ke tepi
  • Kita akan bercerita
  • “Tentang cinta dan hidupmu pagi hari”
IV Sang ibu meminta anaknya untuk kembali, berkumpul dengan keluarga dan beristirahat. Jika tujuan hidup sang anak sudah tercapai, tiba waktunya untuk menceritakan pengalamannya. Bercerita tentang kesuksesannya, kehidupan cintanya, dan rencana hidup sang anak di masa depan.
  • Kembali pulang, anakku sayang
  • kembali ke balik malam!
  • Jika kapalmu telah rapat ke tepi
  • Kita akan bercerita
  • “Tentang cinta dan hidupmu pagi hari”
Kesimpulan Puisi Surat dari Ibu menggambarkan harapan seorang ibu yang meminta anaknya untuk pergi ke dunia yang luas untuk belajar dan mencari pengalaman hidup. Apabila anaknya sudah merasa cukup belajar dan mendapatkan pengalaman hidup, sang ibu pun berharap anaknya kembali Suatu keberhasilan seorang anak yang tidak seharusnya melupakan orang tua nya. Apalagi seorang Ibu yang menahan rasa sakit, selalu merasa letih, dan ibu yang mengandung lalu melahirkan kita. Ibu bahkan tidak mau menerima hasil dan buah dari keberhasilan kita. Karena seorang ibu itu tulus melakukan apapun untuk kita.

Sekian Kunci Jawaban Dari Saya Tentang “Soal dan Kunci Jawaban Bahasa Indonesia Kelas 8 Kurikulum 2013 Revisi 2017 Kegiatan 4.3 Jelaskanlah secara rinci isi puisi “Surat dari Ibu” Halaman 104 Bab 4 (Indahnya Berpuisi)”, Dan terima kasih sudah berkunjung blog yang sederhana. Semoga kunci jawaban ini bisa membantu kalian yang belum menjawab Soal dan Kunci Jawaban Bahasa Indonesia Kelas 8 Kurikulum 2013 Revisi 2017 Kegiatan 4.3 Jelaskanlah secara rinci isi puisi “Surat dari Ibu” Halaman 104 Bab 4 (Indahnya Berpuisi). Jika ada kelebihan pada artikel ini semoga bermanfaat bagi kalian semua dan jika ada kekurangan maupun salah mohon dimaafkan sebesar-besarnya. Jika ada pertanyaan dan ada saran untuk kelebihan dan kekurangan selain ini bisa komen di kolom komentar.

Kata Kunci:

  • https://laguasyik com/category/bahasa-indonesia/page/104/

Berdasarkan cara pengungkapannya termasuk kedalam jenis apakah puisi Surat dari Ibu

Questions and Answer Key Grade 12 curriculum Indonesian Revised 2013 2018 Do you want to …


BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah

Jika berbicara tentang puisi akan banyak berbagai pendapat yang muncul mengenai puisi. Puisi adalah salah satu jenis karya sastra yang berisi ungkapan perasaan penyair, mengandung rima dan irama, serta diungkapkan dalam pilihan kata yang cermat dan tepat. Bahasa yang dipergunakan oleh penyair harus dapat mewakili rasa dan pesan yang hendak disampaikan . Puisi juga merupakan hasil penggambaran tentang suatu hal yang diungkapkan melalui bahasa dan ekspresi yang mewakili perasaan sang penyair. Hal ini diperlukan agar para pembaca bisa masuk dan memahami dan merasakan kekuatan jiwa penulis yang akan disampaikan melalui puisi tersebut.

Shahnon Ahmad (dalam Pradopo 1993:6) mengumpulkan definisi puisi yang pada umumnya dikemukakan oleh para penyair romantik Inggris sebagai berikut.

(1)   Samuel Taylor Coleridge mengemukakan puisi itu adalah kata-kata yang terindah dalam susunan terindah. Penyair memilih kata-kata yang setepatnya dan disusun secara sebaik-baiknya, misalnya seimbang, simetris, antara satu unsur dengan unsur lain sangat erat berhubungannya, dan sebagainya.

(2)   Carlyle mengatakan bahwa puisi merupakan pemikiran yang bersifat musikal. Penyair menciptakan puisi itu memikirkan bunyi-bunyi yang merdu seperti musik dalam puisinya, kata-kata disusun begitu rupa hingga yang menonjol adalah rangkaian bunyinya yang merdu seperti musik, yaitu dengan mempergunakan orkestra bunyi.

(3)   Wordsworth mempunyai gagasan bahwa puisi adalah pernyataan perasaan yang imajinatif, yaitu perasaan yang direkakan atau diangankan. Adapun Auden mengemukakan bahwa puisi itu lebih merupakan pernyataan perasaan yang bercampur-baur.

(4)   Dunton berpendapat bahwa sebenarnya puisi itu merupakan pemikiran manusia secara konkret dan artistik dalam bahasa emosional serta berirama. Misalnya, dengan kiasan, dengan citra-citra, dan disusun secara artistik (misalnya selaras, simetris, pemilihan kata-katanya tepat, dan sebagainya), dan bahasanya penuh perasaan, serta berirama seperti musik (pergantian bunyi kata-katanya berturu-turut secara teratur).

(5)   Shelley mengemukakan bahwa puisi adalah rekaman detik-detik yang paling indah dalam hidup. Misalnya saja peristiwa-peristiwa yang sangat mengesankan dan menimbulkan keharuan yang kuat seperti kebahagiaan, kegembiraan yang memuncak, percintaan, bahkan kesedihan karena kematian orang yang sangat dicintai. Semuanya merupakan detik-detik yang paling indah untuk direkam.

Dari pendapat-pendapat para ahli, dapat kita simpulkan bahwa definisi puisi menurut mereka memiliki sebuah kesamaan yaitu pengungkapan ekspresi dan jiwa. Puisi itu tercipta karena pengalaman atau sebaliknya. Bisa dikatakan bahwa puisi adalah ekspresi dari segala pengalaman imajinatif yang dirasakan oleh manusia dalam hidupnya.

Puisi dapat dikaji dengan menggunakan berbagai macam pendekatan. Salah satu pendekatan yang sering digunakan untuk menganalisis puisi adalah teori yang diungkapkan oleh Abrams. Abrams membagi pendekatan itu menjadi empat, yakni:

1.   Objektif, suatu telaah dari sudut pandang karya itu sendiri. 2.   Ekspresif, suatu telaah dari sudut pandang pengarangnya. 3.   Mimesis, suatu telaah dari keterhubungan ide, perasaan, atau peristiwa yang berkaitan dengan alam, baik yang secara langsung atau pun tidak langsung.

4.   Pragmatik, suatu telaah yang ditinjau dari sudut pandang pembaca atau penerima.

Banyak orang yang menganggap pendekatan yang dikatakan oleh Abrams adalah pendekatan tradisional. Dikatakan tradisional karena sekarang pendekatan-pendekatang itu telah dikembangkan menjadi beberapa pengembangan. Pendekatan objektif telah dikembangkan menjadi pendekatan struktural yang terdiri dari unsur intrinsik dan ekstrinsik sebuah karya sastra. Pendekatan ekspresif telah dikembangkan menjadi psikologi sastra dan antropologi sastra. Pendekatan mimesis dikembangkan sehingga lahirlah pendekatan sosiologi sastra dan sastra marxis. Dan pendekatan pragmatik dikembangkan, lalu lahirlah pendekatan resepsi sastra dan hermeunetika.

B. Rumusan Masalah

Sebuah karya sastra, salah satunya puisi terkandung beberapa hal yang yang patut untuk dikaji, antara lain masalah tema, pendekatan, sudut pandang, dan tujuan diciptakannya puisi tersebut. Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah dijelaskan sebelumnya, dapat diketahui rumusan masalah yang akan dikaji dalam puisi. Adapun rumusan masalah puisi Surat dari Ibu karya Asrul Sani adalah sebagai berikut:

1.   Bagaimana struktur puisi Surat dari Ibu karya Asrul Sani?

2.   Apakah pendekatan struktural cocok untuk mengkaji puisi Surat dari Ibu karya Asrul Sani?

C. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan dari makalah yang berjudul Analisis Struktural Puisi surat dari Ibu karya Asrul Sani adalah sebagai berikut:

1.        Mengetahui struktur puisi Surat dari Ibu karya Asrul Sani

2.        Mengetahui cocok tidaknya pendekatan Struktural untuk mengkaji puisi Surat dari Ibu karya Asrul Sani

D. Manfaat Penulisan

Manfaat dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:

1.        Memberikan wawasan bagi guru bahasa Indonesia mengenai pembelajaran menganalisis puisi dengan pendekatan struktural.

2.        Sumber pengetahuan bagi siswa melalui pembelajaran puisi.

3.        Bagi penulis, memberikan sumbangan informasi bagi pemakalah dalam membuat makalah khususnya bidang sastra.

BAB II

KAJIAN TEORI

A.           Hakikat Puisi

Banyak pendapat tentang pengertian puisi, dan tidak ada orang yang dapat memberikan definisi puisi yang tepat. Pengertian-pengertian tersebut diantaranya dari Slamet Mulyana (dalam Waluyo 1997 : 23) menyatakan bahwa puisi merupakan bentuk kesusastraan yang menggunakan pengulangan suara sebagai ciri khasnya.

            Wirjosudarmo (dalam Pradopo 1987: 5) mengatakan bahwa puisi adalah karangan yang terikat oleh: (1) banyak baris dalam tiap bait (kuplet/strofa, suku karangan); (2) banyak kata dalam tiap baris; (3) banyak suku kata dalam tiap baris; (4) rima; dan (5) irama.

            Setelah melihat dari beberapa definisi puisi, Waluyo (1997: 25) mengungkapkan bahwa puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengkonsentrasikan semua kekuatan bahasa dengan mengkonsentrasikan struktur fisik dan struktur batinnya.

            Menurut Suharianto (2005: 12), puisi adalah hasil pengungkapan kembali segala peristiwa atau kejadian yang terdapat di dalam kehidupan sehari-hari. Karya sastra berbentuk puisi bersifat konsentrif dan intensif. Pengarang tidak menjelaskan secara terperinci apa yang ingin diungkapkannya, melainkan justru sebaliknya. Pengarang hanya mengutarakan apa yang menurut perasaan atau pendapatnya merupakan bagian yang pokok atau penting saja. Pengarang mengadakan konsentrasi dan intensifikasi atau pemusatan dan pemadatan. Konsentrasi dan intensifikasi tersebut dilakukan pengarang bukan hanya terbatas pada masalah yang akan disampaikan, melainkan juga pada cara menyampaikannya. Karena itu, penghematan unsur-unsur bahasa juga akan terasakan dengan jelas pada bentuk karya sastra ini (Suharianto 2005: 34-35).

            Kosasih (2003 : 207) menyatakan bahwa puisi adalah bentuk karya sastra yang menggunakan kata-kata yang indah dan kaya makna. Bahasa yang digunakan dalam puisi berbeda dengan yang digunakan sehari-hari. Puisi menggunakan bahasa ynag ringkas namun maknanya sangat kaya. Kata-kata yang digunakan adalah kata-kata konotatif, yang mengandung banyak penafsiran dan pengertian.

            Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa puisi adalah sebuah karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan dalam peristiwa atau kejadian dalam kehidupan yang diwujudkan melalui bahasa yang diperhalus dan diberi irama. Di samping itu, puisi juga dapat membangkitkan perasaan yang menarik perhatian, menimbulkan tanggapan yang jelas atau secara umum bisa dikatakan menimbulkan keharuan.

            Dari pengertian puisi di atas, dalam puisi terdapat unsur yang berupa emosi, pemikiran, ide, imajinasi, nada, irama, kesan pancaindera, susunan kata, kata kiasan, kepadatan, dan perasaan yang bercampur-baur menjadi satu

Unsur-unsur Puisi

1.        Tema

            Tema adalah gagasan pokok (subject-matter) yang dikemukakan oleh penyair melalui puisinya (Waluyo 2003: 17). Tema mengacu pada penyair. Pembaca sediki banyak harus mengetahui latar belakang penyair agar tidak salah menafsirkan tema puisi tersebut. Karena itu, tema bersifat khusus (diacu dari penyair), objektif (semua pembaca harus menafsirkan sama), dan lugas (bukan makna kias yang diambil dari konotasinya).

            Seperti halnya karya sastra prosa, fungsi puisi juga merupakan media untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan pengarangnya. Dengan demikian puisi pun mempunyai tema atau pokok permasalahan. Hanya harus diakui, untuk mengetahuinya lebih sulit karena bentuk karya sastra ini umumnya menggunakan kata-kata kias atau perlambang-perlambang. Karena itu untuk mengetahuinya diperlukan kecerdasan dan kejelian kita sebagai pembacanya untuk menafsirkan kiasan-kiasan atau perlambang-perlambang yang dipergunakan penyair (Suharianto 2005: 38-39).

2.        Nada dan Suasana

            Menurut Suharianto (2005: 47) nada dan suasana seperti yang dirasakan, semata-mata bukan disebabkan oleh makna kata yang dipakai penyairnya, melainkan juga oleh dukungan pilihan bunyi kata-katanya. Bahkan unsur terakhir itulah yang terasa amat dominan, baik karena adanya asonansi-asonansi maupun aliterasi-aliterasi yang sengaja dipasang penyair secara horisontal maupun vertikal.

            Nada mengungkapkan sikap penyair terhadap pembaca. Dari sikap itu terciptalah suasana puisi. Ada puisi yang bernada sinis, protes, menggurui, memberontak, main-main, serius (sungguh-sungguh), patriotik, belas kasih (memelas), takut, mencekam, santai,masa bodoh, pesimis, humor (bergurau), mencemooh, kharismatik, filosofis, khusyuk, dan sebagainya (Waluyo 2003: 37).

3.        Perasaan

            Waluyo (2003: 39-40) menerangkan bahwa puisi mengungkapkan perasaan penyair. Nada dan perasaan penyair akan dapat kita tangkapkalau puisi itu dibaca keras dalam poetry reading atau deklamasi. Membaca puisi dengan suara keras akan lebih membantu kita menemukan perasaan penyair yang melatarbelakangi terciptanya puisi tersebut. Perasaan yang menjiwai puisi bisa perasan gembira, sedih, terharu, terasing, tersinggung, patah hati, sombong, tercekam, cemburu, kesepian, takut, dan menyesal.

4.        Amanat Puisi

            Amanat, pesan atau nasihat merupakan kesan yang ditangkappembaca setelah membaca puisi. Amanat dirumuskan sendiri oleh pembaca. Sikap dan pengalaman pembaca sangat berpengaruh kepada amanat puisi. Cara menyimpulkan amanat puisi sangat berkaitan dengan cara pandang pembaca terhadap suatu hal. Meskipun ditentukan berdasarkan cara pandang pembaca, amanat tidak dapat lepas dari tema dan isipuisi yang dikemukakan penyair (Waluyo 2003: 40).

B.            Pendekatan Struktural

Semua karya sastra adalah struktur. Struktur yang dimaksud adalah setiap karya sastra memiliki unsur-unsur yang mempunyai sistem. Semua unsur itu saling berhubungan, saling menentukan, adanya hubungan timbal balik, dan terikat. Unsur-unsur itu tidak dapat berdiri sendiri, karena jika tidak ada satu unsur yang mendukung tidak akan tercipta sebuah karya sastra. Dalam pengertian struktur ini terlihat adanya rangkaian kesatuan yang meliputi tiga ide dasar, yaitu ide kesatuan, ide transformasi, dan ide pengaturan diri sendiri (self-regulation).   Analisis struktural sajak adalah analisis sajak ke dalam unsur-unsurnya dan fungsinya dalam struktur sajak dan pengurain bahwa tiap unsure itu mempunyai makna hanya dalam kaitannya dengan unsur-unsur lainnya, bahkan juga berdasarkan tempatnya dalam struktur. Dengan kata lain, sebuah unsur tidak akan memiliki makna jika tidak disertakan dengan unsur yang lain.

Karya sastra merupakan sebuah struktur yang kompleks. Karena itu, untuk memahami karya sastra (sajak) haruslah karya sastra (sajak) dianalisis. Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, karya sastra merupakan perpaduan unsur-unsur yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain, saling berkaitan dan koheren. Untuk memahami sebuah sajak atau puisi, harus diperhatikan hubungan-hubungan antar unsur yang harus berkaitan, karena keterkaitan antar unsur itu sebagai bagian dari keluruhan karya sastra.

Pendekatan struktural bertujuan membongkar dan memaparkan secermat, seteliti, semendetil, dan semendalam mungkin keterkaitan dan keterjalinan semua unsur dan aspek karya sastra yang bersama-sama menghasilkan makna menyeluruh (Teeuw, 1984)

1.        Pendekatan Objektif

Pendekatan objektik adalah pendekatan yang mendasarkan pada suatu karya sastra secara keseluruhan. Pendekatan yang dilihat dari eksistensi sastra itu sendiri berdasarkan konvensi sastra yang berlaku. Konvensi tersebut misalnya, aspek-aspek intrinsik sastra yang meliputi kebulatan makna, diksi, rima, struktur kalimat, tema, plot, setting, karakter, dan sebagainya. Yang jelas penilaian yang diberikan dilihat dari sejauh mana kekuatan atau nilai karya sastra tersebut berdasarkan keharmonisan semua unsur-unsur pembentuknya. Karena patokan pendekatan objektif sudah jelas, maka sering sekali pendekkatan ini di sebut dengan pendekatan struktural.

2.  Pendekatan Ekspresif

Pendekatan ekspresif adalah pendekatan dalam kajian sastra yang menitikberatkan kajianya pada ekspresi perasaan atau tempramen penulis (Abrams, 1981: 189). Informasi tentang penulis memiliki peranan yang sangat penting dalam kajian dan apresiasi sastra. Penilaian terhadap karya seni ditekankan pada keaslian dan kebaruan (Teew, 1984: 163-165).

Pendekatan ini dititik beratkan pada eksistensi pengarang sebagai pencipta karya seni. Sejauh manakah keberhasilan pengarang dalam mengekspresikan ide-idenya. Karena itu, tinjauan ekspresif lebih bersifat spesifik. Dasar telaahnya adalah keberhasilan pengarang mengemukakan ide-idenya yang tinggi, ekspresi emosinya yang meluap, dan bagaimana dia mengkomposisi semuanya menjadi satu karya yang bernilai tinggi.

Komposisi dan ketepatan peramuan unsur-unsur ekspresif di sini akhirnya menjadi satu unsur sentral dalam penilaian. Karya sastra yang didasari oleh kekayaan penjelmaan jiwa yang kompleks tentunya mempunyai tingkat kerumitan komposisi yang lebih tinggi dibanding dengan karya sastra yang kering dengan dasar jelmaan jiwa.

3.  Pendekatan Mimetik

Pendekatan ini bertolak dari pemikiran bahwa karya sastra merupakan refleksi kehidupan nyata. Refleksi ini terwujud berkat tiruan dan gabungan imajinasi pengarang terhadap realitas kehidupan atau realitas alam. Hal tersebut didasarkan pandangan bahwa apa yang diungkapkan pengarang dalam karyanya pastilah merupakan refleksi atau potret kehidupan atau alam yang dilihatnya. Potret tersebut bisa berupa pandangan, ilmu pengetahuan, religius yang terkait langsung dengan realitas. Pengarang, melalui karyanya hanyalah mengolah dari apa yang dirasakan dan dilihatnya. Itulah sebabnya ide yang dituangkan dalam karyanya tidak bisa disebut sebagai ide yang original. Semuanya hanyalah tiruan (mimetik) dari unsur-unsur kehidupan nyata yang ada.

Pendekatan mimetik adalah pendekatan kajian sastra yang menitik beratkan kajianya terhadap hubungan karya sastra dengan kenyataan di luar karya sastra (Abrams, 1981: 189). Sastra sebagai dokumen sosial. Kenyataan manusia dalam kehidupan sehari-hari adalah kenyataan yang telah ditafsirkan sebelumnya dan yang dialaminya secara subjektif sebagai dunia yang bermakna dan kohern. Hubungan antara seni dan kenyataan merupakan interaksi yang kompleks dan tak langsung, yang ditentukan oleh konvensi bahasa, konvensi sosio-budaya, dan konvensi sastra. (Teew, 1984: 224-229)

4.  Pendektan Prangmatik (Reseptif)

Pendekatan pragmatik memberikan perhatian utama terhadap peranan pembaca. Dalam kaitannya dengan salah satu teori modern yang paling pesat perkembangannya, yaitu teori resepsi. Pendekatan pragmatis dipertentangkan dengan pendekatan ekspresif. Subjek pragmatis dan subjek ekspresif, sebagai pembaca dan pengarang berbagi objek yang sama, yaitu karya sastra. Perbedaannya, pengarang merupakan subjek pencipta, tetapi secara terus-menerus fungsi-funsinya dihilangkan, bahkan pada gilirannya pengarang dimatikan. Sebaliknya, pembaca yang sama sekali tidak tahu-menahu tentang proses kreativitas diberikan tugas utama bahkan dianggap sebagai penulis (rewritten).

Pendekatan pragmatik dengan demikian memberikan perhatian pada pergeseran dan fungsi-fungsi baru pembaca tersebut. Secara historis (Abrams, 1976: 16) pendekatan pragmatik telah ada tahun 14 SM, terkandung dalam Ars Poetica (Horatius). Meskipun demikian, secara teoritis dimulai dengan lahirnya strukturalisme dinamik. Stagnasi strukturalisme memerlukan indikator lain sebagai pemicu proses estetis, yaitu pembaca (Mukarovsky).

Pada tahap tertentu pendekatan pragmatis memiliki hubungan yang cukup dengan sosiologi, yaitu dalam pembicaraan masyarakat pembaca. Pendekatan pragmatis memiliki manfaat terhadap fungsi-fungsi karya sastra dalam masyarakat, perkembangan dan penyebarluasan, sehingga manfaat karya sastra dapat dirasakan. Dengan indikator pembaca dan karya sastra, tujuan pendekatan pragmatis memberikan manfaat terhadap pembaca. Pendekatan pragmatis secara keseluruhan berfungsi untuk menopang teori reseptif, teori sastra yang memungkan pemahaman hakikat karya tanpa batas.

Pendekatan pragmatis mempertimbangkan implikasi pembaca melalui berbagai kompetensinya. Dengan mempertimbangkan karya sastra dan pembaca, maka masalah-masalah yang dapat dipecahkan melalui pendekatan pragmatis, diantaranya berbagai tanggapan masyarakat tertentu terhadap sebuah karya sastra, baik dalam kerangka sinkronis maupun diagkronis. Teori-teori postrukturalisme sebagian besar bertumpu pada kompetensi pembaca, sebab semata-mata pembacalah yang berhasil untuk mengevokasi kekayan khazanah kultural bangsa.

BAB III

PEMBAHASAN

SURAT DARI IBU

Karya Asrul Sani

Pergi ke dunia anak-anaku sayang pergi ke hidup bebas! Sesama angin masih angin buritan dan matahari pagi menyinar daun-daunan dalam rimba dan padang hijau. Pergi ke laut lepas, anakku sayang pergi ke alam bebas! Sesama hari belum petang dan warna senja belum kemerah-merahan menutup pintu waktu lampau. Jika bayang telah pudar dan elang laut pulang ke sarang angin bertiup ke benua Tiang-tiang akan kering sendiri dan nakhoda sudah tahu pedoman Boleh engkau datang padaku! Kembali pulang, anakku sayang kembali ke balik malam! Jika kapalmu telah rapat ke tepi Kita akan bercerita

"Tentang cinta dan hidupmu pagi hari"

Pendekatan Struktural

Sebelum melangkah ke berbagai pendekatan dalam pengkajian sebuah puisi kita diharuskan menggunakan pendekatan awal dalam penelitian karya sastra, yaitu pendekatan struktural. Begitu juga dengan puisi Surat dari Ibu karya Asrul Sani ini terlebih dahulu akan dianalaisis dengan menggunakan pendekatan struktural yang terdiri dari empat hakikat puisi, yaitu tema, perasaan, nada dan suasana, serta amanat.

a.    Tema

Tema merupakan gagasan utama atau ide pokok yang terdapat dalam sebuah puisi yang ingin diungkapkan oleh penyair. Tema yang terkandung dalam puisi Surat dari Ibu karya Asrul Sani adalah pendidikan, yaitu nasihat seorang ibu kepada anaknya agar mengembara untuk mencari pengetahuan dan pengalaman sebanyak mungkin agar hidupnya dapat kokoh.

Setelah pemuda memiliki pengetahuan dan pengalaman yang cukup, dinyatakan dengan "Jika bayang telah pudar/dan elang laut pulang ke sarang angin bertiup ke benua tiang-tiang akan kering sendiri dan nakhoda sudah tahu pedoman Boleh engkau datang padaku!" Pada bait terakhir, sang ibu meminta anaknya "pulang kembali ke balik malam untuk "bercerita tentang cinta dan hidupmu pagi hari".

b.    Perasaan

Perasaan merupakan kehendak yang ingin diungkapkan oleh penyair. Perasaan juga mrujuk kepada isi hati sang penyair, bagaimana suasana hatinya saat membuat sebuah puisi. Perasaan yang terkandung dalam puisi Surat dari Ibu karya Asrul Sani adalah ketegasan. Perasaan ketegasan terlihat pada bait ke-2, yaitu masa muda di saat tenaga masih kuat dan banyak kesempatan tersedia untuk mencapai cita-cita.

Pergi ke laut lepas, anakku sayang pergi ke alam bebas! Sesama hari belum petang dan warna senja belum kemerah-merahan

menutup pintu waktu lampau.

c.    Nada dan Suasana

Nada merupakan sikap penyair terhadap para pembaca, sedangkan suasana merupakan keadaan jiwa yang ditimbulkan oleh puisi tersebut kepada para pembaca. Jika membaca puisi Surat dari Ibu karya Asrul Sani akan terlihat bagaimana nada yang akan dipakai saat mengucap larik-lariknya. Penulis merasakan nada sungguh-sungguh dan serius. Selain itu juga ada larik yang jika dibacakan sangat sesuai dengan nada haru, yaitu pada baris ke-20 yang berbunyi “Kita akan bercerita”, yaitu menggambarkan sang ibu dan sang anak saling menceritakan pengalamannya dan melepas kerinduan. Suasana dalam puisi ini juga menggambarkan suasana serius, yaitu pada baris ke-15 dan ke-16, yaitu “dan nahkoda sudah tau pedoman” dan “boleh engkau datang padaku!”. Keseriusan tersebut mengandung arti seorang ibu menyuruh anaknya pergi untuk mencapai segala cita-cita kemudian setelah cita-cita tercapai dan hidupnya telah sukses, maka si Ibu menyuruh anaknya kembali pulang.

d.    Amanat

Amanat merupakan suatu hal yang mendorong penyair untuk menciptakan sebuah puisi. Dengan kata lain, amanat adalah pesan tersirat yang ingin disampaikan oleh penyair melalui puisi buatannya. Amanat yang terkandung dalam puisi Surat dari Ibu karya Asrul Sani adalah ini merupakan harapan ibu untuk anaknya dalam berjuang menyelami hidup dari tidak mempunyai apa-apa (ilmu, harta benda dll) sampai berhasil menjadi orang ( pintar, cerdas, sukses, kaya dll) sesuai dengan cita-cita seorang anak, anak tersebut tidak melupakan keluarga dan ibunya, yang akhirnya akan kembali lagi bercengkrama dengan ibunya.

Melalui puisinya, pengarang juga mau menyampaikan pesan/amanat bahwa:

·   Kesuksesan seorang anak hendaknya tidak menjadikannya lupa kepada kedua orang tuanya, terutama ibu yang telah mengandung dan melahirkannya.

·       Seorang ibu tidak pernah menginginkan kesuksesan ataupun buah kesuksesan anaknya (berupa harta/uang). Seorang ibu akan cukup berbahagia jika anaknya masih mau meluangkan waktu berkumpul dengannya untuk sekedar bercerita tentang pengalaman hidupnya dan kesuksesannya. Maka, seorang anak hendaknya selalu menjaga hubungan baik dengan selalu memperhatikan orang tuanya.

BAB IV

PENUTUP

A.           SIMPULAN

Analisis struktural sajak adalah analisis sajak ke dalam unsur-unsurnya dan fungsinya dalam struktur sajak dan pengurain bahwa tiap unsur itu mempunyai makna hanya dalam kaitannya dengan unsur-unsur lainnya, bahkan juga berdasarkan tempatnya dalam struktur. Dengan kata lain, sebuah unsur tidak akan memiliki makna jika tidak disertakan dengan unsur yang lain. Puisi Surat dari Ibu karya Asrul Sani jika ditinjau dengan analisis struktural bertemakan pendidikan, yaitu nasihat seorang ibu kepada anaknya agar mengembara untuk mencari pengetahuan dan pengalaman sebanyak mungkin agar hidupnya dapat kokoh. Perasaan dalam puisi ini ketegasan, yaitu masa muda di saat tenaga masih kuat dan banyak kesempatan tersedia untuk mencapai cita-cita. Nada dan suasana dalam puisi ini adalah nada serius dan sungguh-sungguh. Amanat yang terkandung dalam puisi Surat dari Ibu karya Asrul Sani adalah ini merupakan harapan ibu untuk anaknya dalam berjuang menyelami hidup dari tidak mempunyai apa-apa (ilmu, harta benda dll) sampai berhasil menjadi orang ( pintar, cerdas, sukses, kaya dll) sesuai dengan cita-cita seorang anak, anak tersebut tidak melupakan keluarga dan ibunya, yang akhirnya akan kembali lagi bercengkrama dengan ibunya. Melalui puisinya, pengarang juga mau menyampaikan pesan/amanat bahwa:

·   Kesuksesan seorang anak hendaknya tidak menjadikannya lupa kepada kedua orang tuanya, terutama ibu yang telah mengandung dan melahirkannya.

·       Seorang ibu tidak pernah menginginkan kesuksesan ataupun buah kesuksesan anaknya (berupa harta/uang). Seorang ibu akan cukup berbahagia jika anaknya masih mau meluangkan waktu berkumpul dengannya untuk sekedar bercerita tentang pengalaman hidupnya dan kesuksesannya. Maka, seorang anak hendaknya selalu menjaga hubungan baik dengan selalu memperhatikan orang tuanya.

Analisis struktural cocok digunakan untuk mengkaji semua puisi, bahkan semua pendekatan yang akan dilakukan terhadap karya sastra harus menggunakan analisis struktural.

B.            SARAN

Saran dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1.        Untuk guru bahasa Indonesia hendaknya menggunakan analisi struktural untuk mengkaji semua puisi bahkan semua pendekatan yang kan dilakukan terhadap karya sastra harus menggunakan analisis struktural.

2.        Untuk siswa dan pembaca, hendaknya mengikuti apa yang diamanatkan oleh puisi ini, yaitu bahwa kesuksesan seorang anak hendaknya tidak menjadikannya lupa kepada kedua orang tuanya, terutama ibu yang telah mengandung dan melahirkannya.

DAFTAR PUSTAKA

E. Kosasih. 2003. Ketatabahasaan dan Kesusastraan. Bandung: CV Yrama Widya

Herman J. Waluyo. 2003. Teori dan Apresiasi Puisi. Jakarta: Erlangga

Puspa Mestika. 2011. Analisis Kebahasaan dan Makna. http://puspamestikabahasa.blogspot.com (Diunduh 14 November 2012)

Rachmat Djoko Pradopo. 1993. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press

S. Suharianto. 2005. Dasar-dasar Teori Sastra. Surabay : SIC

Teeuw. 1984. Sastra dan Ilmu Sastra Pengantar Teori Sastra. Bandung: Pustaka Jaya.