Berapa Banyak konsumsi beras per orang?

Warga membeli beras di agen beras Pasar Rumput, Jakarta Selatan, Senin (23/2).

Foto: Republika/Yasin Habibi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah telah mengukur konsumsi beras harian Indonesia untuk mengetahui takaran rata-rata konsumsi per kapita terhadap komoditas itu.

"Ini kami lakukan untuk mengukur tingkat konsumsi beras harian rata-rata Indonesia," kata Wakil Presiden Indonesia Jusuf Kalla, Jumat (20/3).

Menurut Kalla, pengukuran tersebut dilakukan guna menyesuaikan data jumlah takaran konsumsi beras perkapita yang digunakan di beberapa kementerian dan institusi seperti Kementerian Pertanian, Kementerian Perdagangan, dan Badan Pusat Statistik.

Dalam pengukuran tersebut Wapres menggunakan empat takaran beras dengan jumlah berbeda yang dimasak di penanak nasi elektronik dengan takaran air masing-masing setengah buku jari telunjuk diatas permukaan beras.

Jumlah takaran tersebut antara lain yang pertama dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) rumah tangga ukuran 87,63kg/tahun atau 240gr/hari, kedua dari BPS/Kemendag rumah tangga+rumah makan 114kg/tahun atau 312gr/hari.

Lalu yang ketiga yaitu takaran data neraca beras Kementan 124kg/tahun atau 340gr/hari dan yang keempat dari Badan Pusat Statistik 139kg/hari atau 380gr/hari.

"Setelah kami diskusikan kami lihat sendiri ternyata yang mendekati itu memang hanya data BPS (konsumsi beras) rumah tangga serta jumlah untuk kebutuhan kue, hotel, catering sehingga mencapai kira-kira 114kg per tahun," ujar Kalla.

Menurut Wapres, sebelumnya data jumlah konsumsi beras selalu menggunakan takaran yang lebih besar sehingga pada tahun ini pemerintah akan menggunakan data kebutuhan konsumsi beras sebesar 114kg per tahun.

Dengan menggunakan angka tersebut, maka konsumsi beras tingkat nasional menurut Kalla mencapai sekitar 27 juta ton.

"Jadi bukan salah data. Kami memutuskan bahwa data BPS tentang konsumsi yang diatur oleh Susenas itu benar karena itu yang harus dikoreksi ialah mungkin kaji ulang data produksinya nanti," kata Kalla.

Dengan mengetahui jumlah konsumsi beras masyarakat Indonesia, maka pemerintah dapat menyesuaikan jumlah produksi untuk mencapai swasembada beras.

Menurut Menko Perekonomian Sofyan Djalil, setelah pemerintah memvalidasi data konsumsi beras maka mendapatkan kesimpulan bahwa data konsumsi beras tidak sebesar yang digunakan selama ini.

"Oleh sebab itu, data konsumsi beras mungkin sekitar 114kg per tahun dan itu data yang sudah dilakukan studi oleh BPS. Sudah 3 tahun mereka melakukan studi dan konsisten sehingga menemukan konsumsi beras per kapita sekitar 114kg," kata Sofyan.

sumber : Antara

Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Pertanian (Kementan) menargetkan tingkat konsumsi beras secara nasional turun sebesar 7 persen menjadi 85/kg/kapita per tahun hingga 2024.

Sekretaris Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementerian Pertanian Riwantoro mengatakan penurunan konsumsi beras sebesar itu setara 1,77 juta ton atau senilai Rp17,78 triliun.

"Namun dengan catatan, penurunan konsumsi beras bisa dicapai asalkan ada intervensi dari pemerintah. Tanpa intervensi, penurunan konsumsi beras hanya mampu mencapai posisi 91,2 per kg per kapita per tahun," katanya, dikutip dari Antara, Rabu (9/9/2020).

Khusus tahun 2020, lanjutnya, rata-rata konsumsi beras ditargetkan turun ke posisi 92,9 per kg per kapita per tahun dari posisi tahun lalu sebesar 94,9 per kg per kapita per tahun.

"Kami targetkan ada satu penurunan pangan beras kita dan itu harus diikuti dengan kenaikan konsumsi pangan lokalnya. Peluang diversifikasi besar karena masyarakat ingin hidup sehat dan terdapat peluang bisnis UMKM," ujarnya.

Terkait program diversifikasi atau penganekaragaman pangan, Riwanto menyatakan BKP memiliki strategi jangka menengah dan jangka panjang untuk mewujudkannya.

Riwantoro menyebutkan diversifikasi pangan bertujuan mengantisipasi krisis, penyediaan pangan alternatif, menggerakan ekonomi dan mewujudkan sumber daya manusia yang sehat dengan sasaran menurunkan ketergantungan konsumsi beras.

Saat ini, setiap provinsi difokuskan memproduksi panganan lokal selain beras. Setidaknya ada enam komoditas pangan yang digenjot produksinya antara lain ubi kayu, jagung, sagu, pisang, kentang dan sorgum.

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi IPB University Dr. Sahara menuturkan pandemi Covid-19 menjadi momentum tepat untuk mempercepat diversifikasi pangan.

"Karena itu, pola pangan harus diubah bahwa beras bukan satu-satunya sumber karbohidrat. Selama ini, pemerintah masih terlalu fokus pada pengembangan pangan jenis beras. Padahal, Indonesia memiliki ragam jenis pangan yang sangat berlimpah," katanya.

Menurutnya, Indonesia memiliki 77 jenis pangan sumber karbohidrat, 75 jenis pangan sumber protein, 110 jenis rempah dan bumbu, 389 jenis buah-buahan, 228 jenis sayuran, 26 jenis kacang-kacangan, dan 40 jenis bahan minuman.

Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementan Kuntoro Boga Andri mengatakan ada potensi pangan lokal yang luar biasa dalam mendukung program diversifikasi pangan.

"Kita memiliki pangan lokal di luar beras. Program diversifikasi membantu masyarakat Indonesia swasembada pangan," katanya.

Dia mengemukakan pentingnya upaya untuk mendorong pasar guna memperkenalkan produk pangan lokal sehingga menarik semua orang untuk mengkonsumsinya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Simak Video Pilihan di Bawah Ini :


Sumber : Antara

Editor : Amanda Kusumawardhani

Konten Premium Nikmati Konten Premium Untuk Informasi Yang Lebih Dalam

Berapa kebutuhan beras per orang per hari?

Maka, untuk satu kali makan, tiap orang butuh 100 gram beras. Jika dalam satu hari ia makan tiga kali, maka dalam sehari orang butuh 300 gram beras. Dalam setahun, ini sama dengan 109,5 kilogram.

Berapa konsumsi beras di Indonesia?

"Konsumsi beras pada rumah tangga di tahun 2019 adalah 20.685.619 ton, sekitar 77,5 kg per kapita per tahun.