Lihat Foto KOMPAS.com - Di Indonesia terdapat bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertamax, Premiun, dan Pertalite. Ketiga jenis BBM tersebut dikeluarkan oleh PT Pertaminan (persero). BBM jenis tersebut banyak diminati oleh masyarakat di seluruh Indonesia untuk berbagai kebutuhan. PT Pertamina memasarkan BBM retail untuk sektor transportasi, rumah tangga, dan nelayan melalui Stasiun Pengisian BBM Untuk Umum) di seluruh Indonesia. Berikut perbedaan antara Pertamax, Premium, dan Pertalite. Pertamax Pertamax adalah salah satu jenis BBM andalan PT Pertamina. Dilansir dari situs resmi Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Pertamax merupakan jenis BBM dengan angka oktan minimal 92 berstandar Internasional. Baca juga: Pertamax Turbo Lagi Turun Harga, Pakai BBM Oktan Tinggi Apa Dampaknya? Pertamax sangat direkomendasikan untuk digunakan pada kendaraan yang memiliki kompresi rasio 10:1 hingga 11:1. Bisa juga kendaraan berbahan bakar bensin yang menggunakan teknologi setara dengan Electronik Fuel Injection (EFI). Dengan ecosave technology, Pertamax mampu membersihkan bagian dalam mesin (detergency). Partamax juga dilengkapi dengan pelindung anti-karat pada dinding tangki kendaraan. Bilangan oktan adalah angka yang menunjukkan seberapa besar tekanan yang bisa diberikan sebelum bensin terbakar secara spontan. Di dalam mesin, campuran udara dan bensin (dalam bentuk gas) ditekan oleh piston sampai dengan volume yang sangat kecil dan kemudian dibakar oleh percikan api yang dihasilkan busi. Karena besarnya tekanan ini, campuran udara dan bensin juga bisa terbakar secara spontan sebelum percikan api dari busi keluar. Jika campuran gas ini terbakar karena tekanan yang tinggi (dan bukan karena percikan api dari busi), maka akan terjadi knocking atau ketukan di dalam mesin. Knocking ini akan menyebabkan mesin cepat rusak, sehingga sebisa mungkin harus dihindari.[1] Nama oktan berasal dari oktana (C8), karena dari seluruh molekul penyusun bensin, oktana yang memiliki sifat kompresi paling bagus. Oktana dapat dikompres sampai volume kecil tanpa mengalami pembakaran spontan, tidak seperti yang terjadi pada heptana, misalnya, yang dapat terbakar spontan meskipun baru ditekan sedikit. Bilangan oktan bisa ditingkatkan dengan menambahkan zat aditif bensin. Penambahan tetraetil timbal (tetraethyl lead atau TEL, Pb(C2H5)4) pada bensin akan meningkatkan bilangan oktan bensin tersebut, sehingga bensin "murah" dapat digunakan dan aman untuk mesin dengan menambahkan timbal ini. Untuk mengubah Pb dari bentuk padat menjadi gas pada bensin yang mengandung TEL dibutuhkan etilena bromida (C2H5Br). Celakanya, lapisan tipis timbal terbentuk pada atmosfer dan membahayakan makhluk hidup, termasuk manusia. Di negara-negara maju, timbal sudah dilarang untuk dipakai sebagai bahan campuran bensin.[2] Zat tambahan lainnya yang sering dicampurkan ke dalam bensin adalah MTBE (methyl tertiary butyl ether, C5H11O), yang berasal dan dibuat dari etanol. MTBE murni berbilangan oktan setara 118. Selain dapat meningkatkan bilangan oktan, MTBE juga dapat menambahkan oksigen pada campuran gas di dalam mesin, sehingga akan mengurangi pembakaran tidak sempurna bensin yang menghasilkan gas CO. Belakangan diketahui bahwa MTBE ini juga berbahaya bagi lingkungan karena mempunyai sifat karsinogenik dan mudah bercampur dengan air, sehingga jika terjadi kebocoran pada tempat-tempat penampungan bensin (misalnya di pompa bensin) MTBE masuk ke air tanah bisa mencemari sumur dan sumber-sumber air minum lainnya. Etanol yang berbilangan oktan 123 juga digunakan sebagai campuran. Etanol lebih unggul dari TEL dan MTBE karena tidak mencemari udara dengan timbal. Selain itu, etanol mudah diperoleh dari fermentasi tumbuh-tumbuhan sehingga bahan baku untuk pembuatannya cukup melimpah. Etanol semakin sering dipergunakan sebagai komponen bahan bakar setelah harga minyak bumi semakin meningkat. Nilai oktan sebuah bahan bakar yang paling umum di seluruh dunia adalah nilai Research Octane Number (RON). RON ditentukan dengan mengisi bahan bakar ke dalam mesin uji dengan rasio kompresi variabel dengan kondisi yang teratur. Nilai RON diambil dengan membandingkan campuran antara iso-oktana dan n-heptana. Misalnya, sebuah bahan bakar dengan RON 88 berarti 88% kandungan bahan bakar itu adalah iso-oktana dan 12%-nya n-heptana. Motor Octane Number (MON)Jenis bilangan oktan lainnya, disebut Motor Octane Number (MON), ditentukan pada kecepatan mesin 900 rpm dan bukan 600 rpm seperti pada RON.[1] pengujian MON menggunakan mesin tes serupa dengan yang digunakan dalam pengujian RON, tetapi dengan campuran dipanaskan bahan bakar, kecepatan mesin yang lebih tinggi, dan variabel waktu pengapian untuk lebih menekankan mengetuk ketahanan bahan bakar. Tergantung pada komposisi bahan bakar, MON dari pompa bensin yang modern akan menjadi sekitar 8 sampai 12 oktan lebih rendah dari RON, tetapi tidak ada hubungan langsung antara RON dan MON. spesifikasi pompa bensin biasanya membutuhkan baik minimal RON dan MON minimum. Anti-Knock Index (AKI) atau (R+M)/2Di banyak negara, termasuk Australia, Selandia Baru, dan beberapa negara di Eropa, nilai oktan yang ditampilkan pada pompa adalah RON, namun di Kanada, Amerika Serikat, Brasil, dan beberapa negara lain, jumlah nilai utama yang ditampilkan adalah rata-rata dari RON dan MON, disebut Anti-Knock Index (AKI), dan terkadang dituliskan di pompa sebagai (R+M)/2. Terkadang nilai ini juga disebut sebagai Posted Octane Number (PON). Nilai RON/MON dari n-heptana dan iso-oktana adalah bulat 0 and 100, berturut-turut, berdasarkan definisi bilangan oktan. Tabel berikut tercantum peringkat oktan untuk berbagai bahan bakar lainnya.[3]
Page 22-Metilheptana adalah alkana bercabang yang merupakan isomer dari oktana. Mempunyai rumus kimia (CH3)2CH(CH2)4CH3.
2-Metilheptana[1] Nomor CAS
Model 3D (JSmol)
PubChem CID
CompTox Dashboard (EPA)
InChI
SMILES
Rumus kimia C8H18Massa molar 114,23 g·mol−1 Penampilan Tidak berwarna, cairan transparan Bau Tidak berbau Densitas 698 mg mL−1Tekanan uap 5.3 kPa (at 37.7 °C) kH 2.7 nmol Pa−1 kg−1Indeks bias (nD) 1.395–1.396 Termokimia Kapasitas kalor (C) 252.00 J K−1 mol−1Entropi molar standar (So) 356.39 J K−1 mol−1Entalpi pembentukan standar (ΔfHo) −256.5–−253.9 kJ mol−1Entalpipembakaran standar ΔcHo298 −5466.7–−5464.3 kJ mol−1Bahaya Piktogram GHS Keterangan bahaya GHS {{{value}}} Pernyataan bahaya GHS H225, H304, H315, H336, H410Langkah perlindungan GHS P210, P261, P273, P301+310, P331 Titik nyala 4.4 °C Ambang ledakan 0.98–?% Senyawa terkaitKecuali dinyatakan lain, data di atas berlaku pada temperatur dan tekanan standar (25 °C [77 °F], 100 kPa). Y verifikasi (apa ini YN ?) Referensi
|