Bangunan apa yang bisa kalian lihat di nista mandala

Jakarta, Jakarta Timur, Pura, Rawamangun

Pura Aditya Jaya [ Aditya Jaya Pura ] ada di daerah Rawamangun, Jakarta Timur, yang saya kunjungi sebagai pemenuhan rasa penasaran. Rasa ingin tahu kadang membunuh, namun juga sering membawa pencerahan. Rasa ingin tahu yang mengganggu pikir setiap kali melewati ByPass, saat melihat bangunan dengan dinding bergaya Bali di pojok jalan.

Lebih dua puluh tahun kemudian akhirnya saya mengunjungi tempat yang ternyata adalah Pura Aditya Jaya Rawamangun itu. Pura ini dibangun dalam tujuh tahapan, dimana pembangunan tahap pertama dimulai pada tahun 1972, dan tahap terakhir dilakukan lima tahun kemudian pada 1997.

Akses sehari-hari ke pura memang bukan dari bypass namun melalui sebuah gang di Jl. Daksinapati Raya, Rawamangun muka (Golf). Ketika memasuki wilayah pura dari arah timur, ada sejumlah gazebo beratap rumbia yang keempat tiangnya dibebat kain poleng, kain berpola papan catur. Di wilayah luar pura yang disebut Nista Mandala atau Jaba Sisi terdapat Rumah Tunggu, sebuah toko buku kecil yang menjual buku ajaran agama Hindu, kantin, Bale Gede serta dapur.

Pintu gapura berbentuk candi bentar untuk memasuki ke bagian tengah Pura Aditya Jaya dari arah depan, yang terhubung dengan ByPass atau Jl Jenderal Ahmad Yani, dilihat dari tempat parkir yang areanya mampu menampung cukup banyak kendaraan roda empat. Namun pintu ini tampaknya hanya dibuka pada acara tertentu.

Tanah yang digunakan untuk kompleks pura ini boleh dibilang sangat luas, diisi dengan sejumlah bangunan dan ornamen bergaya khas Jawa Bali. Sebagian wilayah tempat ibadah ini cukup terlindung dari panasnya hawa kota Jakarta dengan adanya pepohonan besar yang tinggi dan rindang di sekeliling area. Sebuah gerbang paduraksa menghubungkan wilayah tengah dengan wilayah utama Pura Aditya Jaya Rawamangun Jakarta. Gapura ini memiliki satu pintu utama di tengah yang dinamai Kori Agung dan dua pintu tambahan, masing-masing di sebelah kiri dan kanannya. Disebut gapura paduraksa jika bagian atasnya bertaut, sedangkan jika terpisah disebut gapura candi bentar. Wilayah tengah pura yang disebut Madya Mandala atau Jaba Tengah berisi bangunan bernama Bale Wantilan, yang dipergunakan untuk mempersiapkan upakara atau perlengkapan yang diperlukan dalam upacara ritual atau Pujawali. Bale Wantilan juga dipergunakan sebagai panggung tempat dipentaskannya tarian-tarian sakral. Jika di area luar Pura Aditya Jaya ada sebuah pohon beringin besar rindang yang mampu memberi perlindungan yang nyaman bagi para pengunjung yang baru datang, maka di jaba tengah ini tak ada pohon besar. Sebagai gantinya adalah bale yang bisa menjadi tempat berteduh dari terik matahari dan basah hujan. Di Pura Aditya Jaya Rawamangun Jakarta terdapat sebuah candi cukup besar di dalam wilayah utama pura atau Utama Mandala. Tempat ini merupakan tempat paling sakral di sebuah pura, dan tak semua pura membolehkan pengunjung yang tak hendak beribadah untuk masuk ke area ini. Pada siang yang cukup panas itu terlihat seorang ibu muda dan anaknya terlihat tengah khusuk berdoa di area terbuka di dalam wilayah Utama Mandala. Suasana yang cukup hening karena lokasinya yang agak terpisah jauh dari jalan raya membuat ibadah di tempat ini bisa dilakukan dengan tenang. Salah satu arca yang menarik perhatian di dalam Pura Aditya Jaya Rawamangun adalah arca Dewi Saraswati, istri Dewa Brahma. Arca dewi ilmu pengetahuan dan seni ini letaknya berada jauh di dalam wilayah utama mandala, persis di belakang candi lebih kecil yang terletak di sayap sebelah kanan pura.

Patung dewi yang cantik jelita ini pernah saya lihat di Puri Taman Saraswati, dan seketika membuat saya jatuh hati. Sungguh hebat pematung yang membuatnya tampak begitu hidup. Patu Dewi Saraswati juga saya temui ketika berkunjung ke Pura Penataran Agung Kilisuci, meski masih kalah cantik dibanding yang ada di Karanganyar.

Di dekat tempat itu ada sebuah kolam yang di pinggirannya ada seekor kura-kura hidup yang berukuran cukup besar. Kura-kura adalah jenis binatang yang hampir selalu ada di setiap pura, meskipun hanya dalam bentuk relief atau arca. Matanya yang berwarna kehijauan tampak ada garis hitam yang membelah di tengah bintik matanya, dan ada garis indah pada lehernya.

Bangunan apa yang bisa kalian lihat di nista mandala

Tentu saja sangat menggembirakan bahwa masyarakat yang beragama Hindu memiliki Pura besar di Jakarta ini, tidak saja bisa mereka pergunakan untuk melakukan ritual keagamaan, namun baik juga untuk masyarakat umum yang ingin keheningan dan kedamaian hati di dalam sebuah candi di tengah hingar bingarnya lalu lintas dan kehidupan yang keras di kota metropolitan ini.

Alamat Pura Adhitya Jaya berada di Jl. Daksinapati Raya No. 10, Rawamangun, Jakarta Timur. Telp. 021-4705758, 4752750. Lokasi GPS : -6.19547, 106.87492, Waze. Jam buka : sepanjang waktu. Harga tiket masuk : gratis. Nomor Telepon Penting, Hotel di Jakarta Timur, Hotel Melati di Jakarta Timur, Peta Wisata Jakarta Timur, Peta Wisata Jakarta, Rute Lengkap Jalur Busway TransJakarta, Tempat Wisata di Jakarta, Tempat Wisata di Jakarta Timur.

Penulis: Bambang Aroengbinang, seorang pejalan musiman dan penyuka sejarah yang lahir di Desa Mersi - Purwokerto, dan sekarang tinggal di Jakarta. Diperbarui: Maret 12, 2021.

Tulis Komentar

Ketik dulu, lalu klik "Masuk ..." atau "Posting".


Page 2

Bandung Barat, Jawa Barat, Kuliner

Kampung Daun Parongpong

Kampung Daun Parongpong Bandung atau Kampung Daun Culture Gallery & Café adalah sebuah restoran dengan nuansa tradisional Jawa Barat di lingkungan indah nyaman. Lokasinya berada sekitar 900 m di sebelah atas Kampung Gajah, tepatnya di Jl Sersan Bajuri Km 4,7 No 88, Desa Cihideung, Parongpong, Bandung. Dalam perjalan menuju Kampung Daun Parongpong Bandung, di kiri dan kanan jalan ada banyak sekali penjual tanaman bunga segar yang sangat sedap dipandang mata. Daerah Desa Cihidueng memang telah berkembang menjadi Kawasan Wisata Bunga, yang mengingatkan kembali akan julukan Kota Bunga yang nyaris sirna. Sekitar 80% warga desa Cihideung kabarnya memang menjadi petani bunga. Di salah satu petak jalan itu ada warung tradisional yang sederhana namun cukup nyaman, dengan lauk pauk memilih sendiri sesukanya, dengan harga yang lumayan murah. Di Bandung selalu ada pilihan untuk makan, dari yang paling sederhana dan murah hingga yang paling bergengsi dan mahal. Selain urusan kantong, suasana hati dan kenangan kadang ikut menentukan. Tengara nama Kampung Daun Parongpong Bandung ditata dengan apik sebagai latar panggung. Bunga berwarna merah menjadi tampak serasi dengan latar nama cafe yang berwarna hijau tua. Sebuah bedug tampak diletakkan di sebelah kanan. Tempat ini tampaknya menjadi area penampilan kesenian tradisional Sunda, karena ada nama culture pada nama tempat ini. Pintu masuknya ke area ini berada sekitar 750 m dari Jl Sersan Bajuri, di dalam kawasan perumahan Triniti Villas, dengan area parkir yang cukup luas. Nuansa tradisional mulai terlihat di gerbang masuk Kampung Daun, dengan dua miniatur puncak Gedung Sate, dan ucapan selamat datang dalam bahasa Sunda. Melangkah masuk ke dalam gerbang, akan terlihat sebuah kereta dan deretan gubug tradisional, yang tampaknya dipergunakan sebagai tempat menunggu bagi para tamu. Suatu ketika nanti kereta semacam ini mungkin akan ditarik oleh sebuah motor, bukan lagi oleh seekor kuda. Tak jauh dari sana ada sebuah saung yang disediakan bagi tamu untuk melakukan pemesanan tempat di Kampung Daun Parongpong Bandung, dengan papan pengumuman yang kosong. Hari masih sangat pagi, dan belum lagi menerima tamu. Ketika kami pulang, papan ini sudah ditempel dengan sebuah lembar promosi. Sambil menunggu mendapatkan meja, pengunjung bisa membayar artis untuk dilukis, dengan sketsa, gaya realis atau karikatur, hitam putih atau berwarna. Untuk membuat sketsa wajah memerlukan waktu sekitar 5-10 menit, sedangkan untuk lukisan realis berwarna bisa membutuhkan waktu 1-1,5 jam. Ini bisa menjadi semacam hiburan tersendiri bagi yang ingin merasakan bagaimana rasanya menjadi model sebuah lukisan, apalagi jika harus diam selama 1 jam untuk dilukis. Bukan hal yang mudah, namun tentu ada sensasi tersendiri. Melihat sketsa atau lukisan wajah sendiri tentu juga berbeda dengan melihat hasil foto dengan kamera digital, meski ada banyak perangkat lunak yang sekarang bisa mengimitasi lukisan dari foto digital. Suasana di ruang terbuka di bagian tengah Kampung Daun Parongpong Bandung memiliki nuansa tradisional yang sangat kental, dengan gubug-gubug terbuat dari bambu beratap rumbia dimana ada pedagang gulali, dodol, dan kue-kue tradisional lainnya. Di sekitar tempat ini ada koleksi sejumlah setrikaan tua yang dipajang di beranda, dan juga di sepanjang jendela kaca luar gedung gallery Kampung Daun. Sayang saat itu pintu galerinya masih dipalang dan digembok, sehingga kami tidak bisa masuk ke dalam untuk melihat apa saja koleksi yang dipajang di sana. Di ujung kawasan Kampung Daun Parongpong Bandung terdapat air terjun kecil namun elok, dengan sebuah jembatan di atasnya yang menuju ke rumah makan. Sepertinya area ini merupakan tempat yang romantis untuk bersantap malam, di tengah hawa sejuk pegunungan, dan bunyi gemercik air yang jatuh ke batu padas. Sebelumnya saat masuk lebih ke dalam lagi, terdapat saung-saung di sebelah kiri dan kanan yang dikelilingi rimbun tanaman dan pepohonan, serta tebing tinggi. Kampung Daun memang berada di sebuah lembah yang diapit dua tebing batu alam. Di dalamnya juga mengalir sebuah sungai yang berasal dari gunung Burangrang.

Kampung Daun menyediakan menu makanan lokal khas Sunda dan Indonesia, seperti Nasi Timbel, Nasi Liwet Parahyangan, Nasi Bakar Sambal Belut, dll, serta makanan Eropa seperti steak, pasta, pizza, dll. Ada pula makanan ringan, seperti Batagor, Serabi, gorengan, colenak, serta berbagai pilihan minuman. Sayang kami belum sempat mencicipi makanannya.

Alamat Kampung Daun berada di Kampung Daun Culture Gallery & Cafe, Jl Sersan Bajuri Km 4,7, Cihideung, Parongpong, Bandung. Telp: 022-278-7915, 278-4572. Lokasi GPS : -6.8172143, 107.5893098, Waze ( smartphone Android dan iOS ). Jam buka : Senin - Jum'at, Sabtu : 11:00 - 23:00; Minggu & Hari Besar : 11:00 - 24:00. Rute Bandros, Hotel di Lembang, Tempat Wisata di Bandung, Peta Wisata Bandung, Hotel Murah di Bandung, Hotel di Bandung

Penulis: Bambang Aroengbinang, seorang pejalan musiman dan penyuka sejarah yang lahir di Desa Mersi - Purwokerto, dan sekarang tinggal di Jakarta. Diperbarui: Maret 11, 2021.

Tulis Komentar

Ketik dulu, lalu klik "Masuk ..." atau "Posting".

Pemukulan kulkul di Nista Mandala dilakukan pada saat tertentu saja yaitu dalam kegiatan apa?

Jawaban: dalam upacara pemanggilan para Dewa, dimulai dengan membunyikannya. Kulkul juga hampir selalu hadir dalam setiap kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat Bali.

Apa itu Nista Mandala?

Wayan mengatakan secara konsepl etika, Nista Mandala adalah areal pura yang paling di bawah atau paling di luar, di sini merupakan tempat melakukan persiapan-persiapan Yajña.

Apa yang dimaksud dengan utama Mandala?

Utama Mandala: yaitu tempat yang paling utama untuk melakukan pe-mujaan terhadap Ista Dewata/ma-nifestasi Sang Hyang Widhi Wasa/ Tuhan Yang Maha Esa).