Bahasa Ngapak kamu

Bahasa Ngapak kamu

Dalam bahasa Jawa Ngapak, ada beberapa kosakata yang asing bahkan tidak diketahui oleh orang jawa pada umumnya.

Baik itu karena kosakata tersebut memang tidak ada, atau memiliki makna berbeda pada bahasa Jawa umum.

Sebagai contoh kata Nyong/Inyong memiliki arti saya/aku merupakan kata ganti orang pertama tunggal.

Dulu pada awal mula bahasa jawa ngapak mulai dikenal luas banyak orang jawa yang tak mengerti kata tersebut. Namun kini sebagian besar sudah mengetahui artinya, walaupun mungkin dianggap lucu.

Dengan membaca postingan ini akan menambah pengetahuan anda tentang bahasa jawa ngapak.

1. Angger (nek/yen: dalam bahasa jawa umum)

Angger memiliki arti jika, kalau, dan apabila dalam bahasa Indonesia.

Digunakan pada kalimat persyaratan.

Contoh:

1. Kamu bisa lulus jika rajin belajar.

a. Versi Ngapak: Koe bisa lulus angger sregep sinau.

b. Versi Jawa umum: Koe iso lulus yen sregep sinau.

2. Anjog & Butul/Gutul (Tekan: dalam bahasa jawa umum)

Anjog memiliki arti sampai dalam bahasa Indonesia. Anjog lebih umum digunakan oleh masyarakat Tegal, Brebes, Cirebon dan sekitarnya.

Sementara Butul/Gutul lebih umum digunakan masyarakat Banjarnegara, Banyumas, Purbalingga dan sekitarnya.

3. Aseng (Ngejak: dalam bahasa jawa umum)

Bukan Aceng yaaa!!!!

Mentang-mentang udah tahu bojo ku jadi TKW ingetnya Aceng. Hahahaha

Aseng memiliki arti mengajak. Orang jawa ngapak pada umumnya tahu kata ngejak, namun dalam percakapan sehari-hari kata aseng lebih sering digunakan, khususnya masyarakat BARLINGMASCAKEB (Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas, Cilacap, dan Kebumen.)

4. Arip (Ngantuk)

Meskipun ngantuk lebih mudah dipahami bagi banyak orang, tetapi masyarakat ngapak lebih suka menggunakan kata arip sebagai gantinya.

Orang jawa pada umumnya juga jarang yang mengerti kata arip. Dari pengalaman saya bergaul dengan beberapa orang dari jawa selain ngapak, umumnya mereka tidak paham makna dari arip.

5. Egin/agun (ijek,ijeh iseh: dalam bahasa jawa umum)

Egin/agun memiliki arti masih dalam bahasa Indonesia. Kata tersebut paling umum digunakan oleh masyarakat Banjarnegara. Sementara di Purwokerto biasanya menggunakan kata nesih.

Pada masyarakat jawa wetanan khususnya Semarang biasanya menggunakan kata ijek/ijeh.

Sepertinya itu bukanlah bahasa baku sebab dari yang saya tahu, di masing-masing daerah memiliki pengucapan berbeda.

6. Gigal (tibo/rigol)

Gigal makna lain dari kata tiba atau tibo dalam bahasa jawa wetanan. Tak hanya beda pengucapan dari kata tibo menjadi tiba, bahasa jawa ngapak juga sering menggunakan kata gigal yang berarti jatuh dalam bahasa Indonesia.

Meskipun gigal bisa bermakna tiba (jatuh) tetapi tidak selalu bisa menggantikan kata tiba (jatuh).

Namun sebaliknya setiap kalimat yang menggunakan kata gigal pasti bisa digantikan dengan kata tiba.

Gigal hanya bisa digunakan untuk menyatakan sesuatu yang jatuh dari atas kebawah.

Contoh:

Aku jatuh dari pohon mangga.

Inyong gigal saka wit pelem.

Bisa menjadi seperti ini:

Inyong tiba saka wit pelem.

Contoh sebaliknya:

Aku jatuh (terpeleset) di kamar mandi

Inyong tiba neng jedhing

Kata tiba di sini tidak bisa digantikan dengan kata gigal.

Misal Inyong gigal neng jedhing ini salah.

7. Gujih (Cerewet)

Gujih berart banyak bicara atau cerewet. Di Semarang di sebut juga crigis/criwis.

Yang jelas bukan gojek. Hahaha

8. Gili (dalan)

Gili bermakna jalan, namun lebih merujuk pada jalan raya. Karena itu jalan setapak tidak bisa disebut Gili.

Semacam ada aturan tak tertulis sebuah jalan baru bisa disebut Gili apabila sudah bisa lalui mobil.

9. Kandi (bagor)

Kandi dalam bahasa Indonesia memiliki arti karung atau bagor dalam bahasa jawa wetanan.

10. Kampil (Bantal)

Tak perlu dijelaskan. sudah pada tahu pastinya. Hehehe

11. Langka (jarang)

Dalam bahasa Indonesia kata langka merujuk pada sesuatu yang jumlahnya sedikit atau terbatas. Dengan kata lain ada tapi jumlahnya sedikit.

Tetapi dalam bahasa jawa ngapak, langka berarti tidak ada sama sekali. Mungkin mirip kata uewueh dalam bahasa sunda yang berarti tidak ada sama sekali.

12. Mbajug, Mbejugjag, Mbejud (Sembrono)

Mbajug, mbejugjag, mbejud sebuah kata yang menggambarkan seseorang yang tidak memiliki etika dan sopan santun.

Kalau orang jawa wetanan mungkin lebih umum menggunakan kata sembrono.

13. Merad (minggat)

Merad kata lain dari minggat. Digunakan untuk menggambarkan atau menjelaskan orang yang pergi tanpa pamit tapi dengan bahasa yang bisa dibilang kasar.

Tarafnya lebih rendah dari kata minggat. Biasanya digunakan sambil mengumpat.

14. Ndeplak (asal ngomong)

Ndeplak digunakan untuk mengatakan orang yang asal bicara dan cenderung perkataannya kasar.

15. Tegean (duduh)

Tegean berarti kuah dalam bahasa Indonesia. Sementara masyarakat jawa wetanan lebih umum menggunakan kata duduh.

Itulah beberapa kosakata bahasa jawa ngapak yang saya rasa jarang diketahui orang jawa pada umumnya.

Sebenarnya masih banyak sekali kalau mau lebih banyk mencari tapi kali ini hanya itu yang saya temukan.

Seperti misalnya kencot alias lapar yang pernah saya tulis pada artikel saya Perbedaan Jawa Ngapak Dan Jawa Medok Hehehe

Barang kali ada diantara teman-teman dari bahasa jawa ngapak, yang merasa punya kosakata yang tidak diketahui orang jawa selain ngapak bisa ditambahkan di kolom komentar.

Silahkan share jika bermanfaat

  • Facebook
  • Twitter
  • WhatsApp
  • Surat elektronik
  • Telegram
  • Tumblr
  • Skype
  • LinkedIn
  • Pinterest
  • Lagi
  • Reddit
  • Pocket

Menyukai ini:

Suka Memuat...

Terkait