TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Peneliti senior dari Pusat Penelitian Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Prof. R. Siti Zuhro, MA, Ph.D, mengatakan bahwa jika ingin Pancasila membumi maka bangsa ini memerlukan panutan-panutan yang dicermikan oleh para tokoh elit nasional hinga tokoh-tokoh di daerah. Show
“Karena tidak mungkin Indonesia dibangun tanpa Pancasila. Karakter Pancasila itu adalah karakter kita, nafas kita, roh kita, ideologi kita. Kalau itu ditinggalkan, ya kita akan membangun nilai-nilai baru yang tidak jelas itu, sehingga masuklah infiltrasi ideologi-ideologi lain yang menjanjikan seolah-olah akan menjadikan Indonesia lebih baik, baik itu nanti Islam yang tadi disebut Khilafah maupun Komunisme, yang sudah jelas-jelas komunisme adalah kita larang,” ungkap Siti Zuhro, Rabu (25/9/2019). Lebih lanjut, Siti Zuhro mengatakan bahwa tidaklah perlu kita menyebut-nyebut, ‘saya Pancasila, saya Indonesia’. Tetapi yang diperlukan adalah bagaimana kita sebagai warga negara Indonesia ini bisa menghayati, mengimplementasi dan mengkongkritkan Pancasila itu dalam kehidupan dan keseharian kita. “Itulah nilai-nilai lokal yang harus kita kedepankan kembali, karena tidak ada bangsa yang besar tanpa mengedepankan nilai-nilainya sendiri. Karena kita orang Indonesia dengan Pancasila, dengan Bhinneka Tunggal Ika kita, dengan keyakinan pada NKRI dan mengacu pada konstitusi yang disebut dengan Undang-Undang Dasar 1945,” tutur peraih gelar Doktoral Ilmu Politik dari Curtin University Australia ini. Agar para generasi muda yang masih mengenyam pendidikan di perguruan tinggi dan sekolah-sekolah ini tidak mudah tersusupi paham-paham seperti khilafah ataupun Komunisme, wanita yang biasa disapa Wiwieq itu mengatakan, sejatinya lembaga-lembaga pendidikan juga berkewajiban menyampaikan kepada anak didiknya bahwa Indonesia memiliki konsensus dasar yang sangat wajib dan tidak bisa ditawar-tawar lagi yakni Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika. Yang mana empat consensus tersebut sangat wajib diikuti dan dipatuhi dan tidak bisa ditawar lagi. Sehingga para pendidik pun juga tidak hanya sekedar mengajarkan atau mengatakan, ‘Ada bahaya, Islam radikal , ada PKI atau komunis, bahaya komunis dan sebagainya’. Karena siapapun yang menjadi warga negara Indonesia, maka dia wajib menerima itu. “Sehingga sebagai warga negara kita punya ownership, kita punya rasa memiliki sebagai warga negara. Kita punya hak dan kewajiban,” tutur wanita kelahiran Blitar, 7 November 1958 tersebut.. Oleh karena itu menurutnya, ketika ada transfer pengetahuan seperti itu, harus disampaikan bahwa tidak ada ideologi lain selain Pancasila untuk warga negara Indonesia. Dan hal tersebut sebetulnya harus diemban para tenaga pendidik dengan memadai, dengan penuh tanggung jawab moral. “Tidak hanya oleh para pengajar tetapi juga oleh para pengurus lembaga negara juga. Mau tidak mau mereka harus mengemban itu. Karena mereka ini adalah role model, panutan. Role model itu panutan yang patut dijadikan acuan bagi warga masyarakat untuk dicontoh dan diteladani,” kata peraih MIPI Awards 2014 kategori Ilmuwan Pemerintahan itu. Tak hanya itu, menurutnya jika ada yang menyebarkan ideologi keras itu sudah masuk ranah pidana. Karena hal itu dilarang secara hukum. “Karena ini merongrong bangsa kita, merongrong kedaulatan negara kita. Siapapun itu, tanpa pandang bulu harus diberikan penalti setimpal. Karena sebenarnya itu sudah masuk kategori makar meskipun tidak harus pakai bala tentara dan persenjataan yang luar biasa," urai peraih Satyalancana Karya Satya X tahun 1999 dan XX tahun 2009 itu. Untuk itu alumni Ilmu Hubungan Internasional FISIP Universitas Jember ini mengingatkan kepada semua masyarakat di semua lapisan baik yang bawah, menengah maupun atas itu untuk betul-betul mampu memahami, menghayati dan mengamalkan Pancasila sebagai upaya umntuk membentengi diri dan lingkungan sekitarnya agar tidak mudah terpengaruh ideologi lain . “Akhirnya, yang kita butuhkan lagi adalah munculnya sosok-sosok yang bisa meneladani nilai-nilai Pancasila. Kita berharap sekali munculnya teladan-teladan dari semua tokoh-tokoh elite, pemuka agama, pemuka adat, lalu elite nasional, elite regional, elite lokal dan seterusnya. Jadi bukan hanya seruan yang klise. Kalau mereka semua bisa merefleksikan Pancasila, maka ideologi-ideologi seperti Khilafah dan Komunisme akan tertolak dengan sendirinya.” paparnya.
Selasa, 17 November 2020 | 08:24 WIB
Bobo.id - Program Belajar dari Rumah TVRI hari ini menayangkan materi Pancasila untuk teman-teman kelas 4-6 SD. Seperti biasa di akhir tayangan akan ada beberapa soal yang harus kita jawab. Salah satunya adalah sebagai berikut: "Jelaskan bagaimana bentuk pengamalan nilai-nilai pancasila di lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat!" Kita simak pembahasan soalnya berikut ini, yuk! Contoh Pengamalan Nilai-Nilai Pancasila Berikut adalah contoh pengamalan nilai-nilai pancasila berdasarkan isi dari kelima sila pancasila: 1. Pengamalan Sila Pertama Pancasila - Selalu bersyukur kepada Tuhan - Melaksanakan ibadah sesuai dengan agama yang dimiliki - Tidak memaksakan agama kepada orang lain - Selalu berdoa sebelum dan sesudah melakukan sesuatu - Menghormati orang lain yang memiliki agama yang berbeda dengan kita Baca Juga: Contoh Pengamalan Pancasila Lengkap dari Sila Ke-1 hingga Sila Ke-5 Page 2
Page 3
Bobo.id - Program Belajar dari Rumah TVRI hari ini menayangkan materi Pancasila untuk teman-teman kelas 4-6 SD. Seperti biasa di akhir tayangan akan ada beberapa soal yang harus kita jawab. Salah satunya adalah sebagai berikut: "Jelaskan bagaimana bentuk pengamalan nilai-nilai pancasila di lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat!" Kita simak pembahasan soalnya berikut ini, yuk! Contoh Pengamalan Nilai-Nilai Pancasila Berikut adalah contoh pengamalan nilai-nilai pancasila berdasarkan isi dari kelima sila pancasila: 1. Pengamalan Sila Pertama Pancasila - Selalu bersyukur kepada Tuhan - Melaksanakan ibadah sesuai dengan agama yang dimiliki - Tidak memaksakan agama kepada orang lain - Selalu berdoa sebelum dan sesudah melakukan sesuatu - Menghormati orang lain yang memiliki agama yang berbeda dengan kita Baca Juga: Contoh Pengamalan Pancasila Lengkap dari Sila Ke-1 hingga Sila Ke-5
Pengamalan Nilai-nilai Pancasila dalam Kehidupan Sehari-hari – Sebagai ideologi bangsa, Pancasila terdiri dari seperangkat nilai dan norma yang seyogyanya terinternalisasi dalam diri setiap rakyat Indonesia. Ya, Pancasila adalah ruh yang menggerakkan aktivitas keseharian bangsa. Karena itulah pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan kita sehari-hari menjadi sebuah urgensi. Mengapa demikian? Pancasila dirumuskan oleh para Founding Fathers negara Indonesia dengan “memeras” sari pati nilai-nilai luhur yang telah sejak dulu membudaya di nusantara. Nilai-nilai luhur tersebut telah tumbuh dan berkembang di tengah masyarakat, bahkan jauh sebelum Republik Indonesia berdiri. Dalam konteks kedudukannya sebagai dasar negara, Pancasila sejatinya adalah identitas bangsa Indonesia. Kehadirannya membuat bangsa ini utuh. Karena tanpa dasar negara, bangsa Indonesia tidak memiliki identitas serta arah tujuan yang sama, sehingga ancaman perpecahan akan lebih mudah terjadi. Oleh sebab itu, penting bagi masyarakat Indonesia memahami dan memiliki wawasan mengenai pengamalan nilai-nilai Pancasila serta Kewarnegaraan Bangsa Indonesia. Buku berjudul Pendidikan Pancasila dan Kewarnegaraan: Merajut Kebinekaan dalam Menghadapi Tantangan Revolusi Industri yang dibuat oleh Muhammad Ridha Iswardhana ini diharapkan dapat memahami serta mengaplikasikan nilai Pancasila yang ada ke dalam kehidupan sehari-hari. Pengamalan Nilai-nilai Pancasila dalam Kehidupan Sehari-hariBerikut ini adalah cara melakukan pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari: 1. Pengamalan Nilai Sila Pertama (Ketuhanan)Nilai ini terkandung pada sila pertama Pancasila yang berbunyi, “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Nilai ketuhanan pada sila pertama tersebut mengandung dua nilai turunan, yaitu nilai kepercayaan dan nilai ketakwaan. Nilai kepercayaan diwujudkan dalam bentuk keyakinan dan pengakuan terhadap adanya Tuhan Yang Maha Esa. Dalam konteks kenegaraan, keyakinan tersebut diwujudkan dengan adanya enam agama yang secara resmi diakui oleh pemerintah, yaitu Islam, Katolik, Protestan, Hindu, Budha, dan Konghucu. Sementara nilai ketakwaan bermakna kebebasan bagi setiap warga negara untuk beribadah sesuai agama yang diyakininya tersebut. Hal ini sesuai amanah UUD 1945, terutama Pasal 28E Ayat 1 yang berbunyi “Setiap warga negara bebas memeluk agama dan beribadah sesuai agamanya.” Sila pertama Pancasila yang berbunyi Ketuhanan Yang Maha Esa juga menjadi dasar negara serta ideologi politik religius, yang menyatakan bahwa setiap kelompok agama tidak memiliki alasan untuk membenturkan dasar negara nasional yang ada dengan keimanan yang diyakini. Pada buku Islam, Pancasila dan Deradikalisasi oleh Syaiful Arif dijabarkan mengenai wacana keislaman serta kebangsaan yang ditempatkan pada konteks dreradikalisasi agama. Butir Pengamalan Sila Ke-1 dalam TAP MPR Nomor I/MPR/2003Untuk membantu memahami pengamalan nilai-nilai Pancasila sila ketuhanan tersebut, terdapat butir-butir sila pertama sebagai penjelas bagi masyarakat. Menurut TAP MPR Nomor I/MPR/2003, berikut ini adalah butir-butir pengamalan sila pertama Pancasila:
Dengan tuntunan butir-butir tersebut, masyarakat diharapkan makin mudah untuk melakukan pengamalan nilai-nilai pancasila sila pertama dimanapun mereka berada. Berikut adalah beberapa contoh praktik pengamalan nilai ketuhanan tersebut: Penerapan nilai ketuhanan di rumaha. Membiasakan keluarga untuk menjalankan kewajiban ibadah dengan rajin, seperti, salat lima waktu atau beribadah ke gereja b. Membiasakan berdoa tiap sebelum dan setelah melakukan aktivitas, misal, saat makan, tidur, atau bepergian c. Menghormati orang tua serta menaati nasihat dan perintahnya Penerapan nilai ketuhanan di masyarakata. Saling menghormati antar tetangga walaupun berbeda keyakinan b. Memperkuat toleransi di antara para pemeluk agama dengan cara memberikan kesempatan untuk menjalankan ibadah masing-masing c. Memperlakukan tetangga dengan baik, misalnya dengan saling berbagi oleh-oleh, makanan, atau hadiah Penerapan nilai ketuhanan di sekolaha. Menganggap semua teman sama meskipun berbeda-beda agamanya b. Saling menghormati dan bertoleransi antar teman dengan keyakinan yang berbeda c. Bergaul dengan positif dan produktif, misalnya, saling mendukung untuk mencapai kesuksesan, saling membantu, juga bermain dan belajar bersama. 2. Pengamalan Nilai Pancasila Sila Ke-2 (Kemanusiaan)Nilai ini termaktub dalam sila kedua Pancasila, “Kemanusiaan yang Adil dan Beradab.” Adanya nilai tersebut mengandung makna bahwa kemanusiaan haruslah diutamakan dalam aktivitas keseharian masyarakat Indonesia. Terlebih lagi negeri ini berdiri di atas berbagai macam perbedaan, seperti yang tersurat dalam semboyan negara Indonesia, “Bhinneka Tunggal Ika”.Nilai kemanusiaan menjamin kita untuk memperlakukan sesama manusia dengan adil tanpa membedakan suku, ras, golongan, dan agama. Dalam konteks negara, Indonesia juga menjamin seluruh warga negaranya memiliki kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan. Jaminan ini sebagaimana tercantum dalam Pasal 27 Ayat 1 UUD 1945. Pasal tersebut berbunyi, “Segala warga negara bersamaan kedudukannya dalam hukum dan pemerintahan, dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.” Butir Pengamalan Sila Ke-2 dalam TAP MPR Nomor I/MPR/2003Nilai kemanusiaan juga menjamin setiap manusia memiliki persamaan derajat. Hal ini seperti tercantum dalam makna sila kedua menurut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, yaitu menghargai dan menghormati antar sesama manusia serta memiliki persamaan derajat. Secara lebih mendetail, pengamalan nilai-nilai pancasila sila kedua dijabarkan dalam butir-butir sesuai TAP MPR Nomor I/MPR/2003, sebagai berikut:
Berikut ini adalah pengamalan nilai-nilai pancasila dalam sila kedua Pancasila pada kehidupan sehari-hari: Penerapan nilai kemanusiaan di rumaha. Menghormati, menghargai, dan menyayangi orang tua serta saudara b. Membantu orang tua mengerjakan pekerjaan rumah c. Mendengarkan nasihat dan mematuhi perintah orang tua d. Tidak semena-mena terhadap orang tua dan sesama saudara e. Memiliki sikap tenggang rasa dan menjaga kerukunan di dalam rumah Penerapan nilai kemanusiaan di masyarakata. Menghormati tetangga tanpa membedakan suku, agama, ras, dan golongan b. Menjaga kerukunan antar tetangga c. Menolong tetangga yang membutuhkan bantuan d. Menjaga norma kesopanan di lingkungan tetangga e. Melaksanakan kewajiban sesuai peraturan yang disepakati di lingkungan masyarakat, misalnya, menjaga kebersihan lingkungan dengan ikut kerja bakti f. Tidak main hakim sendiri g. Mengambil keputusan untuk kepentingan masyarakat dengan jalan musyawarah. Penerapan nilai kemanusiaan di sekolah:a. Memperlakukan sesama teman dengan baik tanpa membedakan suku, ras, agama, dan golongan b. Menghormati guru c. Menghargai teman d. Membantu guru dan teman yang mengalami kesulitan. Dalam penerapan nilai Pancasila yang ada, sangat penting untuk jika kita dapat mengaplikasikannya ke kehidupan sehari-hari. Pada buku Komik Pancasila yang ditulis oleh ImmaLevav dan W.B. Atmoko, penerapan nilai Pancasila yang ada akan digambarkan melalui gambar yang ada sehingga Grameds dapat memahaminya dengan lebih mudah. 3. Pengamalan Nilai Pancasila Ke-3 (Nilai Persatuan)Sila ketiga Pancasila, “Persatuan Indonesia”, mengandung nilai persatuan ini. Maknanya adalah bahwa seluruh warga negara Indonesia harus bersatu tanpa memandang perbedaan suku, bahasa, agama, dan latar belakang budaya lainnya. Menurut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, nilai persatuan salah satunya dapat diwujudkan dengan cara memiliki jiwa nasionalisme yang tinggi. Nasionalisme sendiri berarti rasa cinta terhadap tanah air Indonesia. Langkah-langkah yang dapat diambil dalam meningkatkan jiwa nasionalisme pada bangsa Indonesia dapat Grameds pahami pada buku berjudul Mengobarkan Kembali Api Pancasila oleh Sayidiman Suryohadiprojo yang menyatakan dengan adanya persatuan tersebut, Pancasila bukan hanya dijadikan sebagai slogan, semboyan, maupun wacana, tetapi menjadi nilai yang tertanam dalam diri. Butir Pengamalan Sila Ke-3 dalam TAP MPR Nomor I/MPR/2003Lebih jelasnya, pengamalan nilai-nilai pancasila sila ketiga dijabarkan dalam butir-butir sesuai TAP MPR Nomor I/MPR/2003, sebagai berikut:
Nilai persatuan dalam sila ketiga Pancasila juga harus diterapkan dalam kehidupan kita sehari-hari. Berikut ini adalah beberapa contoh penerapannya: Penerapan nilai persatuan di rumaha. Menanamkan jiwa dan semangat patriotisme serta cinta tanah air bagi seluruh anggota keluarga. Misalnya dengan membiasakan mengonsumsi produk-produk lokal buatan Indonesia b. Mengajarkan kepada anggota keluarga untuk menjaga nama baik Indonesia c. Menumbuhkan sikap saling menghormati, menyayangi, dan menghargai di antara anggota keluarga. Penerapan nilai persatuan di masyarakata. Saling bekerja sama dan menghormati antar tetangga tanpa membedakan suku, agama, ras, dan golongan b. Mengutamakan kepentingan masyarakat di atas kepentingan pribadi atau keluarga c. Tidak memaksakan keinginan kita kepada orang lain d. Menjaga keamanan dan ketertiban di lingkungan masyarakat e. Di tengah lingkungan yang majemuk dengan berbagai latar belakang budaya, bahasa Indonesia digunakan sebagai bahasa pergaulan. Penerapan nilai persatuan di sekolaha. Berteman tanpa memandang status sosial ekonomi, agama, suku, ras, dan golongan b. Menjaga kerukunan dan toleransi di antara teman dan guru c. Membantu teman yang kesusahan dengan tulus ikhlas d. Mengutamakan persatuan dan kesatuan di lingkungan sekolah. Namun, ditengah masyarakat saat ini sendiri, kita masih sering melihat banyaknya ketimpangan antara status sosial yang dimiliki seseorang. Seperti contohnya ketimpangan gender yang terjadi pada perempuan. Hal ini dibahas pada buku berjudul Melintas Perbedaan: Suara Perempuan, Agensi, dan Politik Solidaritas yang dibuat oleh Rachmi Diyah Larasati & Ratna Noviani. Jika Grameds tertarik, klik “beli buku” yang ada di bawah ini. 4. Pengamalan Nilai Pancasila Ke-4 (Nilai Kerakyatan)Nilai kerakyatan terkandung pada sila keempat Pancasila, “Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan.” Nilai tersebut bermakna kekuasaan tertinggi ada di tangan rakyat. Nilai kerakyatan terkait erat dengan pemerintahan di Indonesia yang menerapkan sistem demokrasi, yaitu, pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Selain nilai tersebut, sila keempat juga bermakna pengambilan keputusan dari pendapat-pendapat yang berbeda diutamakan melalui mekanisme musyawarah. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pun membedah makna sila keempat sebagai berikut: · Kata hikmat kebijaksanaan diartikan sebagai penggunaan akal sehat dalam melakukan segala sesuatu · Permusyawaratan dimaknai sebagai musyawarah untuk mengambil keputusan dan mencapai mufakat · Perwakilan mengacu kepada sistem yang dianut, yaitu perwakilan rakyat. Butir Pengamalan Sila Ke-4 dalam TAP MPR Nomor I/MPR/2003Pengamalan nilai-nilai pancasila sila keempat dijabarkan dalam butir-butir sesuai TAP MPR Nomor I/MPR/2003, sebagai berikut:
Penerapan nilai kerakyatan di rumaha. Anak mendengarkan dan menuruti nasihat orang tua b. Orang tua mau mendengarkan dan menerima saran dari anak c. Menghargai dan melaksanakan keputusan. Penerapan nilai kerakyatan di masyarakata. Mengikuti pemilihan kepala daerah, baik dari tingkat provinsi, kabupaten, hingga RT dan RW b. Aktif mengikuti kegiatan musyawarah warga dan memberikan pendapat c. Melaksanakan keputusan hasil musyawarah. Penerapan nilai kerakyatan di sekolaha. Aktif mengikuti organisasi kesiswaan b. Mengambil keputusan untuk kepentingan bersama lewat jalan musyawarah c. Mendengarkan pendapat guru dan teman d. Tidak memaksakan pendapat dan kehendak kepada teman. 5. Pengamalan Nilai-nilai Pancasila Sila Ke-5 Nilai KeadilanNilai keadilan tercermin dalam sila kelima Pancasila, “Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.” Makna nilai tersebut adalah setiap masyarakat Indonesia memiliki hak yang sama untuk mendapatkan kesejahteraan. Mewujudkan rakyat yang sejahtera tanpa kesenjangan ekonomi, sosial, budaya, juga politik, merupakan tujuan dari bangsa Indonesia. Dengan demikian nilai keadilan dapat diwujudkan. Nilai keadilan yang ada itu sendiri berbeda pada setiap pandangan seseorang. Dalam buku berjudul Perihal Keadilan Pencarian Makna Fairness Imparialitas Dan Dasar Hidup Bersama yang dibuat oleh Sunaryo ini mengajak Grameds untuk lebih memahami ide dasar dari keadilan, seperti fairness, imparsialitas, serta politik. Sementara itu, mewujudkan kemakmuran rakyat juga merupakan amanah dari Undang-Undang Dasar 1945. Hal tersebut tersurat dalam Pasal 33 Ayat 3 yang berbunyi: “Bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.” Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menyatakan bahwa untuk mencapai keadilan sosial maka seluruh masyarakat haruslah mendapatkan hak serta melaksanakan kewajibannya. Butir Pengamalan Sila Ke-5 dalam TAP MPR Nomor I/MPR/2003Untuk memandu pengamalan nilai-nilai pancasila sila keadilan, butir-butir sila kelima Pancasila pun dirumuskan melalui TAP MPR Nomor I/MPR/2003 sebagai berikut:
Penerapan nilai keadilan di lingkungan rumah:a. Menjalankan kewajiban dan mendapatkan hak sesuai peranan masing-masing anggota keluarga b. Saling membantu dan mendukung antar anggota keluarga c. Menghormati hak masing-masing anggota keluarga. Penerapan nilai keadilan di lingkungan masyarakat:a. Melaksanakan kewajiban dan mendapatkan hak sebagai warga masyarakat b. Membantu tetangga yang membutuhkan tanpa melihat status sosial c. Mengesampingkan kepentingan pribadi dan mengutamakan kepentingan masyarakat. Penerapan nilai keadilan di lingkungan sekolah:a. Melaksanakan kewajiban dan mendapatkan hak sebagai siswa b. Menghargai teman dan menghormati guru c. Saling membantu dan berbagi antar teman. Demikianlah praktik pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Karena Pancasila merupakan kristalisasi dari nilai-nilai luhur bangsa, menerapkannya tentu akan membawa manfaat bagi kita. Jadi, nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila ada nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai persatuan, nilai kerakyatan, dan nilai keadilan. Karenanya, mari mulai mengamalkannya sekarang juga! Jika Anda ingin menggali lebih tentang Pancasila secara lebih komprehensif, miliki segera buku di www.gramedia.com. 1. Pendidikan Pancasila 2. Falsafah Pancasila Epistemologi Keislaman Kebangsaan 3. Pancasila Rumah Bersama Rekomendasi Buku & Artikel Terkait
1. Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa 2. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan kewajiban asasi setiap manusia, tanpa membeda-bedakan suku, keturunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial, warna kulit, dan sebagainya 3. Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia 4. Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa salira 5. Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain 6. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan 7. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan 8. Berani membela kebenaran serta keadilan 9. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia 10. Mengembangkan sikap saling menghormati dan bekerja sama dengan bangsa lain.
Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara serta bangsa apabila diperlukan. Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa. Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air Indonesia. Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan pada kemerdekaan, perdamaian abadi, serta keadilan sosial.
a. Menghormati, menghargai, dan menyayangi orang tua serta saudara b. Membantu orang tua mengerjakan pekerjaan rumah c. Mendengarkan nasihat dan mematuhi perintah orang tua d. Tidak semena-mena terhadap orang tua dan sesama saudara e. Memiliki sikap tenggang rasa dan menjaga kerukunan di dalam rumah
Nilai ini terkandung pada sila pertama Pancasila yang berbunyi, “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Nilai ketuhanan pada sila pertama tersebut mengandung dua nilai turunan, yaitu nilai kepercayaan dan nilai ketakwaan. Nilai kepercayaan diwujudkan dalam bentuk keyakinan dan pengakuan terhadap adanya Tuhan Yang Maha Esa.
Layanan Perpustakaan Digital B2B Dari Gramedia ePerpus adalah layanan perpustakaan digital masa kini yang mengusung konsep B2B. Kami hadir untuk memudahkan dalam mengelola perpustakaan digital Anda. Klien B2B Perpustakaan digital kami meliputi sekolah, universitas, korporat, sampai tempat ibadah.
|