Bagaimana tradisi budaya di nusantara sebelum agama islam datang?

Bagaimana tradisi budaya di nusantara sebelum agama islam datang?

Bagaimana tradisi budaya di nusantara sebelum agama islam datang?
Lihat Foto

Wikimedia Commons

Penampilan Wayang Kulit di Yogyakarta saat tradisi Sekaten diselenggarakan tahun 1896.

KOMPAS.com - Masuknya Islam ke Nusantara melalui dua cara, yaitu dikenalkan oleh para pedagang Muslim Arab dan lewat aktivitas dakwah dari para ulama.

Saat para ulama pertama kali mendakwahkan Islam di Nusantara, sempat terjadi benturan antara ajaran Islam dengan adat istiadat setempat.

Menurut sejarah, jauh sebelum Islam masuk ke Nusantara, masyarakat memang sudah lebih dulu meyakini agama Hindu-Buddha dan budayanya sudah mengakar kuat.

Menyadari hal itu, para dai Islam tidak lantas berusaha memusnahkan tradisi masyarakat yang sudah ada, melainkan menyesuaikannya dengan ajaran Islam.

Percampuran antara ajaran Islam dengan adat istiadat setempat inilah yang melahirkan berbagai tradisi Islam di Nusantara.

Berikut ini sejarah tradisi Islam di Nusantara.

Baca juga: Peninggalan Sejarah Islam di Indonesia

Sejarah tradisi Islam di Nusantara

Sebelum Islam masuk ke Nusantara, agama Hindu-Buddha sudah lebih dulu berkembang, diperkirakan sejak abad ke-2.

Masuknya agama Hindu-Buddha ke Nusantara dibawa oleh para pedagang dan pendeta dari India serta China, melalui jalur darat dan laut.

Sejak saat itu, masyarakat mulai mengenal agama Hindu-Buddha dan kemudian meyakininya.

Dalam perkembangannya, masyarakat Nusantara pun memiliki budaya, adat, serta tata cara hidup sesuai ajaran Hindu-Buddha.

You're Reading a Free Preview
Pages 6 to 10 are not shown in this preview.

Jauh sebelum Islam masuk dan berkembang di Nusantara, masyarakat telah memiliki keragaman budaya dan tradisi. Bahkan sebelum agama Hindu-Buddha masuk ke Indonesia masyarakat telah memiliki kepercayaan kepada benda-benda alam dan ruh nenek moyang. Kepercayaan kepada benda-benda alam dan ruh nenek moyang ini berpengaruh pada pola kehidupan masyarakat. Banyak upacara ritual dilakukan sebelum melakukan kegiatan tertentu. Misalnya ritual sebelum melaksanakan hajatan, kelahiran, perkawinan, kematian dan lain sebagainya. Tradisi ini mereka lakukan turun temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya.Mereka patuh menjalankan tradisi tersebut karena beranggapan jika terjadi pelanggaran akan mendapat kutukan dari arwah nenek moyang yang akibatnya akan mendatangkan bencana di tengah-tengah masyarakat.Masuknya agama Hindu- Buddha ke Indonesia tidak menyebabkan tradisi-tradisi tersebut musnah, justru semakin tumbuh dan berkembang. Hal ini dikarenakan pengaruh agama Hindu-Buddha menyesuaikan dengan tradisi-tradisi di masya-rakat. Bentuk penyesuaiannya adalah dengan mengubah cara-cara upacara ritual sehingga sesuai dengan nilainilai ajaran Hindu-Buddha.Masuknya kebudayaan Hindu-Buddha dari India ke Nusantara melalui proses penyesuaian dengan kondisi kehidupan masyarakat. Tentu saja penyesuaian ini tanpa menghilangkan unsur asli budaya di Nusantara.Di antara pengaruh kebudayaan Hindu-Buddha dalam kebudayaan Indonesia, misalnya tampak pada seni rupa dan seni ukir. Di bidang seni rupa dan seni ukir ini terlihat pada relief atau seni ukir pada dindingdinding candi. Sebagai contoh, pada relief Candi Borobudur tampak adanya perahu bercadik yang merupakan gambaran pelaut nenek moyang bangsa Indonesia. Terdapat pula relief yang menggambarkan riwayat sang Buddha sekaligus ada gambaran lingkungan alam Indonesia. Pengaruh kebudayaan Hindu-Buddha juga tampak pada bidang seni bangunan, misalnya pada bentuk bangunan candi. Di India, candi merupakan kuil untuk memuja para dewa dengan bentuk stupa.Sedangkan di Indonesia, candi selain sebagai tempat pemujaan, juga berfungsi sebagai makam raja atau untuk tempat menyimpan abu jenazah raja yang telah meninggal. Candi ini sebagai tanda penghormatan masyarakat terhadap sang raja.Di atas makam sang raja biasanya didirikan patung raja yang mirip dengan dewa yang dipujanya. Hal ini sebagai perpaduaan antara fungsi candi di India dan tradisi pemakaman dan pemujaan ruh nenek moyang di Indonesia. Sehingga, bentuk bangunan candi di Indonesia pada umumnya adalah punden berundak, yaitu bangunan tempat pemujaan ruh nenek moyang. Contoh ini dapat dilihat pada bangunan candi Borobudur.SUMBER : Buku K13 Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti kelas ix

Bagaimana tradisi budaya di nusantara sebelum agama islam datang?

Tiap-tiap daerah atau provinsi di Indonesia memiliki tradisi dan budaya yang khas. Tradisi dan budaya pada masing-masing daerah tersebut perlu diperkenalkan ke dunia luar sebagai kekayaan budaya bangsa. Hal ini juga dimaksudkan sebagai upaya melestarikan dan mengembangkan tradisi dan budaya yang telah ada. Jauh sebelum Islam masuk dan berkembang di Nusantara, masyarakat telah memiliki keragaman budaya dan tradisi. Bahkan sebelum agama Hindu-Buddha masuk ke Indonesia masyarakat telah memiliki kepercayaan kepada benda-benda alam dan ruh nenek moyang. Kepercayaan kepada benda-benda alam dan ruh nenek moyang ini berpengaruh pada pola kehidupan masyarakat. Banyak upacara ritual dilakukan sebelum melakukan kegiatan tertentu. Misalnya ritual sebelum melaksanakan hajatan, kelahiran, perkawinan, kematian dan lain sebagainya. Tradisi ini mereka lakukan turun temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya. Mereka patuh menjalankan tradisi tersebut karena beranggapan jika terjadi pelanggaran akan mendapat kutukan dari arwah nenek moyang yang akibatnya akan mendatangkan bencana di tengah-tengah masyarakat. Masuknya agama Hindu-Buddha ke Indonesia tidak menyebabkan tradisi-tradisi tersebut musnah, justru semakin tumbuh dan berkembang. Hal ini dikarenakan pengaruh agama Hindu-Buddha menyesuaikan dengan tradisi-tradisi di masya-rakat. Bentuk penyesuaiannya adalah dengan mengubah cara-cara upacara ritual sehingga sesuai dengan nilainilai ajaran Hindu-Buddha. Masuknya kebudayaan Hindu-Buddha dari India ke Nusantara melalui proses penyesuaian dengan kondisi kehidupan masyarakat. Tentu saja penyesuaian ini tanpa menghilangkan unsur asli budaya di Nusantara. Di antara pengaruh kebudayaan Hindu-Buddha dalam kebudayaan Indonesia, misalnya tampak pada seni rupa dan seni ukir. Di bidang seni rupa dan seni ukir ini terlihat pada relief atau seni ukir pada dindingdinding candi. Sebagai contoh, pada relief Candi Borobudur tampak adanya perahu bercadik yang merupakan gambaran pelaut nenek moyang bangsa Indonesia. Terdapat pula relief yang menggambarkan riwayat sang Buddha sekaligus ada gambaran lingkungan alam Indonesia. Pengaruh kebudayaan Hindu-Buddha juga tampak pada bidang seni bangunan, misalnya pada bentuk bangunan candi. Di India, candi merupakan kuil untuk memuja para dewa dengan bentuk stupa. Sedangkan di Indonesia, candi selain sebagai tempat pemujaan, juga berfungsi sebagai makam raja atau untuk tempat menyimpan abu jenazah raja yang telah meninggal. Candi ini sebagai tanda penghormatan masyarakat terhadap sang raja. Di atas makam sang raja biasanya didirikan patung raja yang mirip dengan dewa yang dipujanya. Hal ini sebagai perpaduaan antara fungsi candi di India dan tradisi pemakaman dan pemujaan ruh nenek moyang di Indonesia. Sehingga, bentuk bangunan candi di Indonesia pada umumnya adalah punden berundak, yaitu bangunan tempat pemujaan ruh nenek moyang. Contoh ini dapat dilihat pada bangunan candi Borobudur.

Sumber Buku PAI SMP Kelas 9.

RAKYAT PRIANGAN - Kondisi Bangsa Indonesia pada Waktu Permulaan Kedatangan Islam Sejarawan Barat, Brandes menyebutkan bahwa masyarakat Nusantara sebelum kedatangan pengaruh India telah mempunyai 10 butir aspek kebudayaan yang merupakan kepandaian asli masyarakat Nusantara, yaitu wayang, gamelan, batik, pengerjaan logam, astronomi, pelayaran, irigasi, mata uang, metrum (irama), dan pemerintahan yang teratur.

Berdasarkan pendapat Brandes tersebut bukan hal yang mengherankan jika masyarakat Nusantara waktu itu sudah aktif dalam perdagangan maritim internasional antara India-Cina karena mampu melakukan pelayaran (dengan perahu bercadik) di samudera dan memanfaatkan ilmu astronomi yang mereka kuasai.

Catatan Cina awal juga menyebutkan sejumlah kerajaan awal yang memiliki hubungan dengan jalur perdagangan melalui Selat Malaka seperti Poli, Koying, Kantoli, P’u-lei, P’ota, P’o-huang, P’en-p’en, Tan-tan, dan Holotan yang berada di antara kerajaan-kerajaan awal yang diperkirakan telah muncul di beberapa lokasi di Nusantara seperti di pulau Jawa dan Sumatra.

 Baca Juga: 'Museum Pusaka' Simbol Identitas Rakyat Cirebon

Sebelum Islam datang ke Nusantara atau Indonesia mulai abad ke-7 M, penduduk di negeri ini telah memeluk agama Hindu dan Buddha sejak sekitar abad ke-3 M.

Namun, jika urut lebih jauh lagi sebelum kehadiran agama Hindu dan Buddha masyarakat telah memiliki sistem kepercayaannya sendiri.

Secara umum, keyakinan tersebut disebut sebagai animisme dan dinamisme. Agama lokal ini merupakan kepercayaan-kepercayaan yang diwariskan dari nenek moyang secara turun-temurun.

 Baca Juga: Sejarah Radio: Pasca Indonesia Merdeka Informasi Rakyat Terputus

Mereka mengenal dewa-dewa yang dipersonifikasikan dalam bentuk kebendaan seperti patung, pohon-pohon besar, batu, dan monumen. Dengan kata lain, perkembangan agama yang terjadi pada bangsa Indonesia ini sangat dinamis.


Page 2

Menurut Hamka, orang-orang Nusantara sebelum menganut agama-agama, di dalam jiwa mereka telah ada persediaan untuk menerima kehadiran agama. Di dalam jiwa mereka sudah mulai tumbuh kepercayaan. Ada dua hal kata Hamka yang menyebabkan tumbuhnya kepercayaan itu. Pertama alam sekeliling, kedua soal hidup dan mati.

Kepercayaan animisme (dari bahasa latin anima atau “roh”) adalah kepercayaan kepada mahluk halus dan roh merupakan asas kepercayaan agama yang mula-mula muncul di kalangan manusia primitif.

 Baca Juga: Gong Perdamaian Dunia di Ciamis Kembali Bergema, Bupati Herdiat Sampaikan Salam Cinta Damai

Kepercayaan animism mempercayai bahwa setiap benda di bumi ini, (seperti kawasan tertentu, gua, pohon, atau batu besar) mempunyai jiwa yang mesti di hormati agar semangat tersebut tidak mengganggu manusia, malah membantu mereka dari semangat dan roh jahat dan juga dalam kehidupan seharian mereka.

Sedangkan dinamisme (dalam kaitan agama dan kepercayaan) adalah pemujaan terhadap roh nenek moyang yang telah meninggal menetap di tempat-tempat tertentu, seperti pohon-pohon besar. Arwah nenek moyang itu sering di mintai tolong untuk urusan mereka.

Caranya adalah dengan memasukkan arwah-arwah mereka ke dalam benda-benda pusaka seperti batu hitam atau batu merah delima dan lain sebagainya. Serta ada juga yang menyebutkan bahwa dinamisme adalah kepercayaan yang mempercayai terhadap kekuatan yang abstrak yang berdiam pada suatu benda.

 Baca Juga: Dongkrak Wisata Minat Khusus, Dinpar Ciamis Gelar Sertifikasi Pilot Paralayang

Adapun totemisme adalah faham yang meyakini bahwa manusia memiliki hubungan kekeluargaan dengan binatang.

Kemudian keyakinan ini mengarahkan pengikutnya untuk meyakini bahwa ada beberapa binatang yang memiliki kekuatan gaib, lalu mereka mengkeramatkan binatang-binatang tersebut, bahkan sampai memujanya.

Oleh: Deden Gumilang MN, M.Hum.
(Dosen Sejarah Peradaban Islam STIABI Riyadul ‘Ulum Tasikmalaya)


Page 3