Bagaimana sikap yang baik ketika menghadapi sikap sikap dan perbuatan yang memecah belah bangsa

KILASJATIM.COM, Surabaya – Perbuatan perundungan merupakan sikap yang dapat memecah belah bangsa. Saat melakukan perundungan sebenarnya itu sedang melakukan perundungan terhadap diri sendiri. Oleh sebab itu, Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini terus mengingatkan agar anak-anak Surabaya bersatu dan rukun.

“Kita harus pandai mengelola diri, jangan pernah merasa paling pintar, dan jangan harap kalian akan berhasil kalau suka mengolok-olok teman. Ingat para pahlawan bisa mengalahkan penjajah karena kekompakannya,” jelas Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini saat Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya menggelar Sekolah Kebangsaan yang kedua di tahun 2019 yang berlangsung di Taman Sejarah Jalan Rajawali Surabaya, Kamis 24 Oktober 2019.

Dalam kesempatan itu, acara diikuti sekitar 2.640 pelajar tingkat SD–SMP se-Surabaya.

Acara tersebut dibuka dengan teatrikal perang yang diperankan pelajar SMP 45 Surabaya. Teatrikal yang bertajuk “Tewasnya Peristiwa Jendral Mallaby” itu menceritakan perjuangan arek-arek Suroboyo ketika berperang melawan sekutu. Teriakan takbir pun saling bersahutan, hingga suara petasan muncul dan menggugurkan para pemain yang sedang perang.

BACA JUGA: Pemprov Jatim Alokasikan 35 Persen untuk Sektor Pendidikan dan Kesehatan  

Pada kesempatan itu, Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini menyampaikan, bahwa suara petasan tadi tidaklah ada apa-apanya, dibandingkan dahulu saat para pahlawan yang sedang berperang. Menurutnya, dahulu saat berperang suara dentuman terdengar lebih keras dan menakutkan.

“Ibu lihat saat ada mercon tadi, banyak dari kalian menutup teliga dan ketakutan. Yang dirasakan eyang (pahlawan) kalian saat berperang malah lebih parah, karena mereka berperang sungguhan dan kalau ketembak mati beneran,” kata Wali Kota Risma mengawali sambutannya.

Namun demikian, Wali Kota Risma menyebut, dahulu para pejuang tidak gentar menghadapi perang, meskipun dengan senjata seadanya. Semua itu dilakukan lantaran ingin generasi penerusnya hidup lebih sejahtera, tidak lagi dijajah, dan dapat bersekolah dengan baik.

“Oleh sebab itu, pahlawan kita sudah berani mempertaruhkan nyawanya untuk kalian (anak cucunya). Jadi sudah selayaknya kita semua harus melanjutkan perjuangan mereka dengan baik,” ujarnya.

BACA JUGA: Wali Kota: Pendidikan Tidak Hanya Akan Fokus Pada Area Sekolah

Wali kota perempuan pertama di Surabaya ini menjelaskan, untuk melanjutkan perjuangan para pahlawan, dapat dilakukan dengan banyak cara. Salah satunya yakni dengan cara belajar yang rajin, mencetak prestasi dengan menekuni berbagai kegiatan postif. Karena itu, ia meminta kepada para pelajar untuk sungguh-sungguh menuntut ilmu, agar kelak menjadi manusia yang membanggakan Kota Surabaya.

“Jadi jangan buang kesempatan. Bisa bersekolah, bisa makan sehat, dan sudah mendapat nikmat yang luar biasa. Apa yang kalian suka kerjakan dengan sungguh, misalnya belajar ilmu sejarah biar besok jadi sejarawan yang hebat,” pesannya.

Tidak hanya itu, wali kota yang juga menjabat sebagai Presiden UCLG Aspac ini berpesan kepada para pelajar agar tidak melakukan adu kekerasan, atau berkelahi sesama teman. Sebab menurutnya, pertempuran generasi saat ini bukan lagi perang seperti zaman nenek moyang. Namun pertempuran saat ini yang harus dilakukan adalah menjadi orang yang sukses dan dapat bersaing tingkat dunia.

“Kalian harus bisa sukses!. Sudah tidak zaman berantem apalagi sesama teman. Harus bisa bersaing dengan anak-anak di seluruh dunia. Mengerti ya anak-anakku?,” tegasnya. (*/kj1)

Peribahasa “bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh,” bukan sekedar slogan kosong. Melainkan sebuah pengingat agar bangsa Indonesia selalu sadar dan melaksanakan sikap-sikap positif untuk mempertahankan persatuan.

Jakarta (21/06/2021) Indonesia memiliki sebuah peribahasa yang menarik untuk mengingatkan persatuan dan kesatuan bangsa, yaitu “Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh.” Jika ditelusuri sejarahnya, ternyata peribahasa ini bukan monopoli Indonesia, melainkan bersifat global. Artinya, hampir semua negara di dunia memiliki peribahasa yang mirip. Namun yang paling mirip adalah peribahasa dari Amerika Serikat yang berbunyi, “United we stand, devided we fall.” Menurut sejarahnya, peribahasa Amerika ini dikutip dari salah satu lirik lagu yang berjudul Liberty Song yang diciptakan oleh John Dickinson pada tahun 1768. Salah satu bait dari lagu tersebut berbunyi, “Then join hand in hand, brave Americans all! By uniting we stand, by dividing we fall.”

Tidak dapat dipastikan mana yang terlebih dulu diciptakan. Namun yang pasti hampir setiap negara memiliki peribahasa mengenai persatuan. Tujuan diciptakannya peribahasa itu adalah sebagai slogan, simbol atau pengingat betapa pentingnya sebuah bangsa untuk bersatu, sebab jika tidak maka bangsa tersebut akan mengalami perpecahan. Sobat Revmen pasti sudah tahu arti dari semboyan bersatu kita teguh. Namun sebagai pengingat, berikut makna dari penggalan peribahasa itu.

Seperti dikutip Kompas.com (2020), dalam buku Kronik Revolusi Indonesia: 1945 karya Pramoedya Ananta Toer, makna bersatu kita teguh adalah menyatunya berbagai unsur dan perbedaan yang ada menjadi suatu kesatuan yang utuh dan serasi. Jika melihat definisi dari Pramoedya ini, maka titik tekan dari persatuan adalah adanya keragaman, adanya harmoni, dan adanya sikap saling menghormati.

Namun Indonesia merupakan sebuah negara yang terdiri dari begitu banyak suku bangsa, etnis, agama dan kebudayaan. Bahkan Indonesia memiliki kondisi geografis yang terpencar-pencar. Kondisi ini memiliki tantangan tersendiri. Tantangan akan menjadi semakin berat untuk dihadapi jika setiap individu tidak memiliki kesamaan visi untuk mempertahankan persatuan. Biasanya, dengan alasan HAM dan kebebasan, individu memiliki logika alternatif untuk menyangkal persatuan. Ini merupakan bahaya dan ancaman bagi keutuhan NKRI.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita bisa menemukan sikap yang dapat mengancam persatuan dan kesatuan bangsa, yaitu: Pertama, sikap egois atau mementingkan diri sendiri. Individu yang egois biasanya masa bodoh dengan kondisi bangsa dan negara. Satu-satunya hal penting untuk dipikirkan adalah dirinya sendiri. Sikap ini membuat sulit seseorang untuk berkolaborasi dan bergotong royong untuk menanamkan rasa persatuan antar anak bangsa. Sikap egois ini dalam konteks yang lebih besar dapat berbentuk etnosentrisme, primordialisme, chauvinism, bahkan radikalisme.

Kedua, sikap tidak peduli. Sikap ini muncul dalam banyak bentuk, seperti tidak peduli dengan kondisi ekonomi bangsa, kemiskinan atau pemerintahan yang korup. Dalam kehidupan sehari-hari, sikap ini biasanya muncul dalam bentuk malas belajar, gemar melakukan pelanggaran hukum atau tidak mengindahkan kesetiakawanan sosial. Jika setiap individu tidak peduli dengan kondisi bangsa dan negaranya, maka persatuan dapat runtuh.

Ketiga, kurangnya kesadaran terhadap dampak globalisasi. Sangat realistis jika negara-negara asing selalu memiliki kepentingan terhadap Indonesia. Itu wajar. Namun yang tidak wajar adalah jika dalam kepentingannya itu, negara-negara asing memiliki keinginan untuk menguasai Indonesia. Maka tanpa kesadaran dari setiap anggota masyarakat, gangguan asing dapat menjadi ancaman terhadap persatuan. Dalam kehidupan sehari-hari, sikap ini dapat berwujud seperti tidak suka menggunakan produk dalam negeri sendiri, terlalu gandrung dengan kebudayaan asing atau tidak mencintai kebudayaan sendiri.

Keempat, provokatif. Tidak dapat disangkal bahwa ada sebagian kecil masyarakat yang merasa tidak puas dengan kinerja pemerintah atau karena tidak bersedia menerima kondisi lingkungannya sendiri. Mereka berimajinasi tentang sebuah kondisi ideal, namun melupakan kondisi riil. Mereka kemudian senang melakukan provokasi kepada masyarakat untuk melakukan kegaduhan-kegaduhan yang dapat mengancam persatuan. Contoh sehari-harinya adalah mencemarkan nama baik, menyebarkan berita bohong atau melakukan fitnah di media sosial.

Kelima, mudah termakan isu. Tidak semua anggota masyarakat memiliki tingkat literasi dan kontrol emosi yang baik. Mereka mudah termakan oleh isu, terutama saat ini dunia memasuki era digital, di mana hoaks, berita palsu, ujaran kebencian dan fitnah begitu massif muncul di media sosial. Hoaks, yang selalu membidik emosi massa, biasanya menggunakan isu SARA untuk merobek-robek persatuan sebuah bangsa.

Banyak masyarakat yang bersukur bahwa kita hidup di Indonesia, negara yang aman, damai dan bersatu. Di beberapa negara di dunia, kondisi demikian tidak bisa didapatkan. Mereka hidup dalam ketakutan dan ancaman. Konflik dan perang selalu terjadi. Tapi di Indonesia tidak demikian. Untuk itu persatuan harus dijaga sebagai salah satu aset penting dalam mempertahankan perdamaian dan kemerdekaan.

Sobat Revmen, kita bisa menjaga persatuan selama yang kita mau. Kuncinya adalah jangan egois dan selalu peduli. Mempertahankan persatuan bisa dimulai dari hal-hal kecil yang penting, seperti saling menghormati perbedaan, tidak mudah termakan isu, tidak sombong, selalu menghormati hukum, menjunjung solidaritas dan mencintai sesama anak bangsa. Seperti filosofi sapu lidi, “sendiri kita lemah, namun bersama-sama kita akan kuat.” Bersatu kita taguh! #AyoBerubah #GerakanIndonesiaBersatu

Referensi:

Amhistory.com. (2012). Available at: https://amhistory.si.edu/1942/campaign/campaign24.html#:~:text=It%20originated%20in%20the%20fourth,struggle%20for%20better%20working%20conditions. Diakses tanggal 26 Mei 2021.

Kemdikbud.go.id. (2021). Available at: http://ditsmp.kemdikbud.go.id/indahnya-keberagaman-dan-pentingnya-toleransi-di-indonesia/. Diakses tanggal 26 Mei 2021.

Kompas.com. (2020). Available at: https://www.kompas.com/skola/read/2020/09/11/162139269/makna-bersatu-kita-teguh. Diakses tanggal 26 Mei 2021.

Penulis: Robby Milana

Editor: Wahyu Sujatmoko

Bagaimana sikap yang baik ketika menghadapi sikap sikap dan perbuatan yang memecah belah bangsa

Diunggah oleh:

Administrator
Sekertariat Revolusi Mental

Satker Revolusi Mental

  • Bagaimana sikap yang baik ketika menghadapi sikap sikap dan perbuatan yang memecah belah bangsa

  • Bagaimana sikap yang baik ketika menghadapi sikap sikap dan perbuatan yang memecah belah bangsa

  • Bagaimana sikap yang baik ketika menghadapi sikap sikap dan perbuatan yang memecah belah bangsa