Bagaimana sikap orang yang beriman kepada Qada dan qadar saat sedang sakit

Jakarta -

Iman kepada Qada dan Qadar berarti percaya serta meyakini sepenuh hati bahwa Allah SWT memiliki kehendak, ketetapan, keputusan atas semua makhluk-Nya. Meski memiliki hubungan yang erat serta sama-sama mempengaruhi proses kehidupan manusia, Qada dan Qadar, arti serta pengertiannya berbeda.1. Pengertian Qada

Qada secara bahasa yang berarti hukum, ketetapan, dan kehendak Allah. Semua yang terjadi berasal dari Allah SWT, sang pemilik kehidupan. Sebelum adanya proses kehidupan, Allah sudah menuliskan apa saja yang akan terjadi. Baik itu tentang kebaikan, keburukan dan juga tentang hidup atau mati.

Allah sudah memerintahkan hambanya untuk percaya pada Qada. Dalam Al Qur'an Surah Al-Baqarah, Ayat 210, Allah berfirman:

هَلْ يَنْظُرُونَ إِلَّا أَنْ يَأْتِيَهُمُ اللَّهُ فِي ظُلَلٍ مِنَ الْغَمَامِ وَالْمَلَائِكَةُ وَقُضِيَ الْأَمْرُ ۚ وَإِلَى اللَّهِ تُرْجَعُ الْأُمُورُ

Arab-Latin: Hal yanẓurụna illā ay ya`tiyahumullāhu fī ẓulalim minal-gamāmi wal-malā`ikatu wa quḍiyal-amr, wa ilallāhi turja'ul-umụr Artinya: Tidak ada yang mereka tunggu-tunggu kecuali datangnya (azab) Allah bersama malaikat dalam naungan awan, sedangkan perkara (mereka) telah diputuskan. Dan kepada Allah-lah segala perkara dikembalikan.Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa semua perkara-perkara, ketetapan yang terjadi sudah diputuskan oleh Allah SWT.2. Pengertian Qadar

Qadar secara bahasa diartikan sebagai sebuah ketentuan atau kepastian dari Allah. Sedangkan secara istilah, qadar berarti sebuah penentuan yang pasti dan sudah ditetapkan oleh Allah SWT. Baik yang sudah terjadi, sedang terjadi, maupun yang akan terjadi.

Hadist tentang Qada dan Qadar:

Diriwayatkan dalam hadits riwayat Bukhari dan Muslim, Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya seseorang diciptakan dari perut ibunya selama 40 hari dalam bentuk nuthfah, 40 hari menjadi segumpal darah, 40 hari menjadi segumpal daging, kemudian Allah mengutus malaikat untuk meniupkan ruh didalamnya dan menuliskan empat ketentuan yaitu tentang rezeki, ajal, amal, dan (jalan kehidupan) sengsara atau bahagia." Hubungan Qada dan Qadar juga tidak bisa dipisahkan. Qada merupakan rencana dan Qadar adalah perwujudan atau kenyataan yang akan terjadi seperti yang sudah ditetapkan Allah SWT. Dalam Al Qur'an surah Al-Hijr ayat 21

وَإِنْ مِنْ شَيْءٍ إِلَّا عِنْدَنَا خَزَائِنُهُ وَمَا نُنَزِّلُهُ إِلَّا بِقَدَرٍ مَعْلُومٍ

Arab-Latin: Wa im min syai`in illā 'indanā khazā`inuhụ wa mā nunazziluhū illā biqadarim ma'lụm Terjemah Arti: "Dan tidak ada sesuatupun melainkan pada sisi Kamu-lah khazanahnya, dan Kami tidak menurunkannya melainkan dengan ukuran tertentu" Macam-macam Takdir1. Takdir MuallaqTakdir muallaq masih bisa berubah jika manusia berusaha mengubahnya. Misalnya seseorang yang miskin bisa menjadi kaya, ingin pintar, dan lain sebagainya. Semua itu harus melewati proses usaha yang keras untuk mencapai semuanya.Allah SWT dalam Al Qur'an Surah Ar-Ra'd Ayat 11 berfirman:

إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ ۗ وَإِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِقَوْمٍ سُوءًا فَلَا مَرَدَّ لَهُ ۚ وَمَا لَهُمْ مِنْ دُونِهِ مِنْ وَالٍ

Arab-Latin: Innallāha lā yugayyiru mā biqaumin ḥattā yugayyirụ mā bi`anfusihim, wa iżā arādallāhu biqaumin sū`an fa lā maradda lah, wa mā lahum min dụnihī miw wāl Artinya: Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.Takdir MubramTakdir Mubram adalah takdir yang tidak bisa diubah oleh manusia meskipun ikhtiar dan tawakal kepada Allah. Contohnya seperti kematian dan jodoh, semua itu sudah ditetapkan oleh Allah SWT.Allah SWT berfirman dalam Surah Al-A'raf ayat 34

وَلِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٌ ۖ فَإِذَا جَاءَ أَجَلُهُمْ لَا يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً ۖ وَلَا يَسْتَقْدِمُونَ

Arab-Latin: Wa likulli ummatin ajal, fa iżā jā`a ajaluhum lā yasta`khirụna sā'ataw wa lā yastaqdimụnArtinya: "Dan tiap-tiap umat memiliki, maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak dapat pula melanjutkannya." Hikmah Iman Kepada Qada dan Qadar· Selalu bersyukur atas nikmat yang diberikan Allah SWT, sebab percaya bahwa takdir Allah merupakan ketetapan yang terbaik bagi seluruh makhluk-Nya.· Selalu rendah hati bahwa segala sesuatu yang terjadi itu semua berkat kehendak Allah. · Selalu berjiwa optimis dan tidak putus asa saat merasakan kegagalan. Mungkin Allah akan menggantinya dengan cara lain yang lebih baik.· Membiasakan diri untuk bersikap sabar dan tawakal kepada Allah SWT.· Jiwa lebih tenang.

Simak Video "Silaturahmi Senior Golkar Usai Peresmian Masjid Baru di Markas Partai"



(lus/erd)

[:id] Sikap Seorang Muslim Dalam Menyikapi Wabah Covid-19

Wabah penyakit, seperti Corona Virus Infection Disease-19 (Covid-19), telah menjadi bagian dari sejarah manusia, dan juga telah terjadi pada masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam hidup. Salah satu wabah yang sering disebut oleh Rasulullah adalah penyakit tha’un. Perlu dicermati bahwa kata tha’un telah digunakan oleh masyarakat Arab secara luas sebelum masa Nabi.

Mengapa wabah bisa muncul?

Ditinjau dari sisi medis, munculnya wabah disebabkan oleh proses mutasi genetik dari bakteri atau virus. Diantara penyebab mutasi ini karena virus yang biasa tinggal di tubuh hewan sering terpapar dengan sel manusia (misalnya pada hewan yang dimakan), sehingga virus menyesuaikan diri dan akhirnya tinggal di sel tubuh manusia.

Apabila dari sisi syariat, tentu saja Allah yang menyebabkan terjadinya mutasi genetik tersebut. Adapun sebab lainnya adalah karena maksiat dan dosa manusia karena semua musibah itu karena ulah tangan manusia secara langsung atau dosa manusia.

Pada wabah Covid-19, penyakit yang ditimbulkan ini berbeda dengan jenis pneumonia biasa karena jenis virus yang berbeda pula. Bagian tubuh yang umumnya terserang adalah saluran pernapasan atas ringan hingga sedang, mirip seperti flu biasa. Diantara gejala yang muncul seperti pilek, batuk, sakit tenggorokan, sakit kepala, dan demam dengan masa inkubasi mencapai 14 hari.

Bagaimana sikap seorang muslim menghadapi wabah Covid-19?

Sebagai seorang muslim yang mengimani takdir dan ketentuan Allah, kita wajib meyakini bahwa musibah wabah yang terjadi saat ini di berbagai belahan dunia merupakan takdir yang telah Allah tetapkan jauh sebelum manusia diciptakan. Namun demikian, dalam menyikapi musibah yang sedang terjadi seorang muslim hendaknya memperhatikan beberapa hal berikut ini:

Setiap muslim hendaknya pasrah dan tawakkal kepada Allah atas segala sesuatu yang terjadi. Allah berfirman:

Bagaimana sikap orang yang beriman kepada Qada dan qadar saat sedang sakit

“Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. At-Taghabun: 11)

Kita harus ingat apabila kita menjaga aturan Allah, memperhatikan perintah dan menjauhi larangan-Nya, pastilah Allah akan menjaga kita pula. Dalam nasihat Rasulullah kepada Ibnu ‘Abbas disebutkan:

Bagaimana sikap orang yang beriman kepada Qada dan qadar saat sedang sakit

“Jagalah Allah, niscaya Allah akan menjagamu.” (HR. Tirmidzi, Ahmad, dan Al-Hakim)

  1. Mengingat keadaan seorang mukmin antara bersyukur dan bersabar

Dari Shuhaib ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

Bagaimana sikap orang yang beriman kepada Qada dan qadar saat sedang sakit

“Sungguh menakjubkan keadaan seorang mukmin. Seluruhnya urusannya itu baik. Ini tidaklah didapati kecuali pada seorang mukmin. Jika mendapatkan kesenangan, maka ia bersyukur. Itu baik baginya. Jika mendapatkan kesusahan, maka ia bersabar. Itu pun baik baginya.” (HR. Muslim).

  1. Melakukan ikhtiar dan sebab

Seorang muslim hendaknya melakukan sebab dan berbagai upaya untuk menanggulangi wabah dan musibah Covid-19 ini, baik sebab secara fisik (sebab kauni) maupun sebab secara syar’i (non fisik). Diantara upaya melakukan sebab secara fisik adalah dengan melakukan pencegahan secara individu dengan cara menjaga kebersihan diri dan lingkungan sekitar. Hal ini dapat dilakukan dengan cara:

  • Sering mencuci tangan dengan air dan sabun dengan langkah yang benar khususnya saat baru pulang dari bepergian, sebelum dan sesudah makan, dan lain-lain.
  • Menghindari untuk berjabat tangan secara langsung
  • Menjaga jarak dalam berinteraksi dengan orang lain (physical distancing) minimal 1,5 meter.
  • Menutup mulut saat bersin dan batuk dengan lengan atas dan segera mencuci tangan
  • Menggunakan masker saat keluar rumah dan beraktifitas diluar.
  • Sering membersihkan/mengelap permukaan benda seperti meja/kursi yang sering disentuh.
  • Hindari berkumpul tatap muka dengan banyak orang dan menunda kegiatan bersama (social distancing)

Adapun upaya dalam menempuh sebab non fisik (sebab syar’i) dapat dilakukan dengan cara:

  • Meyakini bahwa Allah telah menakdirkan segala sesuatu. Allah berfirman:

Bagaimana sikap orang yang beriman kepada Qada dan qadar saat sedang sakit

“Dan Allah menciptakan segala sesuatu dan menetapkan takdirnya dengan sebenar-benarnya.” (QS. al-Furqan: 2)

  • Menyempurnakan tawakal kepada Allah dan menyandarkan segala urusan kepada-Nya. Allah berfirman:

Bagaimana sikap orang yang beriman kepada Qada dan qadar saat sedang sakit

“Katakanlah; Tidak akan menimpa kami kecuali apa-apa yang telah ditetapkan Allah menimpa kami, Dia lah penolong bagi kami. Dan kepada Allah semata hendaknya orang-orang mukmin bertawakal.” (QS. At-Taubah : 51).

  • Kembali kepada Allah dan bertaubat kepada-Nya
  • Menempuh sebab-sebab (upaya nyata) untuk menghindar dari wabah. Allah berfirman:

Bagaimana sikap orang yang beriman kepada Qada dan qadar saat sedang sakit

“Dan janganlah kalian dengan sengaja menjerumuskan diri kalian menuju kebinasaan.” (QS. Al-Baqarah: 195)

  • Bersungguh-sungguh dalam mengambil informasi yang berkaitan dengan wabah ini dari sumber-sumber yang terpercaya dan ahli pada bidangnya.
  • bersungguh-sungguh dalam berdoa kepada Allah karena doa itulah intisari dari ibadah. Baik itu doa secara umum agar dihindarkan atau diangkat dari bencana yang menimpa, atau dengan doa-doa secara khusus seperti:
  • Membaca surat al-Falaq dan an-Naas
  • Membaca doa

Bagaimana sikap orang yang beriman kepada Qada dan qadar saat sedang sakit

“Allahumma inni a’uudzu bika minal barash wal junun wal judzam wa sayyi’il asqam”

Artinya: “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari penyakit belang, gila, kusta, dan dari segala penyakit yang buruk lainnya.”

  1. Merutinkan dzikir pagi dan petang

Dari ‘Utsman bin ‘Affan radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

Bagaimana sikap orang yang beriman kepada Qada dan qadar saat sedang sakit

“Tidaklah seorang hamba mengucapkan setiap pagi dari setiap harinya dan setiap petang dari setiap malamnya kalimat: Bismillahilladzi Laa Yadhurru Ma’asmihi Syai-Un Fil Ardhi Wa Laa Fis Samaa’ Wa Huwas Samii’ul ‘Aliim sebanyak tiga kali, maka tidak akan ada apa pun yang membahayakannya.” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi)

Mengingat wabah Covid-19 yang masih melanda di berbagai penjuru dunia, termasuk di Indonesia, maka sebagai seorang muslim yang beriman hendaknya senantiasa bersabar, bertawakal, dan memuji kepada Allah, serta agar selalu menerapkan pola hidup sehat dengan selalu menjaga kebersihan diri, mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang, dan rutin menjaga kebugaran tubuh dengan berolahraga.

Penulis:

Sri Patmawati, AMK

071002238[:]