Bagaimana seharusnya sikap remaja dalam menghadapi perkembangan fisik yang tidak sempurna

Remaja zaman now memiliki kemampuan yang begitu unik dan beragam. Mereka adalah pribadi multi talenta, apalagi dengan dukungan teknologi masa kini yang berbasis internet. Kemudahan mengakses media sosial dan teknologi sangat mendukung eksistensi jiwa muda remaja dengan segala rasa ingin tahunya. 

Sikap kreatif dan produktif menyikapi perkembangan zaman now merupakan kelebihan yang harus terus dipertahankan. Orang tua harus mendukungnya dengan memadukan kemajuan teknologi dengan nilai-nilai positif, yaitu kesantunan dan kemauan untuk belajar. 

Di sisi lain, ada kelemahan yang sangat mudah bisa dilihat, yaitu terjadinya krisis mental dan karakter terpuji dari anak muda zaman now. Mental mereka mudah sekali down atau putus asa, atau istilahnya “baperan”. Berani mencoba tapi juga mudah putus asa, mudah sakit hanya karena masalah sepele, kurang tekun berusaha, dan mudah merasa lelah. Bahkan, anak muda saat ini cenderung sangat mudah terkena penyakit psikis. 

Penyakit psikis adalah penyakit akibat masalah kejiwaan atau kepribadian yang rapuh dari remaja saat ini dan menimbulkan penyakit yang terlihat pada fisik, seperti mag, buang-buang air, jantung, dan sebagainya. 

Lalu, bagaimana cara menghadapi remaja seperti ini? Berikut tips untuk mengatasinya: 

1. Kerja Sama Orang Tua

Banyak orang tua yang belum menyadari bahwa pola asuh yang selama ini diterapkan di rumah dan di sekolah ternyata belum sesuai. Orang tua sering merasa kasihan karena anak masih terlalu muda sehingga banyak mengalah kepada anak. Padahal, orang tua sendiri yang nanti repot di kemudian hari. Sikap mandiri dan mampu mengatasi masalah sekecil apa pun seharusnya sudah ditanamkan sejak anak kecil. 

Hal ini bisa dilakukan tanpa harus takut mengurangi rasa kasih sayang. Menyayangi anak bukan berarti membiarkannya tumbuh dalam mental yang lemah atau terlalu melindunginya. Justru hal ini akan membahayakan anak saat sudah remaja atau dewasa. 

Terbiasa dibantu, dimudahkan, dituruti segala kemalasan dan kemauannya tidak baik untuk mentalnya saat anak dewasa. Contohnya adalah saat di sekolah, banyak guru mengeluhkan anak mudah sekali izin tidak masuk karena sakit sepele. Padahal, penyebab sebenarnya adalah rasa malas ke sekolah, takut menghadapi ujian, serta menghindari mata pelajaran tertentu. 

Dalam hal ini, butuh peran orang tua yang bijak dan selalu memotivasi, di mana pun merkea belajar, pasti akan menemui masalah seperti itu. Masalah bukan untuk dihindari, melainkan dihadapi. 

2. Melatih Keterbukaan dalam Berkomunikasi

Melatih anak untuk selalu terbuka dan mau membicarakan semua yang terjadi dalam hidupnya memang bukanlah hal yang mudah. Tapi, bukannya tidak mungkin. Pengalaman mengajarkan, anak yang terbiasa bicara terbuka jarang terkena sakit psikis. Mereka hanya butuh didengarkan dan dimotivasi oleh orang terdekatnya yang dianggap paling memahaminya. 

Banyak remaja mengeluh, orang tua kurang mau mendengarkan mereka sehingga mereka tidak tahu harus berbicara kepada siapa. Alasan sibuk dan asyik dengan permasalahan keluarga sering jadi pemicu orang tua melupakan anaknya. Orang tua lupa, bahwa anak atau remaja juga punya hak untuk diperhatikan dan dilibatkan sehingga mereka bisa memahami apa yang terjadi dalam keluarga. 

3. Memberi Kepercayaan

Remaja zaman now yang diberi kepercayaan besar dan dilatih sejak dini biasanya tumbuh menjadi pribadi yang kuat. Tentu banyak trial and eror-nya, namun orang tua harus terus membiasakan melatih anak mengenal yang baik dan buruk. 

Mendidik remaja untuk tumbuh dengan karakter yang kuat memang melelahkan di awal, namun percayalah, Anda sendiri yang akan menikmati hasilnya. Kerja keras mengenalkan peraturan, keterbukaan, dan permasalahan akan menguatkan saat anak dewasa. Orang tua pun tidak akan lagi capek di hari tuanya. 

Demikian tips untuk menghadapi masalah psikis pada remaja zaman now. Semoga bermanfaat. (AH)

image source: https://www.momjunction.com/wp-content/uploads/2015/11/Common-Problems-Of-Adolescence.jpg

Halodoc, Jakarta – Perubahan fisik pasti akan terjadi seiring dengan bertambahnya usia. Namun, perubahan yang paling nyata terlihat adalah saat seseorang memasuki usia remaja atau pubertas. Sebelumnya perlu diketahui, pubertas merupakan suatu tahap perkembangan seorang anak menjadi dewasa secara seksual.

Salah satu perubahan yang akan terlihat adalah bentuk fisik yang mulai menyerupai orang dewasa. Umumnya, pubertas pada perempuan akan terjadi pada rentang usia 10–14 tahun dan usia 12–16 tahun pada laki-laki. Perubahan tubuh pada masa ini terjadi karena peran hormon, salah satunya hormon pertumbuhan di masa pubertas. 

Mengetahui Perubahan Tubuh yang Akan Terjadi 

Sangat penting bagi orangtua untuk mendampingi perkembangan dan perubahan fisik remaja. Dengan begitu, ibu dan ayah bisa memberikan pengertian yang baik, sehingga anak  bisa mengerti dengan baik apa yang tengah terjadi pada tubuhnya. Berikut perkembangan dan perubahan fisik remaja yang perlu diketahui! 

  • Perubahan Fisik pada Perempuan 

Remaja perempuan akan mengalami berbagai macam perubahan pada tubuh, mulai dari payudara yang tumbuh, bulu halus pada ketiak dan area kemaluan, hingga terjadi menstruasi. Orangtua disarankan untuk terus mendampingi anak selama menghadapi perubahan-perubahan tersebut. Selain itu, katakan pada remaja bahwa itu adalah hal yang wajar dan terjadi secara alami. 

Saat memasuki masa pubertas, payudara remaja perempuan akan mulai tumbuh. Pertumbuhan payudara umumnya akan terjadi pada usia 8–13 tahun dan dimulai dari area puting. Penting untuk orangtua mengetahui tahapan perkembangan payudara yang normal. Selain itu, ajak remaja untuk rutin melakukan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI).

Langkah ini bertujuan untuk mendeteksi kondisi serius pada payudara sejak dini, seperti kista atau kanker payudara. SADARI dilakukan dengan cara melihat dan meraba payudara, apakah ada hal yang tidak wajar. Selain pada payudara, perubahan juga akan terjadi di area kelamin yang ditandai dengan pertumbuhan bulu halus. 

Remaja perempuan juga akan mulai mengalami menstruasi. Hal ini menyebabkan darah keluar dari area intim perempuan. Beri tahu pada anak bahwa hal ini wajar. Menstruasi terjadi karena sel telur tidak dibuahi yang pada akhirnya akan luruh dan keluar menjadi daerah melalui Miss V. 

  • Perubahan Fisik pada Laki-laki

Remaja laki-laki yang memasuki pubertas juga akan mengalami perubahan fisik. Hal ini membuat anak mengalami  perubahan ukuran testikel dan penis yang membesar. Berbeda dengan perempuan,  tidak ada patokan pada usia berapa perubahan ukuran dan bentuk fisik anak laki-laki akan terjadi. Bertambahnya ukuran Mr. P bisa terjadi sejak usia 9 tahun atau lebih dewasa, meski sebagian remaja berusia 15 tahun yang masih belum mengalaminya. Dan hal itu normal. 

Remaja laki-laki juga mengalami pertumbuhan bulu halus pada area ketiak dan kemaluan. Selain itu, pubertas juga membuat suara remaja laki-laki menjadi lebih berat. Hal ini  terjadi karena pembesaran ukuran laring, yaitu organ di mana pita suara terletak, akan membuat suara remaja laki-laki terdengar lebih berat. Hal ini normal dan lagi-lagi tidak ada patokan pada usia berapa perubahan ini akan terjadi.

Punya masalah kesehatan dan butuh saran dokter segera? Pakai aplikasi Halodoc saja. Kamu bisa dengan mudah menghubungi dokter melalui Video/Voice Call dan Chat, kapan dan di mana saja tanpa perlu ke luar rumah. Dapatkan informasi seputar kesehatan dan tips hidup sehat dari dokter terpercaya. Yuk, download Halodoc sekarang di App Store dan Google Play!  

Bagaimana seharusnya sikap remaja dalam menghadapi perkembangan fisik yang tidak sempurna

Referensi:
Medline Plus. Diakses pada 2020. Puberty.
Medline Plus. Diakses pada 2020. Puberty in girls.
Kids Health. Diakses pada 2020. The Nemours Foundation. All About Puberty.

Bagaimana seharusnya sikap remaja dalam menghadapi perkembangan fisik yang tidak sempurna

Bagaimana seharusnya sikap remaja dalam menghadapi perkembangan fisik yang tidak sempurna
Lihat Foto

shutterstock.com

Masalah pubertas menjadi masalah orangtua. Mereka bertanggung jawab penuh terhadap persiapan anak menghadapi pubertas. Jangan sampai anak-anak tidak siap dan tidak memiliki pengetahuan pubertas yang jelas.

KOMPAS.com - Pubertas menjadi masa transisi dari anak-anak menuju dewasa. Terdapat perubahan fisik, psikis, dan pematangan fungsi seksual saat pubertas.

Tidak semua remaja mengerti dan siap terhadap perubahan tersebut ketika masa puber. Di samping itu banyak pula orangtua yang enggan menanyakan atau membicarakan hal tersebut, terutama pada anak perempuan.

Dilansir dari Kompas.com, masa puber harus sering dibahas atau dibicarakan antara orangtua dan anak, bahkan sebelum mereka memasuki masa puber.

Orangtua sebagai teman

Dokter kandungan dari Loyola University Health System di Maywood III, dr. Akua Afriyie mengatakan kebanyakan anak remaja di masa pubertas tanpa pengetahuan yang cukup.

Pubertas umumnya dimulai pada umur 8-9 tahun dengan tumbuhnya rambut halus disekitar ketiak dan organ intim.

Baca juga: Masa Pubertas dan Ciri-cirinya

Kemudian diikuti pertumbuhan payudara pada umur 9-10 tahun menstruasi rata-rata pada umur 12 tahun pada perempuan. Untuk laki-laki mengalami mimpi basah.

Anggap anak layaknya seorang teman. Orangtua bisa membuka obrolan atau diskusi dengan menanyakan apakah ada teman-temannya yang sudah berubah secara fisik.

Misalnya mulai terlihat jakun, berkumis, berjenggot untuk laki-laki dan untuk teman-teman perempuan yang sudah menggunakan bra atau menstruasi.

Bangun kedekatan dengan anak, sehingga orangtua bisa mendampingi selama masa puber. Sering mengajak diskusi atau ngobrol ringan bisa menghilangkan jarak antara orangtua dan anak.

Orangtua sebagai pendidik

Dilansir dari buku The Anger Habbit in Parenting (2005) karya Carl Semmelroth, orangtua harus lebih terbuka baik dalam memahami masa puber dalam anak dan setiap informasi mengenai pubertas pada anak remaja.