Diketahui bahwa kedatangan bangsa Barat ke Indonesia dimulai sekitar abad ke-15 M, yakni ketika para pelaut Spanyol berhasil mendarat di Maluku. Kedatangan para pelaut Spanyol ini kemudian diikuti oleh negara-negara Barat lainnya seperti Portugis hingga Inggris. Kedatangan bangsa Barat ke Indonesia menuai beragam reaksi dari masyarakat Indonesia, berikut ini proses kedatangan bangsa Barat dan reaksi masyarakat Indonesia.
Dengan demikian, pada awal kedatangan bangsa Barat ke Indonesia masyarakat merespon dengan baik, akan tetapi dalam perkembangannya banyak terjadi pertentangan dan perlawanan oleh masyarakat Indonesia atas sikap dan tindakan yang dilakukan oleh bangsa Barat. Kedatangan bangsa-bangsa Barat ke Indonesia diawali dengan maksud untuk melakukan perdagangan rempah-rempah. Dengan maksud tersebut, reaksi rakyat pribumi menyambut dengan ramah kedatangan bangsa Barat. Namun lama-kelamaan tujuan tersebut berkembang menjadi menguasai bangsa Indonesia dan memonopoli perdagangan rempah-rempah di Indonesia. Keuntungan berlipat dari perdagangan di Nusantara membuat para pengusaha Belanda berlomba-lomba ke Indonesia. Belanda sampai membuat kongsi dagang VOC, namun keberadaan VOC ini semakin menyengsarakan rakyat sehingga timbul kebencian terhadap Belanda dan rakyat pun melakukan berbagai perlawanan. Setelah VOC bubar, Indonesia berada di bawah kolonialisme Kerajaan Belanda. Pemerintahan Hindia Belanda mengatur segala aspek kehidupan di Nusantara. Kebijakan-kebijakan yang diberlakukan pemerintah Kolonial Belanda di Nusantara menyebabkan rakyat semakin sengsara dan menderita. Sehingga perlawanan pun terus dilakukan terhadap kekejaman pemerintah kolonial.
Kedatangan Bangsa Eropa di berbagai wilayah Indonesia mengundang beragam reaksi. Ada yang mau menerima dan bekerja sama, ada pula yang mengadakan perlawanan. Salah satu Bangsa Eropa yang mendapat reaksi perlawanan dari masyarakat Indonesia adalah Portugis. Portugis merupakan Bangsa Eropa pertama yang telah menanamkan kekuasaan di kawasan Malaka dan Maluku. Berdasarkan buku Ilmu Pengetahuan Sosial Terpadu Kelas 8 karya Nana Supriatna (2010: 66), di bawah pimpinan Alfonso D’Albuquerqee, Bangsa portugis meluaskan pengaruh dan perdagangannya ke berbagai wilayah di Indonesia. Alfonso mengirim pasukannya ke Aceh, kemudian menuju Maluku. Tidak ketinggalan, Bangsa Portugis memperkuat kedudukannya dengan menguasai kegiatan perdagangan rempah-rempah di Maluku. Dominasi perdagangan ini sangat merugikan rakyat Indonesia, terutama daerah Malaka dan Maluku. Akibat perlakuan Bangsa Portugis yang semena-mena, Bangsa Indonesia memutuskan mengadakan perlawanan. Perlawanan ini juga dilatarbelakangi untuk mengusir penjajah Eropa. Lantas bagaimana jalannya perlawanan yang menjadi reaksi masyarakat terhadap kedatangan Bangsa Portugis di Indonesia? Simak penjelasan lengkapnya berikut ini yang dirangkum beberapa sumber. Perlawanan dilakukan masyarakat Indonesia diberbagai pulau. Foto: PixabayReaksi Masyarakat Terhadap Kedatangan Bangsa Portugis di IndonesiaMengutip buku Ilmu Pengetahuan Sosial SMP Kelas VIII oleh Sugiharsono dkk, (2008: 58) perlawanan terhadap Bangsa Portugis di antaranya adalah perlawanan Ternate, perlawanan Demak, dan perlawanan Aceh. 1. Perlawanan Kesultanan Ternate Perlawanan rakyat Maluku terhadap Bangsa Portugis dipimpin oleh Sultah Hairun dan Sultan Baabullah. Perlawanan ini terjadi pada tahun 1575. Penyebabnya, rakyat Maluku tidak suka dengan kedatangan pedagang Portugis yang ingin menguasai rempah-rempah. Melihat tanda-tanda bahwa Bangsa Portugis ingin memonopoli perdagangan, perlawanan mulai dilakukan sejak 1572. Namun, perlawanan yang dilakukan rakyat Maluku ini mengalami kegagalan. Hal itu disebabkan peralatan perang Bangsa Portugis lebih lengkap, serta tidak adanya kerja sama di antara pasukan kerajaan Maluku. 2. Perlawanan Kesultanan Demak Ini terjadi akibat dominasi Portugis di Malaka telah mendesak dan merugikan kegiatan perdagangan orang-orang Islam. Oleh karena itu, Sultan Demak, Raden Patah mengirim pasukannya di bawah Pati Unus untuk membantu menyerang Portugis di Malaka. Pati Unus melancarkan serangannya pada tahun 1512-1513. Serangan ini belum berhasil. Kemudian pada tahun 1527, tentara Demak kembali melancarkan serangan terhadap Portugis yang mulai menanamkan pengaruhnya di Sunda Kelapa. Di bawah pimpinan Fatahillah, tentara Demak berhasil mengusir Portugis dari Sunda Kelapa. Nama Sunda Kelapa kemudian diubah menjadi Jayakarta. 3. Perlawanan Kesultanan Aceh Sebagaimana telah disebutkan, setelah menguasai Malaka, Portugis kemudian mengirimkan pasukannya untuk menundukkan Aceh. Usaha ini pun mengalami kegagalan. Serangan Portugis ke Aceh menunjukkan bahwa kekuasaan Portugis di Malaka telah mengancam dan merugikan Aceh. Apalagi kegiatan monopoli perdagangannya yang sangat menyulitkan rakyat Aceh. Untuk mengusir Portugis dari Malaka, Aceh kemudian menyerang kedudukan Portugis di Malaka. Pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1607-1639), armada kekuatan Aceh telah disiapkan untuk menyerang kedudukan Portugis di Malaka. Saat itu, Aceh telah memiliki armada laut yang mampu mengangkut 800 prajurit. Bahkan, wilayah Kerajaan Aceh telah sampai di Sumatera Timur dan Sumatera Barat. Tahun 1629, Aceh mencoba menaklukkan Portugis. Penyerangan yang dilakukan Aceh ini belum berhasil mendapat kemenangan. Meskipun begitu, Aceh tetap berdiri sebagai kerajaan yang merdeka. |