Bagaimana pengenaan tarif pajak berdasarkan tarif proporsional

Cari soal sekolah lainnya

KOMPAS.com – Salah satu unsur yang ada dalam asas pemungutan pajak adalah keadilan, baik keadilan dalam prinsip maupun keadilan dalam pelaksanaannya.

Untuk mencapai keadilan, salah satunya dilakukan dengan cara penentuan tarif pajak.

Dilansir dari buku Hukum Pajak (2013) karya Wirawan B. Ilyas dan Richard Burton, dijelaskan bahwa tarif pajak yang ada saat ini dibedakan menjadi empat jenis, yaitu:

Tarit tetap merupakan tarif pemungutan pajak yang besar nominalnya tetap tanpa memperhatikan jumlah yang dijadikan dasar pengenaan pajak.

Misalnya adalah tarif bea meterai, berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 24 tahun 2000 tarif bea meterai adalah Rp 3.000 dan Rp 6.000.

Baca juga: Asas-Asas Pemungutan Pajak

  • Tarif proporsional (sebanding)

Tarif proporsional adalah tarif pemungutan pajak yang menggunakan presentase tetap tanpa memperhatikan jumlah yang dijadikan dasar pengenaan pajak.

Contohnya adalah pajak bumi dan bangunan menggunakan tarif proporsional sebesar 0,5 persen, pajak pertambahan nilai menggunakan tarif proporsional sebesar 10 persen, dan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan menggunakan tarif proporsional sebesar 5 persen.

Karena tarif proporsional ini hanya menggunakan satu tarif yang presentasenya tetap, maka tarif ini sering disebut sebagai tarif tunggal.

  • Tarif progresif (meningkat)

Dalam buku Hukum Pajak (2016) karya Erly Suandi, dijelaskan bahwa tarif progresif adalah tarif pajak yang presentasenya semakin besar apabila dasar pengenaan pajaknya meningkat.

Baca juga: Penggolongan Pajak di Indonesia

Jumlah pajak yang terutang akan berubah sesuai dengan perubahan tarif dan perubahan dasar pengenaan pajaknya.

Misalnya, tarif pajak penghasilan untuk pendapatan kena pajak (PKP) yaitu:

  1. Rp0,00 sampai dengan Rp25.000.000,00 tarifnya sebesar 5% persen.
  2. Rp25.000.000,00 sampai dengan Rp50.000.000,00 tarifnya sebesar 10 persen.
  3. Rp50.000.000,00 sampai dengan Rp100.000.000,00 tarifnya sebesar 15 persen.
  4. Rp100.000.000,00 sampai dengan Rp200.000.000,00 tarifnya sebesar 25 persen.
  5. Rp200.000.000,00 ke atas, tarifnya sebesar 35 persen.

Tarif degresif adalah tarif pajak yang presentasenya semakin kecil apabila dasar pengenaan pajaknya meningkat. Jumlah pajak yang terutang akan berubah sesuai dengan perubahan tarif dan perubahan dasar pengenaan pajaknya.

Khusus tarif degresif tidak pernah digunakan dalam praktik perundang-undangan perpajakan di Indonesia.

Baca juga: Sistem Pemungutan Pajak

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Cari soal sekolah lainnya

Raja nainggolan nama indeks yang tepat untuk sistem kearsipan abjad adalah.

Pak ahmad membutuhkan sepeda motor untuk keperluannya sehari-hari. Namun, ia belum mempunyai cukup uang. Untuk mengatasi masalah tersebut, pak ahmad d … apat menggunakan jasa lembaga keuangan, yaitu …​.

Salah satu kelebihan dari organisasi fungsional adalah, kecuali. A. Memiliki tenaga ahli di bidangnya B. Pembagian kerja jelas C. Kemudahan pengoordin … asian D. Adanya spesialisasi E. Solidaritas yang tinggi​.

• mengapa variabel demografi sering kali tidak cukup/memadai dalam segmentasi pasar jasa? berilah contohnya!.

Komponen penting atau komponen utama setiap manajer untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan adalah.

Aldi menyimpan uang di bank , selanjutnya bank memberi aldi kartu atm agar aldi tidak perlu datang ke bank saat melakukan penarikan uang tunai. Produk … bank yang dimanfaatkan oleh aldi adalah.

Struktur apbd antara satu daerah dengan daerah lain bisa berbeda karena​.

Adanya transaksi pembebanan oleh bank sehubungan dengan pemanfaatan fasilitas bank yg sudah dicatat bank tetapi belum dicatat oleh perusahaan dicatat … dalam akun​.

Apbn mempunyai beberapa fungsi yang integratif dan sinergis dalam mendukung pembangunan. Penerapan fungsu perencanaan dalam apbn yang benar yaitu​.

Sholih menderita sakit, sehingga ia tidak bisa melaksanakan sholat Jum’at secara berjama’ah di masjid. Oleh sebab itu, yang perlu ia lakukan adalah…. … ​.

Tarif pajak merupakan dasar pengenaan pajak atas objek pajak yang menjadi tanggung jawab wajib pajak. Biasanya tarif pajak berupa persentase yang sudah ditentukan oleh pemerintah. Ada berbagai jenis tarif pajak dan setiap jenis pajak pun memiliki nilai tarif pajak yang berbeda-beda. Dasar pengenaan pajak merupakan nilai dalam bentuk uang yang dijadikan dasar untuk menghitung pajak terutang.

Secara struktural, tarif pajak dibagi menjadi 4 jenis, antara lain:

  1. Tarif Progresif (a progressive tax rate).
  2. Tarif Degresif (a degressive tax rate).
  3. Tarif Proporsional (a proportional tax rate).
  4. Tarif Tetap/regresif (a fixed tax rate).

Tarif Progresif

Tarif pajak progresif merupakan tarif pungutan pajak yang mana persentase akan naik sebanding dengan dasar pengenaan pajaknya.

Di Indonesia itu sendiri, tarif pajak progresif ini diterapkan untuk pajak penghasilan (PPh) wajib pajak orang pribadi, seperti:

  • Lapisan penghasilan kena pajak (PKP) sampai Rp50 juta, tarif pajaknya 5%.
  • Lapisan PKP lebih dari Rp50 – Rp250 juta, tarif pajaknya 15%.
  • Lapisan PKP lebih dari Rp250 -Rp500 juta, tarif pajakya 25%.
  • Lapisan PKP di atas Rp500 juta, tarif pajaknya 30%.

Tarif Degresif

Tarif degresif ini kebalikan dari tarif progresif. Artinya, tarif pajak ini merupakan tarif pajak yang persentasenya akan lebih kecil dari jumlah yang dijadikan dasar pengenaan pajak tinggi. Atau, persentase tarif pajak akan semakin rendah ketika dasar pengenaan pajaknya semakin meningkat.

Jadi, jika persentasenya semakin kecil, jumlah pajak terutang tidak ikut mengecil. Melainkan bisa jadi lebih besar karena jumlah yang dijadikan dasar pengenaan pajaknya semakin besar.

Tarif Proporsional

Tarif proporsional merupakan tarif yang persentasenya tetap meski terjadi perubahan terhadap dasar pengenaan pajak. Jadi, seberapa pun jumlah objek pajak, persentasenya akan tetap.

Contohnya adalah Pajak Pertambahan Nilai (10%) dan PBB (0,5%) dari berapa pun objek pajaknya.

Tarif Tetap/Regresif

Tarif tetap atau tarif pajak regresif adalah tarif pajak yang nominalnya tetap tanpa memerhatikan jumlah yang dijadikan dasar pengenaan pajaknya.

Tarif tetap juga dapat diartikan sebagai tarif pajak yang akan selalu tetap sesuai dengan peraturan yang telah diberlakukan, seperti Bea Meterai dengan nilai atau nominal sebesar Rp3.000 dan Rp6.000.

Pada dasarnya tarif pajak dipungut berdasarkan atau sesuai dengan pengelompokan jenis-jenis pajak.

Nah, mari simak ulasan pengelompokan pajak di bawah ini.

Pengelompokan Pajak

Berdasarkan golongannya pajak terbagi menjadi 2, yaitu pajak langsung dan pajak tidak langsung.

Pajak langsung merupakan pajak yang bebannya ditanggung sendiri oleh wajib pajak dan tidak bisa dilimpahkan kepada orang lain (contoh: Pajak Penghasilan (PPh)). Sedangkan pajak tidak langsung merupakan pajak yang bebannya bisa dialihkan oleh pihak lain (contoh: Pajak Pertambahan Nilai).

Berdasarkan sifatnya, pajak terbagi menjadi 2 sifat, yakni pajak subjektif dan pajak objektif.

Pajak subjektif adalah pajak yang melihat dan memerhatikan keadaan wajib pajak. Jadi, pajaknya berpangkal pada subjeknya (contoh: Pajak Penghasilan (PPh)). Sedangkan pajak objektif memiliki arti sebaliknya (contoh: Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM)).

Selanjutnya, berdasarkan lembaga pemungutannya. Lembaga pemungutan pajak terbagi menjadi 2, yaitu pusat dan daerah.

Pajak pusat merupakan pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan pajaknya digunakan untuk biaya pengeluaran atau biaya rumah tangga negara (contoh: PPh, PPN, Bea Meterai, dan PPnBM).

Sedangkan pajak daerah dipungut oleh pemerintah daerah untuk biaya rumah tangga daerah.

Pajak daerah sendiri terdiri dari Pajak Provinsi (contoh: Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor) dan Pajak Kabupaten/Kota (contoh: Pajak Restoran, Pajak Hotel, dan Pajak Hiburan).

Lakukan Kewajiban Perpajakan dengan OnlinePajak

Kini melakukan kewajiban perpajakan sudah semakin mudah. Anda dapat melakukan hitung, setor dan lapor kapan saja dan di mana saja hanya dengan sekali klik dalam satu aplikasi terpadu. Semua itu bisa Anda mulai bersama OnlinePajak. OnlinePajak merupakan aplikasi berbasis web, sehingga Anda hanya perlu gadget yang terhubung dengan jaringan internet.

OnlinePajak memiliki hitung otomatis yang mampu membantu Anda dalam menghitung seberapa besar pajak terutang yang perlu Anda setorkan. Bayar pajak pun dapat dilakukan secara cepat dan mudah melalui fitur PajakPay OnlinePajak. Jangan lupa, setelah setor pajak, laporkan pajak Anda melalui fitur e-Filing OnlinePajak. Membuat faktur pajak, melaporkannya, mengirimkannya kepada klien pun dapat Anda lakukan di aplikasi OnlinePajak. Tunggu apa lagi? Ayo daftar sekarang!