Bagaimana peluang penerapan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari khususnya di kalangan pelajar di era digital seperti ini?

Jakarta, Ditjen Aptika – Memasuki era globalisasi, Pancasila sebagai ideologi berbangsa dan bernegara menghadapi tantangan dalam penerapan di keseharian masyarakat. Masuknya ideologi alternatif melalui internet ke dalam sendi-sendi kehidupan masyarakat di Indonesia tak terbendung.

“Di era digital ini penerapan Pancasila sebagai ideologi berbangsa dan bernegara menghadapi tantangan dengan munculnya budaya asing yang menggeser budaya leluhur,” kata CEO Media Kupas Tuntas Grup, Donald Harris Sihotang dalam Webinar Literasi Digital bertema Pemanfaatan Internet Sebagai Sarana Edukasi Guna Memperkuat Pancasila, Kamis (22/9/2022).

Menurut Donald, sejatinya Pancasila merupakan ideologi terbuka dalam menyerap nilai-nilai baru yang dapat bermanfaat bagi kelangsungan hidup bangsa. Namun, diperlukan kewaspadaan nasional terhadap ideologi baru.

“Maraknya penyebaran hoaks dan informasi yang memecah belah bangsa dan negara, dimana hal itu melanggar nilai yang terkandung dalam sila ketiga Pancasila yaitu Persatuan Indonesia,” imbuhnya memberi contoh.

Ditambahkan pula, terjadi pula kemerosotan nilai-nilai moral yang mengancam eksistensi nilai-nilai luhur bangsa. Selain itu, terkikisnya rasa empati dan peduli terhadap sesama.

Lihat juga: Warganet Meningkat, Indonesia Perlu Tingkatkan Nilai Budaya di Internet

Adapun strategi untuk menguatkan rasa nasionalisme dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, menurut Donald, dapat dilakukan melalui pendidikan formal, memberikan pendidikan karakter berdasarkan nilai-nilai pendidikan Ki Hajar Dewantara, dan menguatkan rasa nasionalisme melalui pendekatan budaya populer semisal musik, film dan olahraga.

“Pancasila tidak hanya menghafalkan butir-butir dari kelima sila, melainkan memahami arti dari setiap sila dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan masyarakat,” tegas Donald.

Sementara itu Dosen Komunikasi Universitas Mercu Buana, Dudi Iman Hartono mengatakan pengamalan Pancasila melalui P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila) melalui pendidikan formal kepada generasi Baby Boomer atau generasi X, saat ini sudah tidak bisa dilakukan terhadap generasi Z.

“Anak-anak muda atau generasi Z tidak suka membaca. Mereka lebih menyukai visual daripada teks yang naratif. Generasi Z lebih membutuhkan contoh atau teladan dari generasi sebelumnya, yaitu generasi Baby Boomer atau generasi X,” kata Dudi yang juga jurnalis senior itu.

Perkembangan media digital di era internet menuntut media mengedepankan kecepatan dalam menyampaikan informasi kepada publik. Era media daring menjadi contoh konkret dimana terjadi praktik mengedepankan kecepatan dalam menyampaikan informasi kepada publik daripada media cetak atau TV dan radio.

“Namun kecepatan dalam konteks berita seringkali membuat awak media maupun masyarakat lupa harus melakukan verifikasi. Di sinilah hoaks bermunculan. Sebab itu, saring informasi yang masuk sebelum di-sharing,” ujar Dudi.

Lihat juga: Menkominfo: Terus Sajikan Informasi Aktual untuk Cerahkan Masyarakat dari Hoaks

Senada dengan Dudi, presenter Zahra Salimah mengatakan perlu terobosan dalam menanamkan Pancasila sebagai ideologi kepada generasi muda di tengah perkembangan internet dan kemajuan teknologi.

Zahra memberikan rekomendasi implementasi nilai-nilai Pancasila di era globalisasi. Salah satunya memanfaatkan kemajuan teknologi yang menarik bagi generasi muda dan masyarakat. Selain itu, membumikan nilai-nilai Pancasila melalui pendidikan dan pembelajaran berkesinambungan yang berkelanjutan di semua lini dan wilayah.

“Pancasila saat ini diajarkan dan diperkuat melalui mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKN) dengan menekankan pada teori dan praktek. Implementasi nilai-nilai Pancasila akan lebih mudah terlihat dalam praktek berbangsa dan bernegara jika Pancasila menjadi rujukan,” katanya.

Lebih lanjut Zahra menambahkan, menanamkan kesadaran terhadap potensi bahaya gangguan dari luar yang dapat merusak ideologi Pancasila sangat penting.

“Untuk itu kita wajib memanfaatkan kemajuan internet dengan tepat guna dalam upaya mempertahankan identitas bangsa serta meningkatkan ketahanan mental dan ideologi bangsa,” tuturnya.

Indonesia Makin Cakap Digital

Webinar Literasi Digital ini merupakan bagian dari program Literasi Digital Nasional #IndonesiaMakinCakapDigital. Dirjen Aplikasi Informatika, Semuel Abrijani Pengerapan memberikan apresiasi kepada semua pihak yang telah bekerjasama dalam menyelenggarakan kelas literasi digital.

“Saya berharap kegiatan ini dapat mendorong terciptanya talenta-talenta digital baru di Indonesia yang lebih berkualitas dan siap membantu mewujudkan visi Indonesia digital,” ucap Dirjen Semuel dalam sambutannya.

Berdasarkan hasil survei di tahun 2021, indeks literasi digital Indonesia berada di angka 3,49 atau naik dari pencapaian tahun sebelumnya 3,46. Angka tersebut masih kategori sedang belum mencapai kategori baik.

“Oleh karena itu, tugas kita bersama untuk membekali masyarakat dengan kemampuan literasi digital agar selalu siap mengawal percepatan transformasi digital,” tutur Semuel.

Lihat juga: Kominfo Targetkan 12,5 Juta Masyarakat Terliterasi Digital Setiap Tahun

Pemerintah menargetkan pada 2024 ada 50 juta orang yang sudah terliterasi digital. Untuk itu, Kementerian Kominfo bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi serta mitra dan jejaringnya hadir untuk memberikan pelatihan digital yang menjadi kemampuan dasar bagi seluruh lapisan masyarakat di Indonesia.

Pelatihan yang diberikan berbasis pada empat pilar yaitu Kecakapan Digital, Etika Digital, Keamanan Digital, dan Budaya Digital. Hingga 2021 lalu program tersebut telah berhasil menjangkau lebih dari 12 juta masyarakat di 514 kabupaten/kota dan 34 provinsi di seluruh Indonesia. (lg)

Bagaimana peluang penerapan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari khususnya di kalangan pelajar di era digital seperti ini?

Pada artikel kali ini gua akan melakukan pembahasan soal mata pelajaran PPKN, yaps semakin sering kita melakukan pembahasan soal, baik itu pembahasan soal pada mata pelajaran PPKN ataupun mata pelajaran lainnya, maka semakin bertambah pula ilmu serta wawasan kita. Tanpa basa – basi lagi ayo kita langsung menuju ke pembahasan soalnya…

Soal :

Saat era digital seperti sekarang ini, bagaimana peluang Pancasila diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, khususnya di kalangan pelajar seperti kalian?

Jawaban :

Pembahasan :

Sebagai contoh, Indonesia dikenal sebagai bangsa yang memilki banyak keragaman. Yakni adanya keberagaman seperti banyaknya bahasa, suku, ras, serta agama/kepercayaan. Meskipun di tengah keragaman tersebut, bangsa Indonesia masih tetap bisa hidup saling berdampingan dengan rukun dan damai. Tradisi - tradisi yang menunjukkan persaudaraan, kerukunan serta kedamaian yang dipegang teguh bangsa Indonesia, bisa menjadi bahan kampanye kepada seluruh dunia tentang kerukunan dan kedamaian di dalam keberagaman, yang bisa disebarluaskan dengan menggunakan bantuan teknologi informasi yang sudah berkembang pesat di era digital ini. Baca juga Bagaimana memaknai proses perancangan dan isi dari rumusan dasar negara yang bernama Mukadimah Hukum Dasar atau yang juga dikenal Piagam Jakarta?

Itu dia tadi pembahasan soal PPKN mengenai bagaimana peluang Pancasila diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, khususnya di kalangan pelajar, semoga dengan adanya pembahasan soal serta penjabaran jawaban di atas, bisa membantu teman – teman pelajar untuk bisa lebih memahami materi pelajaran yang terkait dengan soal tersebut, terimakasih…

Sampai jumpa lagi, Wassalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.


Berikut adalah soal mata pelajaran PPKn (Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan) Kelas 10 SMA/SMK materi Peluang dan Tantangan Penerapan Pancasila lengkap dengan kunci jawaban.

Soal Essay:

  1. Saat era digital seperti sekarang ini, bagaimana peluang Pancasila diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, khususnya di kalangan pelajar seperti kalian?
  2. Selain itu, apa saja yang menjadi tantangan bagi para pelajar dalam menerapkan Pancasila pada era digital seperti saat ini?
Kunci Jawaban

1. Saat era digital seperti sekarang ini, peluang Pancasila dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, khususnya di kalangan pelajar, yaitu dengan bantuan teknologi informasi, kita dapat mengkampanyekan nilai-nilai Pancasila ke seantero dunia dengan mudah dan cepat. Tak hanya itu, praktik kehidupan kita yang berlandaskan Pancasila juga dapat menjadi inspirasi bagi bangsa-bangsa di dunia.

Contohnya, Indonesia dikenal dengan bangsa yang sangat beragam. Ada banyak suku, ras, bahasa, dan agama/kepercayaan di Indonesia. Namun, di tengah keragaman tersebut, bangsa Indonesia tetap dapat hidup rukun dan damai. Tradisi-tradisi yang menunjukkan persaudaraan, kerukunan dan kedamaian yang dipegang teguh oleh bangsa Indonesia dapat menjadi bahan kampanye kepada dunia tentang kerukunan dalam kebinekaan yang dapat disebarluaskan melalui teknologi informasi melalui berbagai bentuk media sosial.

2. Yang menjadi tantangan bagi para pelajar dalam menerapkan Pancasila pada era digital seperti saat ini, yaitu para pelajar dapat terpengaruh hal-hal buruk dari luar yang tidak sesuai dengan Pancasila dan tradisi kita. Karena teknologi informasi pula, hoaks dan ujaran kebencian menyebar sangat masif di media sosial. Tak jarang, informasi yang kita terima bukan saja tidak benar tetapi juga seringkali merugikan.

Dengan teknologi informasi pula, ideologi-ideologi yang bertentangan dengan Pancasila dapat menyebar dengan cepat dan tentu berpengaruh terhadap kehidupan berbangsa. Ide-ide yang mengarah kepada radikalisme dan terorisme bertebaran di jagat maya dan dapat mempengaruhi kita. Dengan teknologi informasi, narkoba juga dapat menyebar dengan cepat hingga ke desa dan perkampungan.