Bagaimana Paulus bertobat dan menjadi rasul?

Siapa yang tak kenal dengan Paulus? Tokoh nyata ini memang kontroversial pada zamannya. Ya, dia lelaki dari Tarsus yang lahir dan besar dengan nama Saulus, dia seorang penganut agama Yahudi garis keras yang sempat terkenal sebagai penganiaya para pengikut Yesus, dan dia pulalah yang mengalami perjumpaan dengan Yesus secara pribadi lalu berubah menjadi Paulus, sang rasul pemberita Injil ke berbagai belahan dunia dan penulis berbagai surat yang menjadi sebagian isi Alkitab Perjanjian Baru yang kita baca pada masa sekarang. Seorang Saulus dengan segala latar belakangnya yang begitu kelam, berubah total menjadi seorang Paulus yang menorehkan warna yanng sangat kuat dalam sejarah kekristenan hingga berabad-abad selanjutnya, oleh sebuah perjumpaan yang luar biasa.

Saulus merupakan seorang Yahudi kelahiran Tarsus di tanah Kilikia (kini wilayah itu disebut Turki). Dia diperkirakan lahir pada dekade pertama abad 1, yaitu 5-10 tahun setelah Yesus lahir. Asal usulnya dari suku Benyamin dan dia tumbuh besar di kota Yerusalem. Seperti halnya orang-orang Yahudi pada masa itu, Paulus sejak lahir memiliki dua nama, yakni nama versi bahasa Ibrani: Syaul (yang kemudian ditransliterasikan menjadi Saulus); dan satu nama versi bahasa Yunani atau Romawi: Paulus (yang digunakannya kemudian setelah menjadi pengikut Yesus Kristus). Pergantian penggunaan kedua nama ini kita kenal menjadi pembeda antara masa kehidupan Saulus yang belum bertobat (yang berkiprah di kalangan Yahudi) dan masa kehidupan Paulus yang sudah bertobat (yang bermisi di kalangan bukan Yahudi).

Saulus bertumbuh besar dalam lingkungan kaum helenis serta dia memelihara secara sungguh-sungguh tradisi Yahudi yang mengalir di dalam dirinya. Dia merupakan orang terpelajar dan secara khusus pandai beretorika (terampil/fasih berargumentasi dan berdebat dengan kata-katanya). Dia dididik dengan teliti di bawah pimpinan Gamaliel (seorang rabi Yahudi yang paling dihormati pada masa itu). Dalam masa mudanya, Saulus hidup sebagai orang Farisimenurut mazhab (golongan dalam hal seperangkat aturan cara beribadah dan cara hidup sehari-hari) yang paling keras dalam agama Yahudi.Itulah sebabnya, dia tumbuh menjadi penganiaya paling kejam bagi orang-orang Kristen yang percaya bahwa Yesus adalah Mesias. Bahkan, Saulus merupakan salah satu algojo yang melaksanakan eksekusi pembunuhan Stefanus (salah satu pengikut Yesus Kristus mula-mula, ref: Kis. 7:54-60). Namun, perjalanan dinasnya ke Damsyik, yang awalnya bertujuan untuk melakukan misi penangkapan lebih banyak lagi para pengikut Yesus Kristus, menjadi titik balik yang membuat sejarah baru dalam hidupnya.

Pada hari itu, Saulus hendak menghadap majelis pemuka agama Yahudi di kota Damsyik (sekarang disebut Damaskus), Siria (Suriah), untuk menyerahkan surat kuasa dari Imam Besar yang berisi keterangan penugasannya, yaitu agar jika dia menemukan laki-laki atau perempuan yang mengikuti jalan Tuhan (pengikut Yesus Kristus), dia menangkap mereka dan membawa mereka ke Yerusalem (untuk diadili dan/atau dihukum lebih lanjut). Dalam perjalanan ke Damsyik itu, ketika dia hampir tiba di tujuan, tiba-tiba seberkas cahaya terang memancar dari langit mengelilingi Saulus. Dia pun sontak rebah ke tanah. Terdengarlah olehnya suatu suara yang berkata kepada dirinya,Saulus, Saulus, mengapakah engkau menganiaya Aku? (Kis. 9:1-4). Saat itulah, oleh penyingkapan Roh Tuhan, Saulus tahu persis bahwa sumber suara itu tak lain adalah Yesus Kristus sendiri, dan Yesus itulah Tuhan. Mata fisiknya seketika menjadi buta, tetapi mata batinnya melihat Kristus. Saulus pun menerima Yesus sebagai Tuhan dan Mesias atas hidupnya.

Sejak mengalami perjumpaan itu dan pada masa kebutaannya, Saulus akhirnya tinggal selama tiga hari di Damsyik. Lalu, Tuhan berfirman tentang Saulus kepada Ananias, seorang murid Kristus yang memang tinggal di Damsyik juga, dalam suatu penglihatan. Tuhan menugaskan Ananias untuk membimbing Saulus agar mengerti akan perjumpaannya dengan Dia, Pergilah, sebab orang ini adalah alat pilihan bagi-Ku untuk memberitakan kepada bangsa-bangsa lain serta raja-raja dan orang-orang Israel. Aku sendiri akan menunjukkan kepadanya, betapa banyak penderitaan yang harus dia tanggung oleh karena nama-Ku. Oleh perintah Tuhan itu, meski Saulus dikenal sebagai nama yang berbahaya bagi para pengikut Kristus, Ananias datang dan mendoakan Saulus. Ananias menyembuhkan Saulus dari kebutaan dan membaptisdia di Damsyik, pada tahun 34.Saulus dimuridkan oleh Ananias; dia segera mulai belajar lebih mengenal Yesus Kristus dan mulai melayani Dia. Saulus berubah menjadi Paulus.

Rangkaian peristiwa dalam pengalaman Saulus yang berubah menjadi Paulus ini membuktikan bahwa tidak ada hal yang mustahil bagi Allah. Allah dapat memakai siapa saja menurut kehendak-Nya, bagaimana pun latar belakang orang itu, untuk dipakai menjadi alat bagi kemuliaan-Nya. Meskipun Saulus seorang yang berlumur dosa, bahkan dia pembunuh yang hatinya penuh kebencian terhadap murid-murid Yesus, dia dapat Tuhan pakai menjadi kesaksian yang membawa banyak jiwa bertobat dan mengenal serta menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat. Kehidupan Saulus berubah total setelah dia bertemu Tuhan; dirinya menjadi baru dengan nama Paulus. Semua orang yang mengenalnya sebagai Saulus dahulu menjadi heran oleh karena pertobatannya, Bukankah dia ini yang di Yerusalem mau membinasakan barangsiapa yang memanggil nama Yesus ini? Dan bukankah dia datang ke sini dengan maksud untuk menangkap dan membawa mereka ke hadapan imam-imam kepala? (Kis. 9:21). Bahkan, sebagai Paulus, pribadi yang telah berubah ini juga meninggalkan semua hal yang menjadi kebanggaan dalam kehidupan masa lalunya dahulu. Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus. Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus. (Fil. 3:7-8).

Secara kronologis tarikh Masehi, garis besar kehidupan Paulus tercatat berupa perkiraan waktu sebagai berikut:

  • Tahun 34 M: Paulus bertobat dalam peristiwa perjumpaan pribadi dengan Yesus Kristus.
  • Tahun 37 M: Paulus mengunjungi Yerusalem dari Damsyik.
  • Tahun 46 M: Paulus mengunjungi Yerusalem lagi untuk kedua kalinya, dari Anthiokhia, membawa sumbangan untuk bantuan bagi masyarakat yang menderita kelaparan.
  • Tahun 47-48 M: Paulus melakukan perjalanan misi pertamanya, yang bertepatan dengan konsili gereja di Yerusalem pada tahun 48 M.
  • Tahun 49-50 M: Paulus melakukan perjalanan misi keduanya.
  • Tahun 50 M awal: Paulus menulis surat I Tesalonika.
  • Tahun 51 M awal: Paulus menulis surat II Tesalonika.
  • Tahun 52-57 M: Paulus melakukan perjalanan misi ketiganya.
  • Tahun 55 M, pada musim semi: Paulus menulis surat I Korintus.
  • Tahun 55 M, pada musim gugur: Paulus menulis surat I Timotius.
  • Tahun 56 M awal: Paulus menulis surat II Korintus.
  • Tahun 56 M akhir: Paulus menulis surat Galatia.
  • Tahun 57 M awal: Paulus menulis surat Roma.
  • Tahun 57 M, pada akhir musim semi: Paulus menulis surat Titus.
  • Tahun 57 M: Paulus tiba kembali di Yerusalem dan dipenjara di Kaisarea (sampai tahun 59 M). Tahun 58 M, pada musim semi: Paulus menulis surat Filipi dan dibawa oleh Epafroditus ke Filipi. Lalu, dia menulis surat Filemon serta surat Kolose dan mengutus Timotius ke Filipi.
  • Tahun 58 M, pada musim panas: Paulus menulis surat Efesus dan mengirimkannya bersama dua surat yang lain melalui Tikhikus ke Asia Kecil. Dia juga mengutus Markus ke Kolose.
  • Tahun 58 M, pada musim gugur: Paulus menulis surat II Timotius dan mengirimkannya ke Filipi. Tahun 60 M: Paulus berangkat dari Kaisarea ke Roma.
  • Tahun 60-62 M: Paulus dipenjara di Roma dalam periode penahanan yang pertama.
  • Tahun 64 M: Paulus dipenjara lagi di Roma dalam periode penahanan yang kedua, sampai tewas pada eksekusi hukuman pancung oleh putusan Kaisar Nero.

Luar biasa! Sebuah perjumpaan dengan Tuhan Yesus Kristus telah membawa Paulus mengalami kepenuhan Allah. Hidupnya yang baru dipakai untuk memberitakan Kabar Baik ke bangsa-bangsa. Dia melayani kumpulan-kumpulan jemaat Tuhan di berbagai kota dan daerah, dan sebagai seorang rasul menulis surat kepada jemaat-jemaat itu. Totalnya, ada 14 surat hasil tulisan Paulus yang banyak sekali menjelaskan, mengajar, serta menuntun kehidupan pengikut Kristus dalam kebenaran serta kini telah menjadi bagian dari Alkitab Perjanjian Baru. Dia menyebut dirinya dalam surat-surat itu rasul bagi bangsa-bangsa non-Yahudi (Roma 11:13), serta menjelaskan pada komunitas non-Yahudi bahwa keselamatan dalam Yesus adalah untuk semua orang dan bukan untuk orang Yahudi saja.

Kelamnya kehidupan Saulus tidak membatasi Allah untuk menjadikan dirinya Paulus, orang pilihan-Nya untuk memberitakan injil kepada bangsa-bangsa. Allah berkehendak dan sanggup membalikkan masa lalu Saulus yang gelap menjadi terang yang bercahaya dalam pribadi Paulus yang baru. Allah juga berkehendak dan sanggup mengubah kehidupan kita menjadi baru dan bercahaya bagi banyak orang lain. Maukah Anda juga mengalami perjumpaan pribadi dengan Allah dan dipilih menjadi alat bagi-Nya?

abbalove2020-08-28T13:25:14+07:00