Bagaimana mengetahui suatu tanah telah tercemar dengan parameter biologi

Beberapa parameter untuk mengetahui kualitas air 

Parameter fisika
Perairan yang meng­alami pencemaran, beberapa parameter fisik yang dapat di­gunakan secara praktis untuk mengetahui tingkat pence­maran perairan adalah parameter kekeruhan, bau, rasa, salinitas, pH dan warna.  Air yang normal dan tidak tercemar umumnya jernih, tidak berwarna, tidak ada rasanya, tidak berbau, salinitasnya rendah dan pH berkisar 6,5 sampai 7,5. 

  • Perubahan sifat fisik air menjadi keruh atau sangat keruh terja­di pencemaran air akibat partikel terlarut dalam air. Hal ini mudah di­a­mati pada perairan sungai aki­bat aktivitas manusia di se­panjang daerah aliran su­ngai ataupun faktor hidro­me­teorologi. Kekeruhan air berpenga­ruh negatif terhadap kehi­dup­an biota perairan, dan ter­ganggunya penggunaan air untuk kebutuhan manusia. 
  • Timbulnya bau dari air khususnya bau telur busuk (belerang) meru­pakan indikator sudah terja­dinya pengu­raian bahan or­ga­nik dalam air dalam kon­disi anaerobik, karena sudah dihasilkan gas hidrogen sul­fida, hal ini menandakan perairan ter­sebut telah mengalami pencemaran berat dan sudah ber­kembang mikroba pengurai tanpa ok­si­gen.
  • Apabila air berubah warna­nya menja­di merah, hijau atau kuning, sudah dapat dipastikan bah­­wa perairan sudah meng­alami pencemaran akibat lim­bah in­dustri yang mengan­dung zat warna atau akibat limbah domestik dan limbah pertanian yang mengandung limbah organik yang menye­babkan penyuburan yang berlebihan (Eutrofikasi), sehi­ngga terjadi ledakan po­pulasi fitoplankton jenis ter­tentu (blooming algae) yang menyebabkan perubahan war­na air.

Parameter kimia

  • DO (Dissolved Oxygen)
    DO adalah oksigen terlarut yang terkandung di dalam air. Oksigen diperlukan oleh semua mahluk yang hidup di air seperti ikan, udang, kerang dan hewan lainnya termasuk mikroorganisme seperti bakteri. Agar ikan dapat hidup, air harus mengandung oksigen paling sedikit 5 mg/ liter atau 5 ppm (part per million). Apabila kadar oksigen kurang dari 5 ppm, ikan akan mati, tetapi bakteri yang kebutuhan oksigen terlarutnya lebih rendah dari 5 ppm akan berkembang.

  • BOD (Biochemical Oxygent Demand)
    BOD merupakan oksigen yang diperlukan mikroorganisme dalam mendekomposisi (menguraikan sisa-sisa makhluk hidup di air). Semakin banyak bahan organik dalam air, makin besar BOD nya sedangkan DO akan makin rendah. Air yang bersih adalah yang BOD nya kurang dari 1 mg/l atau 1ppm, jika BOD nya di atas 4 ppm, air dikatakan tercemar.

  • COD (Chemical Oxygent Demand)
    COD adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat organik yang ada dalam 1 liter sampel air, dimana pengoksidasi  digunakan sebagai sumber oksigen. Pengujian COD pada air limbah memiliki beberapa keunggulan dibandingkan pengujian BOD yaitu : Sanggup menguji air limbah industri yang beracun yang tidak dapat diuji dengan BOD karena bakteri akan mati dan waktu pengujian yang lebih singkat, kurang lebih hanya 3 jam.

  • TSS (Total suspended Solid)
    TSS adalah jumlah berat dalam mg/liter kering lumpur yang ada dalam limbah setelah mengalami penyaringan dengan membran berukuran 0,45 mikron. Air alam mengandung zat padat terlarut yang berasal dari mineral dan garam-garam yang terlarut ketika air mengalir di bawah atau di permukaan tanah. Apabila air dicemari oleh limbah yang berasal dari industri, pertambangan dan pertanian, kandungan zat padat tersebut akan meningkat. Jumlah zat padat terlarut ini dapat digunakan sebagai indikator terjadinya pencemaran air. Selain jumlah, jenis zat pencemar juga menentukan tingkat pencemaran dan juga berguna untuk penentuan efisiensi unit pengolahan air .

  • pH
    pH adalah drajat keasaman suatu zat. pH normal adalah 6,5 - 7,5 Tujuan metode pengujian ini untuk memperoleh drajat keasaman (pH) dalam air dan air limbah dengan menggunakan alat pH meter.

Parameter Biologi
Parameter biologi meliputi ada atau tidaknya pencemaran secara biologi berupa mikroorganisme. Jenis- jenis mikroorganisme di air yang tercemar seperti : Escherichia coli, Entamoeba  coli, dan Salmonella thyposa. 

Tanah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan manusia. Pemanfaatannya telah lama diperuntukkan bagi kesejahteraan manusia. Misalnya sebagai tempat mendirikan bangunan rumah, kantor, gedung, bahkan candi. Tanah juga sangat berperan penting dalam tumbuh kembangnya tanaman karena menyediakan unsur hara beserta kandungan lain yang bermanfaat bagi perkembangan tumbuhan itu sendiri. Selain itu tanah juga diperuntukkan dalam industri, seperti contoh dalam membuat batu bata, genting, tembikar, dan gerabah, sehingga memiliki nilai ekonomis yang sangat tinggi. Maka, tidak mengherankan jika tanah semakin tahun semakin mahal harganya. Pemanfaatan tanah yang sangat penting dalam kehidupan manusia ini seiring dengan perkembangan industri yang semakin cepat lama kelamaan mengalami kontaminasi atau pencemaran sehingga menurunkan derajat kesuburannya dan tentu saja mengurangi pemanfaatannya. Dalam pembahasan berikut akan memaparkan mengenai ciri-ciri tanah tercemar secara terperinci dan menjelaskan mengenai pencemaran tanah itu sendiri.

Dalam bidang ilmu tanah, tanah merupakan bagian terluar dari lapisan penyusun planet Bumi yang berisi sejumlah mineral dan bahan organik lainnya. Dalam proses pembentukannya, tanah terbentuk dari proses pelapukan kimiawi dan fisik dari sejumlah material yang ada di permukaan bumi. Seperti, pelapukana batuan yang disebabkan oleh faktor iklim, organisme, dan topografi yang erjadi selama bertahun-tahun lamanya. Lebih lanjut, tanah juga dihasilkan dari penguraian tumbuhan yang telah layu dan lapuk yang kemudian terurai menjadi tanah, serta letusan dari gunung berapi yang memuntahkan material padatan seperti pasir dan abu vulkanis yang kemudian menyusun pembentukan tanah. Untuk mengetahui lebih detail mengenai pengertian tanah, berikut ini penjelasan tanah oleh beberapa ahli. Tanah merupakan sekumpulan material padat yang mendiri antara satu unsur dengan unsur lainnya dan berisikan gas dan air diantara sela-sela bagian tersebut (Verhoef, 1994). Tanah merupakan keseluruhan mineral yang memiliki ikatan kimiawi yang lemah karena dihasilkan dari pelapukan batuan (Craig, 1991). Selanjutnya, tanah adalah bahan-bahan yang terdiri dari sekumpulan mineral padat yang memiliki ikatan kimiawi yang sangat longgar dan terisi oleh udara dan air di rongga-rongga diantara partikelnya (Das, 1995). Tanah merupakan percampuran dari partikel padat yang meliputi potongan batuan yang besar, sedang, dan kecil, pasir, lempung dan koloid (Bowles, 1984). Dengan demikian tanah adalah gabungan dari berbagai jenis material padat yang mengalami pelapukan secara kimiawi dan memiliki kandungan mineral, udara, dan air diantara rongga-rongga antar partikel penyusunnya.

Dari penjelasan di atas, tanah dapat diketahui memiliki kualitas baik atau buruk dari sejumlah faktor-faktor dari kondisi fisik dan kimiawi dari tanah tersebut, yaitu dari sifat, ciri khusus, proses fisika dan kimia, dan biologinya. Dari sejumlah faktor tersebut, kualitas tanah harus menunjukkan proses yang terjadi dengan ekosistemnya, gabungan antara proses fisika, kimia, dan biologi tanah, memiliki kemampuan yang layak untuk dipergunakan dan dimanfaatkan, memiliki sensitifitas terhadap perubahan iklim dan pemanfaatan tanah, dapat diamati melalui data permukaan tanahnya (Doran & Parkin, 1994). Faktor-faktor yang menentukan kualitas tanah ini selanjutnya dapat diketahui dari unsur-unsur yang ada di dalam setiap faktor tersebut. Hal ini dapat dilihat dalam penejlasan berikut ini,

Kondisi fisik dari tanah meliputi tekstur tanah, struktur tanah, kerapatan massa tanah, porositas tanah, drainase antar pori yang cepat, dan tingkat permeabilitas tanah.

Kondisi kimia dari tanah mencakup derajat pH tanah, kapasitas pertukaran Kation, komponen C-organik, unsur total N, kandungan fosfor, kalsium,  magnesium, dan kalium.

Kondisi biologis dari tanah terdiri dari total mikroorganisme yang hidup di dalam tanah, jumlah bakteri pelarut fosfor, jumlah jamur tanah, dan total respirasi tanah.

Setelah mengetahui kondisi secara umum dari tanah, maka pembahasan selanjutnya akan mengulas mengenai pencemaran tanah dan ciri-ciri tanah tercemar yang dapat diketahui dalam kehidupan sehari-hari.

Pencemaran tanah (baca: jenis pencemaran tanah dan penjelasannya) merupakan kondisi dimana suatu tanah mengalami kontaminasi zat atau senyawa atau energi yang dapat merusak susunan struktur tanah dan menyebabkan terganggunya ekosistem tanah. Hal ini disebabkan oleh beberapa polutan atau zat pencemar yang dihasilkan dari sejumlah penyebab. Polutan ini dapat mencemari suatu tanah apabila jumlahnya melebihi ambang batas normal, dan melakukan penetrasi pada waktu dan tempat yang tidak tepat. Sehingga, polutan ini dapat mengganggu tanah dalam jangka waktu yang lama.

Beberapa polutan yang dapat menyebabkan pencemaran tanah hampir semuanya berasal dari aktifitas manusia dan industri. Diantaranya adalah kebocoran limbah cair atau kimia dari suatu pabrik atau fasilitas publik lainnya, penggunaan pestisida yang serampangan, limbah cair rumah tangga yang berasal dari aktifitas mandi, mencuci, dan lainnya, limbah sampah organik dan anorganik, limbah yang mengandung logam berat, zat radioaktif, dan limbah yang berasal dari sisa pupuk dan dari rumah sakit (baca: penyebab terjadinya pencemaran tanah dan penjelasannya (paling lengkap)).

Berdasarkan pemaparan di atas, maka ciri-ciri tanah tercemar dapat diketahui dari beberapa hal sebagaimana berikut ini, antara lain:

  1. Tingginya derajat keasaman atau pH tanah. Hal ini menyebabkan tanah tidak dapat menjadi media tanam sejumlah tanaman yang bermanfaat bagi manusia dan mahkluk hidup lainnya;
  2. Hilangnya unsur hara dari tanah. Unsur hara merupakan bagian terpenting dari tanah karena unsur hara ini memungkinkan adanya pertumbuhan dan perkembangan tanaman dan mikroorganisme dan mikroba dalam tanah. Penyebabnya dapat berasal dari kontaminasi pestisida, limbah cair dari rumah tangga dan industri, dan adanya logam berat dalam tanah;
  3. Tidak adanya tanda-tanda pertumbuhan jamur atau mikroorganisme lain. Tanah yang tercemar tentunya tidak dapat lagi memberikan pendukung kehidupan bagi mahkluk hidup yang tinggal di dalamnya atau di atas permukaan tanah.
  4. Minimnya kandungan mineral. Kandungan mineral yang terdiri dari C-Organik, Nitrogen, Kalium, Fosfor, Kalsium, Magnesium, dan Oksigen akan berkurang dari struktur tanah apabila sejumlah polutan yang melakukan penetrasi kedalam tanah melebihi ambang batas normal sehingga polutan tersebut akan mengambil alih atau merusak kandungan mineral dalam tanah.
  5. Mengandung plastik dan bahan-bahan yang tidak dapat diurai. Semakin banyak sampah plastik yang tertimbun di dalam tanah, maka semakin buruk kondisi tanah tersebut karena plastik dan bahan yang tidak dapat terurai akan menyebabkan kontaminasi tanah dalam jangka waktu yang lama.

Demikianlah pemaparan tercemarnya suatu tanah yang diakibatkan oleh sejumlah zat polutan yang membahayakan bagi kelangsungan hidup tanah dan mengganggu pemanfaatannya dalam kehidupan sehari-hari (baca: dampak pencemaran tanah terhadap lingkungan).