Bagaimana karakteristik mbs ditinjau dari organisasi sekolah dan sumber daya manusia

Karakteristik Manajemen Berbasis Sekolah

Bagaimana karakteristik mbs ditinjau dari organisasi sekolah dan sumber daya manusia

Gambar oleh Ian Ingalula dari Pixabay

Menurut ( Jufri. 2018 ) karakteristik manajemen berbasis sekolah terdapat 8, diantaranya:

1. Sekolah dengan MBS memiliki visi misi yang jelas terhadap kemajuan dan tingkat layanan sekolah.

Sekolah yang baik akan terus berusaha memperbaikai kualitas pendidikan mereka sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Perbaikan kualitas ini tidak lepas dari campur tangan beberapa pihak mulai dari pemerintah, sekolah itu sendiri, orang tua dan peserta didik mereka. Untuk memberlakukan visi misi ini agar tepat sasaran, maka perlu adanya penelitian lebih lanjut terhadap komponen-komponen yang diperlukan, seperti alat-alat praktikum dan buku mata pelajaran yang belum tentu sekolah punyai. Penerapan visi misi kepada peserta didik harus didahului oleh guru, guru mencontohkan bagaimana bersikap dan berpikiran kristis dapat muncul dari dalam diri. Penerapan ini tentu saja sesuai dengan sifat anak yang lebih suka untuk meniru orang yang lebih dewasa.

2. Aktivitas dalam pendidikan dijalankan sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik sekolah

Aktivitas dalam pendidikan harus disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik sekolah. Tujuan dari diberlakukannya karakteristik ini adalah agar hasil yang diperoleh siswa seauai dengan yang diharapkan. Jika metode-metode pengajaran yang diterapkan tidak sesuai dengan kondisi dan karakteristik sekolah maka yang merasa terbebani adalah peserta didik dan guru. Apabila metode pengajaran yang tidak sesuai tersebut tetap dipaksakan, maka siswa akan sulit untuk memahami pelajaran serta kesulitan mendapatkan prestasi belajar. Begitu pula dengan guru apabila aktivitas pendidikan tidak sesuai kemampuan mereka maka akan kesulitan memberikan pemahaman kepada peserta didik.

3. Dalam beberapa sekolah terjadi perubahan strategi manajemen

Perubahan strategi ini menyangkut organisasi sekolah, kepemimpinan serta gaya pengelolaan manajemen sekolah. Perubahan strategi dilakukan dengan tepat dan relevan dengan bantuan dari beberapa pihak. Tujuan diberlakukannya perubahan strategi manajemen tentu saja untuk meningkatkan layanan pendidikan. Strategi manajemen yang baru dibuat harus memuat semua unsur-unsur yang dibutuhkan sekolah.

4. Pelayanan dan pelaksanaan sumber daya yang efektif

Tujuan pelayanan dan pelaksanaan sumber daya yang efektif adalah memecahkan permasalahan pendidikan yang terjadi saat ini. Masalah tersebut dapat berasal dari permasalahan internal dan eksternal sekolah. Dari permasalahan internal biasanya sistem manajemen sekolah yang kurang baik, pemimpin yang kurang tegas tentu kurang membantu mengembangkan pendidikan. Guru yang kurang memiliki pengalaman dan pelatihan dalam mengajar tentu dapat menjadi permasalahan. Dari eksternal sekolah biasanya permasalahan terjadi dari faktor peserta didik. Mereka yang berasal dari keluarga kurang mampu akan kesulitan mengikuti MBS dikarenakan perlu adanya dukungan keuangan lebih untuk membeli peralatan sekolah. Untuk mengatasi semua permasalahan ini peran pemerintah sangat dibutuhkan untuk membuka pelatihan bagi guru dan memberikan bantuan kepada siswa yang kurang mampu.

5. MBS menuntut peran aktif komponen sekolah mulai dari kepala sekolah, para guru, organisasi sekolah, administrator sekolah, orangtua serta seluruh komponen yang menyangkut pendidikan di sekolah.

Tujuan dari komponen ini tentu adalah mengembangkan sekolah dan peserta didik sesuai dengan karakteristik sekolah, sehingga jika pembelajaran sesuai dengan karakteristik sekolah maka tidak ada pihak yang merasa terbebani. Dalam konteks ini guru diharapkan lebih mampu membimbing peserta didik dalam pembelajaran kelas. Komponen yang lengkap dan dapat berkomitmen bersama bertanggung jawab serta melaksanakan tugas dengan baik bisa menjadi patokan apakah sekolah mampu menerapkan MBS dengan baik atau tidak.

6. MBS lebih mementingkan kehidupan manusia yang terbuka

Dalam kegiatan sekolah semua komponen harus saling terbuka, tidak ada hal-hal yang harus ditutupi, kalaupun terdapat beberapa masalah maka dengan keterbukaan tersebut dapat menjadi sebuah jalan agar permasalahan tersebut dapat diselesaikan dengan baik. Permasalahan dalam sekolah yang tidak terselesaikan dengan baik akan menghambat tujuan MBS yakni keefektifan pembelajaran peserta didik. Bekerja sama dalam tim dan membuat komitmen kuat bersama adalah salah satu ciri MBS di sekolah.

7. Peran administrator sangat penting dalam kerangka MBS

Administrator yang baik akan membantu sekolah untuk mewujudkan keberhasilan sekolah efektif. Dalam pelaksanaan MBS input penting yang harus dimiliki adalah sumber daya, sumber daya yang berkualitas tentunya akan menghasilkan kualitas mutu pendidikan yang tinggi. Tanpa adanya sumber daya yang memadai maka keseluruhan proses pembentukan MBS akan sia-sia dilaksanakan.

8. Di dalam pelaksaan MBS penilaian tingkan keefektivan sekolah diukur dari multitingkat dan multisegi.

Penilaian tentang efektivitas sekolah harus mencakup proses pembelajaran serta metode yang diterapkan sesuai dengan karakteristik sekolah. Penilaian berdasarkan multitingkat dan multisegi sudah menjadi strandar penilaian MBS di Indonesia saat ini.

Daftar Pustaka

H.M Jufri Dolong. (2018). Karakteristik Manajemen Berbasis Sekolah. Jurnal UIN Syarif Hidayatullah, Vol. V11 No. 1 : Jakarta

Manajemen berbasis sekolah dapat di artikan sebagai suatu proses kerja komunitas sekolah dengan cara menerapkan kaidah kaidah otonomi, akuntabilitas, pratisipasi, dan sustainability untuk mencapai tujuan pendidikan dan pembelajaran secara bermutu. ( Sudarwan Danim 2007  )

Menurut Judith Capman, MBS adalah “school based management refers to form of education administration in which the school become the primary unit for decision making, it differs from more traditional form of educational administration in which central bureaucracy dominate in the decision making process” (manajemen berbasis sekolah adalah merujuk pada suatu bentuk administrasi pendidikan, dimana sekolah menjadi unit kecil utama dalam pengambilan keputusan. Hal ini berbeda dengan bentuk tradisional administrasi pendidikan, yakni pemerintah pusat sangat menonjol dalam pengambilan keputusan)  (Jamal ma’mur asmani 2012)

MBS adalah konsep yang menggambarkan perubahan formal struktur penyelenggaraan sekolah sebagai suatu bentuk desentralisasi yang mengidentifikasi sekolah itu sendiri sebagai unit utama peningkatan serta bertumpu pada redistribusi kewenangan pembuatan keputusan sebagai sarana penting yang dengannya peningkatan dapat di dorong dan dipotong. (Mulyasa 2006)

Sementara menurut Candoli, MBS adalah suatu cara/ metode untuk memaksa sekolah itu sendiri mengambil tanggung jawab atas apa yang terjadi pada anak didik menurut yuridiksi dan mengikuti sekolahnya.

Konsep ini menegaskan bahwa ketika sekolah itu dibebani dengan pengembangan total kependidikan yang bertujuan melayani kebutuhan kebutuhan anak dalam mengikuti sekolah khusus itu, personil sekolah akan mengembangkan program program yang kebih meyakinkan mereka mengetahui para siswa dan kebutuhan kebutuhan mereka.

A Gorton menyebut MBS identic dengan school and the community ( sekolah dan masyarakat). Menurutnya, school and community adalah suatu rumusan dasar tentang masalah masalah hubungan anatar sekolah dan masyarakat. Yng berkaitan erat dengan iklim kehidupan masyarakat dan sekolah.

Ada dua faktor yang menunjang dalam memahami hubungan antara sekolah dan masyarakat, yaitu :

Faktor pertama, tantangan profesionalitas terhadap penyelenggara pendidikan di sekolah untuk memenuhi keinginan/harapan/ cita cita masyarakat. Dalam hal ini, tantangan profesionalitas berkaitan dengan usaha usaha yang dilakukan seorang guru dalam merubah program atau sistem pembelajaran yang memiliki kecenderungan dan kesesuaian terhadap norma norma yang ada dalam masyarakat. Jika sekolah yang ada tidak memberikan kontribusi yang baik dan konstruktif kepada masyarakat, maka secara reaktif masyarakat akan menolak keberadan sekolah akan sangat didukung dan diharapkan oleh masyarakat di tempat tersebut.

Faktor kedua, tantangan masyarakat terhadap para oenyelenggara pendidikan yang syarat dengan tuntutan norma norma profesionalitas. Tantangan yang dimaksudkan adalah menyangkut maslaah masalah yangdisebabkan adanya keinginan antara masyarakat dan sekolah untuk memperbaiki pendidikan. Sekolah secara intensif bersama sama dengan masyarakat melalui aksi aksi secara pasti dan mengevaluasi apa yang sedang berlangsung di sekolah. Masyarakat pada umumnya hanya menghendaki hasil yang diperoleh di sekolah dari segi efektifitas, dan dalam banyak kasus pula, masyarakat pada umumnya menghendaki dilibatkan dalam poses penentuan kebijakan sekolah.

Fenomena sebagaimana di atas menuntut para pelaku dan pendiri pendidikan utnuk bersama sama mengatur sekolah secara baik, hal ini ditunjukkan dengan pola MBS seagai kerangka dasar pijakan untuk memahami sekolah dan masyarakat. Sekolah sebagai penyelenggara pendidikan formal dituntut untuk menyinergikan (memadukan) beberapa kepentingan dan harapan masyarakat secara luas. Pembelajaran di sekolah tidak hanya untuk memuaskan kepentingan lembaga (memenuhi target nilai dan prestasi belajarpeserta didik sehingga sekolah menjadi terkenal), tetapi lebih dari itu; masyarakat menghendaki output dan juga outcome (hasil dan juga dampak) dari proses pembelajaran di sekolah.

Jika dicermati dari penjelasan di atas, MBS dapat diartikan sebagai format pengelolaan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik , sekolah, dan masyarakat. Dengan penjabaran bahwa masing masing komponen (peserta didik, sekolah dan masyarakat) mempunyai tanggung jawab bersama untuk menciptakan sekolah yang bermutu dan berkesinambungan.

Disamping itu, MBS juga merupakan konsep yang“multi combine” dalam arti MBS didorong dan didukung oleh berbagai pihak yang saling melengkapi. MBS dibebankan kepada kepala sekolah, guru, komite sekolah, orang tua, masyarakatn dan pemerintah. Sekolah sebagai pelaksana pembelajaran, orang tua/ masyarakat sebagai pemberi masukan pendapat, sekaligus juga menikmati output dan outcome pembelajaran sekolah, dan pemerintah sebagai pemegang otoritas resmi bertindak sebagai pendorong, pengawas serta memberikan opini seluas luasnya tentang pentingnya kualitas dan kempanan dalam dunia pendidikan nasional.

Apabila manajemen berbasis lokasi lebih difokuskan pada tingkat sekolah, maka MBS akan menyediakan layanan pendidikan yang komprehensif dan tanggap terhadap kebutuhan masyarakat di mana sekolah itu berada. Ciri ciri MBS bisa dilihat dari sudut sejauh mana sekolah tersebut dapat mengoptimalkan kinerja organisasi sekolah, pengelolaan SDM, proses belajar mengajar dan sumber daya.

Dengan demikian, MBS yang akan dikembangkan merupakan bentuk alternative sekolah dalam program desentralisasi bidang pendidikan yang dtandai dengan adanya otonomi luas di tingkat sekolah, partsipasi masyarakat yang tinggi tapi masih dalam kerangka kebijakan pendidikan nasional. Tetapi, semua ini harus mengakibatkan peningkatan proses belajar mengajar. Sekolah yang menerapkan prinsip prinsip MBS adalah sekolah yang harus lebih bertanggung jawab (high responbility) kreatif dalam bertindak dan mempunyai wewenang lebih (more authority) serta dapat dituntut pertanggungjawabannya oleh yang berkepentingan / tanggung gugat (public accountability by stake holders).

Keterangan di atas memberikan gambaran kepada kita bahwa MBS sangat menekankan partisipasi public, tidak boleh ada manajemen yang sentralistik, dan otoriter. Semua elemen pendidikan mempunyai hak menyatakn pendapat, aspirasi, dan keputusan berjalan secara kolektif demi kepentingan dan kemajuan sekolah.

Konsep Dasar Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)

Bagaimana konsep dasar MBS itu ? ada beberapa ketentuan pokok tentang konsep dasar MBS ini, yaitu :

Konsep Dasar Manajemen Berbasis Sekolah

  1. Otonomi, dimaknai sebagai kewenangan sekolah dalam mengatur dan mengurus kepentingan sekolah dalam mengatur dan mengurus kepentingan sekolah dalam mencapai tjuan sekolah untuk menciptakan mutu pendidikan yang baik.
  2. Kemandirian, dimaknai sebagai langkah dalam pengambilan keputusan, tidak tergantung pada birokrasi yang sentralistik dalam mengelola sumber daya yang ada, mengambil kebijakan, mengambil strategi, dan metode dalam memecahkan persoalan yang ada, sehingga mampu menyesuaikan dengan kondisi lingkungan dan dapat memanfaatkan peluang peluang yang ada.
  3. Demokratis, dimaknai sebagai keseluruhan elemen elemen sekolah yang dilibatkan dalam menetapkan, menyusun, melaksanakan dan mengevaluasi pelaksanaan untuk mencapai tujuan sekolah demi memungkinkan tercapainya pengambilan kebijakan yang mendapat dukungan dari seluruh elemen elemen sekolah.

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam konsep manajemen berbasis sekolah (MBS) di antaranya :

  1. Pengkajian konsep MBS terutama yang menyangkut kekuatan desentralisasi, kekuatan atau kewenangan di tingkat sekolah, dalam system keputusan harus dikaitkan dengan prorm dan kemampuan dalam peningkatan kinerja sekolah.
  2. Penelitian tentang program MBS berkenaan dalam desentralisasi kekuasaan dan program peningkatan partisipasi (local stakeholders). Pendelegasian otoritas penbilan keputusan dalam kaitannya dengan pemberdayaan sekolah, perlu dibangun dengan efektifitas programnya.
  3. Strategi MBS harus lebih menekankan kepada elemen elemen manajemen partisipasif. Kemampuan, informasi, dan imbalan yang memadai merupakan elemen elemen yang menentukan efektivitas program Manajemen berbasis sekolah dalam meningkatkan kinerja sekolah

Faktor faktor yang diperhatikan

Manajemen berbasis sekolah adalah bentuk alternative sekolah dari program desentralisasi dalam bidang pendidikan. Berikut adalah tujuan kurikulum yang akan dicapai dalam jangka panjang dari kurikulum yang dirancang berdasarkan MBS.

  1. Penguasaan keterampilan dasar dan proses fundamental
  2. Pengembangan intelektual
  3. Pendidikan karier dan pendidikan vokasional
  4. Pemahaman interpersonal
  5. Moral dan karakter etis
  6. Keadaan emosional dan fisik
  7. Kreatifitas dan ekspresi estetika
  8. Perwujudan diri
  9. Proses belajar mengajar yang relevan
  10. Lingkungan sekolah

Konsep dasar di atas harus diketahui sehingga memudahkan praktisi pendidikan untuk menelaah dan membuta prioritas dalam menerapkan MBS secara professional.

Tujuan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)

Tujuan adanya manajemen berbasis sekolah adalah untuk meningkatkan mutu pendidikan dengan cara memberdayakan seluruh potensi sekolah dan stakeholder-nya sesuai dengan kebijakan pemerintah dengan menerapkan kaidah kaidah manajemen pendidikan/ sekolah professional.

Tujuan penerapan MBS adalah untuk meningkatkan kualitas pendidikan secara umum, baik itu menyangkut kualitas pembelajaran, kualitas kurikulum, kualitas sumber daya manusia, guru maupun tenaga kependidikan lainnya , dan kualitas pendidikan secara umu. Bagi sumber daya manusia, peningkatan kualitas bukan hanya meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya, melainkan kesejahteraannya pula.

Keuntungan keuntungan penerapan MBS sebagaimana dikutip dari hasil pertemuan the American association of school administration, the national association of elementary school principal, the national of secondary school principal pada tahun 1998, adalah sebagai berikut :

  1. Secara formal MBS dapat memahami keahlian dan kemampuan orang orang yang bekerja di sekolah.
  2. Meningkatkan moral guru.
  3. Keputusan yang di ambil sekolah mengalami akuntabilitas. Hal ini karena konstituen sekolah menglami andil yang cukup dalam setiap pengambilan keputusan.
  4. Menyesuaikan sumber keuangan terhadap tujuan intruksional yang dikembangkan di sekolah.
  5. Menstimulasi munculnya pemimpin baru di sekolah. Keputusan yang di ambil pada tingkat sekolah tidak akan berjalan dengan baik tanpa adanya seorang pemimpin.
  6. Meningkatkan kualitas, kuantitas, dan fleksibilitas komunikasi tiap komunitas sekolah dalam rangka mencapai kebutuhan sekolah.

MBS bertujuan untuk meningkatkan keunggulan sekolah melalui pengambilan keputusan bersama. Focus kajiannya adalah bagaimana memberikan pelayanan belajar yang sesuai dengan harapan orang tua siswa serta harapan sekolah dalam membangun keunggulan kompetitif dengan sekolah sejenis.

Karena tujuan MBS adalah untuk meningkatkan mutu keputusan untuk mencapai tujuan, maka pelaksanaan MBS memerlukan tujuan yang hendak dicapai secara jelas, jelas indikatornya, jelas kriteria pencapaiannya agar keputusan lebih terarah. Lebih dari itu, dengan proses pengambilan keputusan bersama harus sesuai dengan kepentingan siswa belajar. Dilihat dari sisi standarisasi, maka penerapan MBS berarti meningkatkan kinerja belajar siswa melalui pengambilan keputusan bersama, meningkatkan partisipasi dalam melaksanakan kegiatan, dan meningkatkan control dan evaluasi agar lebih akuntabel.

Menyepakati profil hasil belajar yang diharapkan bersama merupakan dasar penting dalam pelaksanaan MBS. Partisipasi seluruh pemangku kepentingan berarti meningkatkan daya dukung bersama untuk meningkatkan mutu lulusan melalui peningkatan mutu pelayanan belajar dengan standar yang sesuai dengan harapan orang tua siswa yang ditetapkan menjadi target sekolah.

Selain itu, MBS bertujuan untuk “memberdayakan” sekolah, terutama sumber daya manusianya (kepala sekolah, guru, karyawan, siswa, orang tua siswa, dan masyarakat sekitarnya), melalui pemberian kewenangan, fleksibilotas dan sumber daya lain untuk memecahkan persoalan yang dihadapi oleh sekolah yang bersangkuta.

Umumnya, sekolah yang “berdaya” memiliki ciri ciri :

  1. Tingkat kemandirian tinggi/ tingkat ketergantungan rendah.
  2. Bersifat adaptif dan antisipatif/ proktif sekaligus.
  3. Memiliki jiwa kewirausaaahn yang tinggi (ulet, inovatif, gigih, berani mengambil resiko, dan sebagainya).
  4. Bertanggung jawab terhadap hasil sekolah.
  5. Memiliki control yang kuat terhadap input manajemen dan sumber dayanya.
  6. Control terhadap kondisi kerja.
  7. Komitmen yang tinggi pada dirinya.
  8. Dinilai oleh pencapaian prestasinya.

Contoh contoh tentang hal hal yang dapat memberdayakan warga sekolah adalah pemberian tanggung jawab, pekerjaan yang bermakna, memcahkan [ermasalahan pekerjaan dengan teamwork, variasi tugas, hasil kerja yang terukur, kemampuan untuk mengatur kinerjanya sendiri, tantangan, kepercayaan, di dengar, ada pujian, menghargai ide ide, mengetahui bahwa dia adalah bagian penting dari sekolah, control yang luwes, dukungan, komunikasi yang efektif, umpan balik bagus, sumber daya yang dibutuhkan ada, dan warga sekolah diberlakukan sebagai manusia ciptaanNya yang meiliki martabat tertinggi.

Tujuan penerapan MBS adalah untuk memandirikan atau memberdayakan sekolah melalui kewenangan (otonomi) kepada sekolah dan mendorong sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan secara partisipatif. Untuk lebih rincinya, simak tujuan MBS berikut ini :

  1. Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam mengelola dan memberdayakan sumber daya yang tersedia.
  2. Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam menyelenggarakan pendidikan melalui pengambilan keputusan bersama.
  3. Meningkatkan tanggung jawab sekolah kepada orang tua, masyarakat, dan pemerintah tentang mutu sekolahnya
  4. Meningkatkan kompetensi yang sehat antar sekolah tentang mutu pendidikan yang akan dicapai.

Manfaat Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)

Manfaat MBS akan mengasilkan nilai positif bagi sekolah, antara lain sebagai berikut :

  1. Sekolah lebih mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman bagi sekolah yang bersangkutan sehingga sekolah dapat lebih mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya yang ada.
  2. Sekolah lebih mengetahui kebutuhan skala prioritas.
  3. Pengambilan keputusan lebih partisipatif terutama dalam hal : a). Menetapkan sasaran peningkatan mutu. b). Menyusun rencana peningkatan mutu.  c). Melaksanakan rencana peningkatan mutu. d). Melakukan evaluasi pelaksanaan peningkatan mutu.
  4. Penggunaan dana lebih efektif dan efisien sesuai dengan skala prioritasnya.
  5. Keputusan bersama lebih menciptakan transparasi dan demokrasi.
  6. Menumbuhkan persaingan sehat sehingga diharapkan adanya upaya inovatif.

Dengan memperjelas indicator dan pencapaian mutu pada pencapaian tujuan akan memandu sekolah memformulasikan startegi, mengimplementasikan strategi dan mengukur pencapaian kinerja.

Penerapan MBS yang efektif secara spesifik mengidentifikasi bebrapa manfaat spesifik dari penerapan MBS sebagai berikut :

  1. Memungkinkan orang orang yang kompeten di sekolah untuk mengambil keputsan yang akan meningkatkan peningkatan pembelajaran.
  2. Memberi peluang bagi seluruh anggota sekolah untuk terlibat dalam pengambilan keputusan penting.
  3. Mendorong muculnya kreatifitas dalam merancang bangun program pembelajaran.
  4. Mengarahkan kembali sumber daya yang tersedia untuk mendukung tujuan yang dikembangkan disetiap sekolah.
  5. Menghasilkan rencana anggran yang lebih realistis ketika orang tua dan guru semakin menyadari keadaan keuangan sekolah, batasan pengeluaran, dan biaya program program sekolah.
  6. Meningkatkan motivasi guru dan mengembangkan kepemimpinan di semua level.

Diharapkan dengan menerapkan manajemen pola MBS, sekolah lebih berdaya dalam hal berikut :

  1. Menyadari kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman bagi sekolah tersebut
  2. Mengetahui sumber daya yang dimiliki dan “input” pendidikan yang akan dikembangkan.
  3. Mengoptimalkan sumber daya yang tersedia untuk kemajuan lembaganya.
  4. Bertanggung jawab terhadap orang tua, masyarakat, lembaga terkait, dan pemerintah dalam penyelenggaraan sekolah.
  5. Persaingan sehat dengan sekolah lain dalam usaha usaha kreatif – inovatif untuk meningkatkan layanan dn mutu pendidikan.
  6. Upaya meningkatkan peran serta komite sekolah, masyarkat, DUDI (dunia usaha dan dunia industri) untuk mendukung kinerja sekolah.
  7. Program sekolah disusun dan dilaksanakan dengan mengutamakan proses belajar mengajar (kurikulum), bukan kepentingan administratif saja.
  8. Mampu mengambi keputusan yang sesuai dengan kebutuhan, kemampuan dan kondisi lingkungan sekolah walau beda dari pola umum atau kebiasaan.
  9. Menjamin terpeliharanya sekolah yang bertanggung jawab kepada masyarkat.
  10. Meningkatkan profesionalisme personil sekolah.
  11. Meningkatkan kemandirian skeolah di segala bidang.
  12. Adanya keterlibatan semua unsur terkait dalam perencanaan program sekolah, missal KS, guru, komite sekolah, took masyarakat dan lain lain.
  13. Adanya keterbukaan dalam pengelolaan anggaran pendidikan sekolah.

Karakteristik Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)

MBS yang di tawarkan sebagai bentuk operasional desentralisasi pendidikan dalam konteks ekomnomi daerah akan memberikan wawasan baru terhadap system yang sedang berjalan saat ini. Hal ini diharapkan dapat membawa dampak terhadap peningkatan efisiensi dan efektivitas kerja sekolah, dengan menyediakan layanan pendidikan yang komphrehensif dan tanggap terhadap kebutuhan masyarakat.

Karena peserta didik dating dari berbagai latar belakang kesukuan dan tingkat sosial, salah satu perhatian sekolah harus ditujukan pada asas pemerataan, baik dalam bidang social, ekonomi, maupun politik. Di sisi lain, sekolah juga harus meningkatkan efisiensi, partisipasi, dan mutu serta tanggung jawab kepada masyarakat dan pemerintah.

Karakteristik MBS bisa dekitahui antara lain dari bagaimana sekolah dapat mengoptimalkan kinerjanya, proses pebeljrn, peneloln suber belajar, profesonlisme tenaga kependidian, serta system administrasi secara keseluruhan. Sejalan dengan itu, Saud (2002) berdasarkan pelaksanaan di Negara maju mengemukakan bahwa karakteristik dasar MBS adalah pemberian otonomi yang luas kepada sekolah, partisipasi masyarakat dan orang tua peserta didik yang tinggi, kepemimpinan sekolah yang demokratis dan professional, serta adanya team work yang tinggi dan professional.

a. Pemberian Otonomi Luas Kepada Sekolah

MBS memberikan otonomi luas kepada sekolah, disertai seperangkat tanggung jawab pengelolaan sumber daya dan pengembangan strategi sesuai dengan kondisi setempat. Sekolah dapat lebih memberdayakan tenaga kependidikan guru agar lebih berkonsentrasi pada tugas utamanya mengajar. Dalam konteks ini, sekolah sebagai lembaga pendidikan, diberi kewenangan dan kekuasaan yang luas untuk mengembangkan program program kurikulum dan pembelajaran sesuai dengan kondisi dan kebutuhan peserta didik serta tuntutan masyarakat. Untuk mendukung keberhasilan program tersebut, sekolah mempunyai kekuasaan dan kewenangan mengelola dan memanfaatkan berbagai sumber daya yang tersedia di masyarakat dan lingkungan sekitar. Selain itu, sekolah juga diberika kewenangan untuk menggali dan mengelola sumber dana sesuai dengan prioritas kebutuhan. Melalui otonomi yang luas, sekolah dapat meningkatkan kinerja tenaga kependidikan dengan menawarkan partisipasi aktif mereka dalam pengambilan keputusan dan tanggung jawab bersama dalam pelaksaan keputusan yang di ambil secara proposional dan professional.

b. Partisipasi Masyarakat Dan Orang Tua.

Dalam MBS, pelaksanaan program program sekolah didukung oleh partisipasi masyarakat dan orang tua peserta didik yang tinggi. Orang tua peserta didik dan masyarakat, tidak hanya mendukung sekolah melalui bantuan keuagan, tetapi melalui komite sekolah dan dewan pendidikan merumuskan serta mengembangkan program program yang dapat meningkatkan kualitas sekolah. Masyarakat dan orang tua menjalin kerja sama untuk membantu sekolah sebagai narasumber berbagai kegiatan sekolah utnuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

c. Kepemimpinan yang Demokratis dan Profesional

Dalam MBS, pelaksanaan program program sekolah didukung oleh adanya kepemimpinan sekolah yang demokratis dan professional. Kepala sekolah dan guru guru sebagai pelaksana inti program sekolah merupakan orang orang yang memiliki kemampuan dan integritas professional. Kepala sekolah adalah manajer pendidikan professional yang direkrut komite sekolah untuk mengelola segala kegiatan sekolah berdasarkan kebijakan yang ditetapkan.

Guru guru yang direkrut oleh sekolah adalah pendidik professional dalam bidangnya masing masing, sehingga mereka bekerja berdasarkan pola kinerja professional yang disepakati bersama untuk memberi kemudahan dan mendukung keberhasilan pembelajaran peserta didik. Dalam proses pengambilan keputusan, kepala sekolah mengimplementasikan proses bottom up secara demokratis, sehingga semua pihak memiliki tanggung jawab terhadap keputusan yang di ambil beserta pelaksanannya.

d. Teamwork yang kompak dan transparan

Dalam MBS, keberhasilan program program sekolah didukung oleh kinerja teamwork yang kompak dan transparan dari berbagai pihak yang terlibat dalam pendidikan di sekolah. Dalam dewan pendidikan dan komite sekolah misalnya, pihak pihak yang terbita bekerja sama dengan harmonis sesuai dengan posisinya masing masing untuk mewujudkan status ” sekolah yang dapat dibanggakan “ oleh semua pihak.

Mereka tidak saling menunjukkan kuasa atau paling berjasa, tetapi masing masing memberi kontribusi terhadap upaya peningkatan mutu dan kinerja sekolahs ecara kaffah. Dalam pelaksanaan program misalnya, pihak pihak terkait bekerja sama secara professional untuk mencapai tujuan tujuan atau target yang disepakati bersama. Dengan demikian, keberhasilan MBS merupakan hasil sinergi (synergistic effect) dari kolaborasi tim yang kompak dan transparan.

Dalam konteks MBS, kekuasaan yang dimiliki sekolah mencakup pengambilan keputusan tentang manajemen kurikulum dan pembelajaran; rekruitmen dan manajemen tenaga kependidikan; serta manajemen keuangan sekolah.

Menurut Drs. Nurkholis, MM (2002), MBS memiliki delapan karakteristik yang bertolak belakang dengan karakteristik manajemn control eksternal (MKE) yaitu dalam hal misi sekolah, strategi strategi manajemen, hakikat hakikat aktivitas, penggunaan sumber sumber daya, peran warga sekolah, hubungan interpersonal, kualitas pada administrator dan indicator indicator efektivits.

1. Misi sekolah

Sekolah dengan MBS mempunyai cita cita menjalankan sekolah utnuk mewakili sekelompok harapan bersama, keyakinan, dan nilai nilai sekolah, membimbing warga sekolah di dalam aktivitas pendidikan dan arahan kerja. Ini adalah budaya organisasi yang sangat besar pengaruhnya terhadap fungsi dan efektivitas sekolah. Budaya organisasi yang kuat harus dikembangkan di antara warga sekolah sehingga mereka bersedia berbagi tanggung jawab, bekerja keras, dan terlibat secara penuh dalam pekerjaan sekolah untuk mencapai cita cita bersama.

Budaya sekolah yang kuat juga mensosialisasikan warga yang baru untuk memiliki komitmen terhadap misi sekolah dan dalam waktu yang sama memaksa warga lama bekerja sama secara terus menerus untuk menjalankan misi. Bila kita ingin sekolah kita mengambil inisiatif utnuk memberikan kualitas pelayanan yang baik untuk memenuhi kebutuhan pendidikan yang bermacam macam dan kompleks, maka budaya organisasi yang kuat harus dikembangkan oleh warga sekolah utnuk sekolahnya sendiri.

2. Hakikat Aktvitas Sekolah

Hakikat aktivitas sekolah berarti sekolah menjalankan aktivitas aktivitas pendidikannya berdasarkan karakteristik, kebutuhan, dan situasi sekolah. Hakikat aktivas berbasis sekolah adalah amat penting untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Hal ini secara tak langsung mempromosikan perubahan manajemen sekolah dari model manajemen kontrol eksternal menjadi model berbasis sekolah. Ketika dikontrol secara eksternal, sebuah sekolah hanya akan mengimplementasikan tugas tugas berdasarkan kebijakan dari otoritas pusat. Isi, metode, dan evaluasi pengajaran cenderung mengikuti standar yang sama. Selain itu, fasilitas, personel, organisasi, pengajaran, dan pengelolaan sekolah semuanya dikontrol secara hati hati pleh pusat eksternal, dan oleh karena itu, aktivitas aktivitas sekolah tidak berbasis sekolah.

3. Strategi strategi manajemen

Perubahan arah dari MKE ke MBS dapat direfleksikan dalam aspek aspek strategi manajemen berikut ini :

a. Konsep atau asumsi tentang hakikat manusia

MBS menggunakan teori manajemen Y yang berasumsi bahwa manusia tidak memiliki sifat bawaan yang tidak menyukai pekerjaan. Di bawah kondisi tertentu, manusia bersedia mencapai tujuan tanpa harus dipaksa, dan ia mampu diserahi tanggung jawab. Teori Y menyarankan bahwa partisipasi demokratis, perkembangan profesinal, dan kemajuan kehidupan kerja adalah penting untuk memotivasi guru guru dan para siswa.

Selain itu, berlandaskan guru dan siswa kemungkinan memiliki tingkat kebutuhan yang berbeda beda, diluar keuntungan ekonomi. Mereka mengejar interaksi, afiliasi social, aktualisasi diri, dan kesempatan berkembang. Dalam rangka memuaskan tingkat kebutuhan yang lebih tinggi, mereka bersedia menerima tantangan dan bekerja lebih keras. MBS dapat meneyediakan fleksibilitas lebih dan kesempatan untuk memuaskan kebutuhan kebutuhan guru dan siswa dan memberi peran terhadap talenta talenta mereka.

b. Konsep Organisasi Sekolah

Dalam organisasi modern, konsep organisasi telah berubah. Kini orang percaya bahwa sebuah organisasi adalah tempat untuk hidup dan berkembang. Organisasi bukan hanya sebagai alat utnuk mencapai tujuan tertentu yang statis, misalnya produk yang berkualitas. Sekolah sebagai organisasi tidak sekedar menjadi tempat persiapan anak anak di masa mendatag, tetapi juga temoat untuk siswa siswa atau guru dan administrator untuk hidup, tumbuh, dan menjalani perkembangan. Tanpa perkembangan professional dan keterlibatan yang antusias dari guru guru dan administrator maka sekolah tak dapat dikembangkan dan ditingkatkan secara terus menerus, dan siswa siswa tidak memiliki pembelajaran hidup yang kaya. Oleh karena itu, dalam sebuah MBS, sekolah tidak hanya tempat membantu perkembangan siswa tetapi juga tempat perkembangan guru dan administrator.

c. Gaya Pengambilan Keputusan

Dalam MBS, gaya pengambilan keputusan pada tingkat sekolah adalah pembagian kekuasaan ( power sharing) atau partisipasi (participation) dengan alasan sebagai berikut :

  • Tujuan sekolah sering tidak jelas dan berubah ubah. Partisipasi guru, orang tua, siswa, dan alumni dapat membantu untuk mengembangkan tujuan yang dapat lebih merefleksikan situasi saat ini dan kebutuhan masa depan.
  • Tujuan sekolah itu beragam dan misi sekolah itu kompleks. Diperlukan intelegensi, imajinasi, dan usaha dari banyak orang untuk mencapainya. Partisipasi atau keterlibatan guru, orang tua dan siswa dalam pengambilan keputusan adalah sebuah sumbangan yang penting bagi siswa.
  • Partisipasi dalam pengambilan keputusan memberikan kesempatan kepada warga dan bahkan administrator untuk belajar dan berkembang dan juga mengerti dalam mengelola sekolah.
  • Partisipasi dalam pengambilan keputusan adalah proses untuk mendorong guru guru, orang tua dan siswa untuk terlibat di sekolah

d. Gaya Kepemimpinan

Terdapat lima tingkat kepemimpinan sekolah dari rendah ke tinggi, yaitu kepemimpinan teknis, manusia, pendidikan, simbolik dan budaya. Dalam merespon perubahan ke MBS, maka gaya kepemimpinan kepala sekolah berubah dari tingkat rendah ke kepemimpinan multi tingkat. Dengan demikian berarti bukan hanya kepemimpinan teknis dan manusia, melainkan juga kepemimpinan kependidikan, simbolik dan budaya.

Bila kita yakin bahwa pekerjaan sekolah menjadi kian tak menentu, komplek dan sulit, dan latar belakang pemikiran dan talenta warga sekolah lebih bermacam macam dari sebelumnya maka aspek simbolik dan budaya kepemimpinan sekolah harus ditekankan. Kepala sekolah harus memberi contoh yang baik untuk membawa warga sekolah memahami dan menghargai makna yang dilandasi aktivitas aktivitas sekolah, menyatukan berbagai perbedaan di antara berbagai warga, mengklarifikasi ketidakpastian dan ambiguitas, mengembangkan keunikan budaya dan misi sekolah, dan memotivasi setiap orang untuk bekerja demi masa depan yang lebih baik.

e. Penggunaan Kekuasaan

Kekuasaan itu ada lima kategori yaitu penghargaan, paksaan, legitimasi, referensi, dan keahlian.43 Karena MBS dimaksudkan utnuk mnegembangkan SDM dan mendorong komitmen dan inisoatif warga sekolah, maka gaya tradisional dalam penggunaan kekuasaan harus diubah. Administrator disarankan menggunakan kekuasaan terutama keahlian dan referensi, memberi perhatian terhadap perkembangan profesionalisme guru, menjadi pemimpin yang professional terhadap guru guru, dan memberi inspirasi kepada guru guru dan siswa untuk bekerja secara antusias dengan kepribadian mulia mereka.

f. Keterampilan Keterampilan Manajemen

Ketika mengadopsi MBS, maka pekerjaan manajemen internal menjadi lebih komplek dan berat. Oleh karena itu, diperlukan konsep konsep baru dalam keterampilan manajemen baru. Misalnya, metode metode ilmiah untuk analisis keputusan, keterampilan mengelola konflik, startegi efektif untuk perubahan dan perkembangan organisasi.

4. Penggunaan Sumber Sumber Daya

Dalam model school-based budgeting program, MBS memberikan keleluasaan kepada sekolah untuk memiliki otonomi yang lebih besar dalam mengadakan dan menggunakan sumber daya. Dengan demikian, self budgeting menyediakan suatu kondisi yang penting pada sekolah untuk menggunakan sumber daya sumber daya secara efektif berdasarkan karakteristik dan kebutuhan mereka guna memecahkan masalah yang ada pada saat itu, dan mengejar tujuan mereka sendiri yang berlaku di inggris, Kanada, Australia, Amerik Serikat, dan Hongkong.

Namun pada MKE, sebagian besar sumber daya dan oengeluaran sekolah sekolah negeri dating kangsung dari pemerintah. Pemerintah perlu mengawasi secara dekat bagaimana sekolah menggunakan sumber daya nya. Sehingga, pemerintah memerlukan SDM yang banyak dan sumber daya yang besar untuk mengawasi penggunaan sumber daya di sekolah. Setiap aspek pembiayaan sekolah harus berkonsultasi dan meminta persetujuan dari pusat. Sekolah tidak mudah untuk mengadakan sumber daya dibawah pertentangan pertentangan dengan otoritas pusat. Oleh karena itu, sekolah tidak dapat menggunakan sumber daya secara efektif dalam rangka memenuhi kebutuhan manajemen dan aktifitas pengajaran.

5. Perbedaan Perbedaan Peran

Peran warga sekolah secara langsung atau tidak, ditentukan oleh kebijakan manajemen pemerintah, misi sekolah, hakikat aktivitas sekolah, strategi strategi pengelolaan internal sekolah, dan gaya penggunaan sumber daya. Perubahan ke model MBS menuntut peran aktif sekolah, administrator, guru, orang tua dari semula pasif.

a. Peran Sekolah

MBS bertujuan untuk mengembangkan siswa, gurum dan sekolah menurut karakteristik sekolah itu sendiri. Oleh karena itu, peran sekolah adalah gaya pengembangan, inisiatif, memecahkan masalah, dan mengeksplorasi semua kemungkinan untuk memfasilitasi efektivitas pengajaran guru dan efektivitas pembelajaran siswa.

b. Peran Departemen Pendidikan

Dalam MBS, actor kuncinya adalah sekolah, dan peran otoritas pusat (Departemen Pendidikan) hanya sebagai supporter atau pendukung atau advisor/ penasihat yang membantu sekolah untuk mengembangkan sumber dayanya dan secara khusus utnuk menjalankan aktivitas pegajaran efektif.

c. Peran Para Administrator

Peran administrator dalam MBS adalah pengembangan dan pemimpin sebuah tujuan. Mereka mengembnagkan tujuan tujuan baru untuk sekolah menurut situasi dan kebutuhannya. Selain itu, administrator juga memimpin warga sekolah untuk mencapai tujuan dan berkolaborasi dan terlibat penuh dalam fungsi sekolah. Mereka juga memperlebar sumber sumber daya untuk memperomosikan perkembangan sekolah.

d. Peran Para Guru

Dalam MBS, cita cita sekolah dan strategi strategi pengelolaan mendorong partisipasi dan perkembangan, sedangkan guru ialah sebagai rekan kerja, pengambil keputusan dan pelaksana. Mereka bekerja bersama sama berkomitmen bersama dan berpartisipasi dalam pengambilan keputusan untuk mempromosikan pengajaran efektif dan mengembangkan sekolah mereka dengan antusiasme.

e. Peran Para Orang Tua

Dalam MBS, para orang tua menerima pelayanan berkualitas melalui siswa siswa yang menerima pendidikan yang mereka butuhkan. Peran orang tua adalah sebagai partner dan supporter. Mereka dapat berpartisipasi dalam proses sekolah, mendidik siswa secara kooperatif, berusaha membantu perkembangan yang sehat kepada sekolah dengan memberi sumbangan sumber daya dan informasi, mendukung dan melindungi sekolah pada saat mengalami kesulitan dan krisis.

6. Hubungan Antarmanusia

MBS menekankan hubungan antarmanusia yang cenderung terbuka, bekerja sama, semangat tim, dan komitmen yang saling menguntungkan. Maka, iklim organisasi cenderung mengarah ke tipe komitmen. Iklim organisasi seperti gaya tanpa pimpinan (headless style), dan tanpa sepemahaman (disengagement style), dan gaya kontrol (control style) dapat merusak pengajaran dan manajemen sekolah serta mempengaruhi efektivtas sekolah.

7. Kualitas Para Administrator

Dalam model MBS, sekolah memiliki otonomi tertentu. Partisipasi dan perkembangan dipandang sebagai sesuatu yang penting dalam menghadapi tugas pendidikan yang kompleks dan dalam mengejar efektivitas pendidikan. Dalam kasus ini, persyaratan administrator yang berkualitas adalah sangat tinggi/ penting. Mereka tidak hanya harus dilengkapi teknik dan pengetahuan manajemen modern untuk mengembangkan sumber daya dan manusia, tetapi juga perlu untuk belajar dan tumbuh secara terus menerus untuk menemukan dan memecahkan masalah demi kemajuan sekolah.

Singkatnya, untuk menjadi akrab dengan persyaratan sekolah yang seperti ini, mereka perlu memperluas wawasan dan pemikirannya untuk belajar sehingga mereka dapat mempromosikan demi perkembangan jangka panjang sekolahnya.

8. Indikator Indikator Efektivitas

Pada sekolah sekolah yang dikontrol dari luar, perkembangan misi dan tujuan sekolah tidak lagi penting. Sebab, indikator utama efektivitas sekolah adalah prestasi akademik pada akhir suatu tingkat sekolah, dan mengabaikan proses pendidikan dan pencapaian penting lainnya. Dalam MBS, efektivitas sekolah dinilai menurut indikator multi tingkat dan multi segi. Penilaian tentang efektivitas sekolah harus mencakup proses pembelajaran dan metode untuk membantu kemajuan sekolah. Oleh karena itu, penilaian efektivitas sekolah harus memperhatikan multi tingkat, yaitu pada tingkat sekolah, kelompok, individual, dan indicator multi segi, mencakup input, proses, dan output sekolah disamping perkembangan akademik siswa.

Sementara itu berdasarkan konsep manajemen pendidikan berbasis sekolah (MPBS), karakteristiknya terdiri dari output yang diharapkan, proses, dan input.

a. Output yang diharapkan

Sekolah harus memiliki output yang diharapkan, yaitu prestasi sekolah yang dihasilkan oleh proses pembelajaran dan manajemen sekolah. Output bisa berupa prestasi akademik seperti NEM, lomba karya ilmiah remaja, lomba bahasa inggris, matematika, fisika, cara berpikir kritis, kreatif, nalar, rasional, induktif, deduktif, dan ilmiah. Juga prestasi non akademik, misalnya keingintahuan yang tinggi, harga diri, kejujuran, kerja sama yang baik, rasa kasih sayang yang tinggi terhadap sesame, solidaritas yang tinggi, toleransi, kedisiplinan, kerajunan, prestasi olah raga, kesenian, dan kepramukaan.

b. Proses

Sekoah yang efektif pada umumnya memiliki karakteristik proses sebagai berikut :

  • Proses belajar mengajar yang efektivitasya tinggi
  • Kepemimpinan sekolah yang kuat
  • Lingkungan sekolah yang aman dan tertib
  • Pengelolaan tenaga kependidikan yang efektiv
  • Sekolah mempunyai budaya mutu
  • Sekolah memiliki teamwork yang kompak, cerdas, dan dinamis.
  • Sekolah memiliki kewenangan/ kemandirian
  • Partisipasi yang tinggi dari warag sekolah dan masyarakat
  • Sekolah memiliki keterbukaan manajemen
  • Seklah memiliki kemauan untuk berubah
  • Sekolah melakukan evaluasi dan perbaikan secara berkelanjutan
  • Sekolah responsive dan antisipatif terhadap kebutuhan
  • Komunikasi yang baik
  • Sekolah memiliki akuntabilitas

c. Input pendidikan yang meliputi :

  • Memiliki kebijakan, tujuan, dan sasaran mutu yang jelas.
  • Sumber daya tersedia dan siap
  • Staf yang kompeten dan berdedikasi yang tinggi
  • Fokus pada pelanggan
  • Input manajemen

Karakteristik MBS ini harus melekat pada semua proses manajemen berbasis sekolah, khususnya dalam proses pengambilan keputusan, sehingga hasilnya bisa diterima semua pihak, dengan dukungan yang kuat. Hal ini akan memudahkan setiap pengembangan yang dilakukan, karena tingkat akseptabilitasnya tinggi.

Indikator Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)

Apa indikator sekolah yang sudah menerapkan manajemen berbasis sekolah ? indikatornya adalah sebagai berikut :

  • Partisipasi masyarakat diwadahi melalui komite sekolah
  • Transparasi pengelolaan sekolah ( program dan anggrana).
  • Program sekolah realistis (need assessment)
  • Pemahaman stakeholder mengenai visi dan misi sekolah.
  • Lingkungan fisik sekolah nyaman, terawatt.
  • Iklim sekolah kondusif.
  • Berorientasi mutu, penciptaan budaya mutu.
  • Meningkatkan kinerja professional kepala sekolah dan guru.
  • Kepemimpinan sekolah berkembang demokratis (policy and decision making, planning and programing).
  • Upaya memenuhi fasilitas pendukung KBM meningkat.
  • Kesejahteraan guru meningkat.
  • Pelayanan berorientasi pada siswa/ murid.
  • Budaya konformitas dalam pengelolaan sekolah berkurang

Diharapkan dengan menerapkan manajemen pola MBS, sekolah lebih berdaya dalam hal berikut.

  1. Menyadari kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman bagi sekolah tersebut.
  2. Mengetahui sumber daya yang dimiliki dan “input” pendidikan yang akan dikembangkan.
  3. Mengoptimalkan sumber daya yang tersedia untuk kemajuan lembaganya.
  4. Bertanggung jawab terhadap orang tua, masyarakat, lembaga terkait, dan pemerintah dalam penyelenggaraan sekolah.
  5. Persaingan sehat dengan sekolah lain dalam usaha usaha kreatif – inovatif untuk meningkatkan layanan dan mutu pendidikan.

Sumber Bacaan

Danim, Sudarwan (2007), Visi Baru Manajemen Sekolah, dari Unit Birokrasi Kelembaga Akademik Jakarta: Bumi Aksara.

Asmani, Jamal (2012), Tips Aplikasi Manajemen Sekolah, DIVA press (anggota IKAPI).

Mulyasa, 2006, Manajemen Berbasisis Sekolah (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2006)

Departemen Pendidikan Nasional, (2005), paket pelatihan 1, peningkatan mutu pendidikan dasar melalui manajemen berbasis sekolah, peran serta masyarakat, pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.

Slamet PH, (2000) Pengertian dan Tujuan Manajemen, Jakarta (2000)

Buku Materi Pokok PGSD 4408/3 sks/Modul 1-9, Manajemen Berbasis Sekolah, Universitas Terbuka

Mulyasa, E, (2007), Menjadi Kepala Sekolah Professional, (Bandung: Rosda Karya)

Asmani, Jamal (2012), Tips Aplikasi Manajemen Sekolah, DIVA Press (anggota IKAPI).

Teori Mc Gregor (1960)

Teori Maslow (1943) dan Alderfer (1972)

Sergiovanni (1984)

French dan Reven (1968)

Prof. Dr. H. Djam’an Satori, MA (2006)

Muhammad Faiq Dzaki (2009)