Bagaimana kaitannya antara berkat Tuhan dengan kehidupan yang serba rukun di dalam masyarakat kita


Bagaimana kaitannya antara berkat Tuhan dengan kehidupan yang serba rukun di dalam masyarakat kita

Kerukunan adalah dambaan setiap persekutuan. Persekutuan manapun entah keluarga, jemaat maupun masyarakat, semuanya menginginkan kerukunan dalam hidup persekutuan. Tetapi seperti apakah gambaran persekutuan atau persaudaraan yang rukun itu? Mari kita belajar dari Mazmur 133 yang menjadi bagian pembacaan Firman Tuhan bagi kita hari ini.

Mazmur 133 adalah sebuah Mazmur Ziarah. Mazmur ini mengungkapkan tentang kerukunan kekeluargaan dari umat Allah. Ternyata dalam pengalaman hidup beriman, umat Israel selaku umat Allah menyadari bahwa yang terbaik dan terindah adalah apabila saudara – saudara diam bersama dengan rukun. Seperti yang dikemukakan dalam ayat 1 “Sungguh alangkah baiknya dan indahnya apabila saudara – saudara diam bersama dengan rukun.”Dalam ayat 2 dan 3, persaudaraan yang rukun itu diumpamakan dengan : minyak diatas kepala Harun dan embun gunung Hermon  yang menyegarkan. Persaudaraan yang rukun juga disamakan dengan berkat.

Persaudaraan yang rukun disebut seperti minyak yang baik di atas kepala Harun yang meleleh ke janggut dan ke leher jubahnya. Di Israel, minyak menandakan adanya kesukaan dan ketentraman. Minyak ini dikaitkan dengan Harun. Harun adalah seorang Imam. Itu berarti minyak yang dimaksud di sini bukan minyak yang biasa – biasa tetapi minyak urapan atau minyak khusus yang dipakai untuk mengurapi Imam. Pengurapan menandakan penyucian, pengudusan dan pengkhususan Allah bagi orang yang diurapi untuk melakukan pekerjaan Allah.

Pada bagian bacaan ini dikatakan bahwa minyak urapan itu meleleh dari kepala ke janggut lalu ke leher jubah Harun. Itu berarti ada kelimpahan minyak urapan. Dan kelimpahan minyak urapan menunjukan betapa Tuhan berlimpah – limpah memberkati dan menguduskan umat yang diam bersama dengan rukun. Persaudaraan yang rukun itu diberkati oleh Allah dan dikhususkan untuk melakukan pekerjaan – pekerjaan Allah melalui mereka.

Persekutuan atau persaudaraan yang rukun adalah seperti embun gunung Hermon. Embun bermakna kesegaran dan tanda adanya kehidupan. Sedangkan Gunung Hermon adalah sebuah gunung tertinggi di daerah dekat Palestina. Puncak gunung ini ditutupi salju, sehingga selalu ada embun di sana. Kondisi di Gunung Hermon sangat berbeda dengan keadaan di sekitar gunung Hermon yang tandus dan kering. Nah, salju yang mencair dari Gunung Hermon atau embun Gunung Hermon inilah yang biasanya mengalir memberi kesejukan dan kesegaran bagi daerah – daerah sekitarnya yang tandus. Begitulah persaudaraan yang rukun. Persaudaraan yang rukun itu selalu memberi kesejukan, kesegaran dan menjamin hidup tiap – tiap anggota persekutuan bahkan bagi orang – orang diluar persekutuan. Bagi kehidupan persekutuan seperti itulahTuhan berkenan dan Tuhan memerintahkan berkat kehidupan selama – lamanya.

Bagian Firman Tuhan ini mengajak kita untuk mewujudkan kehidupan persaudaraan yang rukun. Itu berarti Keluarga Kristen, Ikatan Persekutuan dan Ikatan Kampung bukan saja menjadi persekutuan yang sekedar ada. Setiap persekutuan yang dibangun atas dasar Yesus Kristus, dipanggil untuk menjadi persekutuan yang menjadi teladan tentang hidup persaudaraan yang rukun. Persekutuan Kristen mestilah menyadari bahwa Allah mengutus persekutuan untuk melakukan pekerjaan – pekerjaan Allah. Melalui aktivitas dalam persekutuan atau ikatan Kampung ini, kita sedang bersaksi tentang Kristus. Tentulah kita tidak menginginkan kesaksian kita menjadi hambar karena kehidupan yang tidak rukun. Jadilah persekutuan yang rukun agar kesaksian kita menjadi manis dan berkenan bagi Allah dan manusia.

Hiduplah saling mengasihi dan rukun agar persekutuan kita mengalami kelimpahan berkat dari Tuhan. Di mana ada kerukunan disitulah tanda – tanda Kerajaan Allah (Surga) dapat kita alami. Sebaliknya dalam kehidupan persekutuan yang tidak rukun, berkelahi, bercekcok, bermusuhan membuat kita mengalami neraka. Manakah yang kita pilih? Surga atau Neraka. Suasana Surga atau Neraka dapat kita alami tergantung pilihan kita mau hidup rukun atau tidak?

Persekutuan dan persaudaraan yang rukun bukan saja membuat anggota – anggota persekutuan mengalami berkat dan merasakan suasana Surga tapi juga orang – orang lain disekitar persekutuan dapat merasakan kesegaran, kesejukan dan berkat bagaikan Embun Gunung Hermon yang mengalir. Dunia kita saat ini mengalami keadaan seperti daerah sekitar Gunung Hermon yang tandus dan kering. Dunia sedang membutuhkan sentuhan – sentuhan rohani yang menyejukan dan menyegarkan. Ikatan Keluarga dan Kampung kita ini dipanggil untuk menjadi embun Gunung hermon bagi dunia disekitar kita. Jadilah persekutuan yang mewujudkan kerukunan adar ada kelimpahan berkat dan kesejukan dalam hidup bersama. Tuhan memberkati

Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan, Shalom!! Dari Gereja Protestan Maluku di Ambon, kami datang menyapa saudara-saudara melalui pemberitaan firman di hari ini.

“Persaudaraan yang rukun. Sungguh, alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara-saudara diam bersama dengan rukun. Seperti minyak yang baik di atas kepala meleleh ke janggut, yang meleleh ke janggut Harun dan ke leher jubahnya. Seperti embun gunung Hermon yang turun ke atas gunung-gunung Sion. Sebab ke sanalah TUHAN memerintahkan berkat, kehidupan untuk selama-lamanya.” (Mazmur 133:1-3)

Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan, kita semua sebagai bangsa dan masyarakat sementara menghadapi pandemi Covid-19 yang menggetarkan kita semua, dan kita dihantui rasa takut yang berkelebihan. Karena itu pada kesempatan ini, kita tidak punya pilihan yang lain kecuali harus bekerja bersama, tolong-menolong dan bahu membahu. 

Untuk dapat bekerja bersama, tolong menolong dan bahu membahu, kita harus memiliki kesadaran persaudaraan, sebab dengan kesadaran persaudaraan sebagai bangsa, sebagai sesama manusia kita akan dapat bekerja dengan baik secara bersama-sama, serta dapat tolong-menolong dan bahu membahu. Karena itu, persaudaraan adalah suatu yang penting buat kita. Di dalam Mazmur 133 ini ada hal penting untuk membangun pengertian kita tentang pentingnya persaudaraan.

Pesan penting itu adalah jika pemazmur mengakui tentang kebaikan dan keindahan diam bersama dengan rukun. Baik, saya mencoba memparalelkan itu dengan Kejadian pasal 1 tentang cerita penciptaan. Setiap Tuhan menjadikan satu bagian bumi dalam hari-hari, maka akhirnya Tuhan mengatakan itu baik. Baik di sini tidak lain adalah berguna bagi kehidupan dan kelangsungannya, jadi bukan secara estetika saja tetapi berfungsi bagi kehidupan.

Pada perspektif itu, saya mencoba memparalelkan dengan pengakuan pemazmur, sungguh, alangkah baiknya dan indahnya. Ini menyatakan bahwa persaudaraan yang rukun atau diam bersama dengan rukun itu adalah penting bagi kelangsungan hidup. Kelangsungan hidup hanya bisa berjalan kalau orang-orang diam bersama dengan rukun, saling tolong-menolong, dan saling bahu-membahu. Sebab, diam bersama dengan rukun itu bukan seperti satu kumpulan benda mati, tetapi diam bersama dengan rukun yang hidup, akan tercermin dari interaksi saling tolong-menolong dan bahu-membahu itu.

Saudara-saudara yang terkasih dalam Kristus. Diam bersama dalam perspektif persaudaraan seperti tadi, kemudian oleh pemazmur diandaikan dengan minyak pengurapan dan embun yang turun, dua-duanya memiliki makna yang sama. Minyak pengurapan itu adalah minyak yang baik dan yang mahal, dan minyak yang berguna penahbisan jemaat. Minyak yang baik yaitu menurut saya, ijinkan saya mengatakannya sebagai minyak yang suci. Dengan demikian, persaudaraan yang rukun itu dan diam bersama dengan rukun itu tidak lain adalah satu akar suci melangsungkan kehidupan bersama. Jadi itu berfungsi bagi kelangsungan hidup.

Yang kedua mengenai embun. Embun itu punya fungsi menyegarkan dan karena embun itu memiliki fungsi menyegarkan, segala sesuatu yang dari kemarin kita lihat penuh dengan kegersangan. Ketika kita tidur, kita bangun pagi, kita bisa menemukan dua keindahan, panorama yang sangat indah dan itu disebabkan oleh embun. Fungsi embun menghidupkan dan menyegarkan. Jadi diam bersama dengan rukun dalam perspektif persaudaraan berfungsi dalam kelangsungan hidup dan menghidupkan, serta menyegarkan.

Pemazmur sendiri mengakui hanya ke situlah suasana diam bersama dengan rukun, persaudaraan yang utuh tanpa membedakan latar belakang. Lalu Tuhan akan menjanjikan kehidupan untuk selama-lamanya. Kehidupan dalam keabadian dan itu yang paling penting. 

Maka dari itu dalam suasana persaudaraan seperti ini yang kita butuhkan, kita tidak bertanya bahwa seseorang itu berasal dari mana, agama apa, dari golongan mana, dan apa warna kulitnya? Yang kita tanyakan adalah apa yang akan dia akan lakukan bagi kepentingan bersama dalam situasi seperti ini. Ini pesan penting buat kita semua, sebagai bangsa dan umat manusia dan teristimewa sebagai umat Kristiani. Tuhan memberkati saudara-saudara, Amin.

Pdt. A.J.S. Werinussa (Ketua Sinode Gereja Protestan Maluku atau GPM)