Bagaimana jika besar pasak daripada tiang?

Posted on Jun 27, 2022   |   Branding

Mengatur Keuangan Agar Tak Lebih Besar Pasak daripada Tiang

Hidup berkeluarga, tak bisa dilepaskan dari soal keuangan. Karena itu diperlukan perencanaan yang matang dan baik, agar tidak lebih besar pasak daripada tiang. Apalagi dijaman susah seperti sekarang dan inflasi terhadap bahan-bahan kebutuhan pokok dan barang yang naik, membuat kita harus bijak dalam melakukan berbagai pengeluaran. 

Kita hidup dalam jaman yang serba canggih, karenanya segala sesuatu menjadi lebih mudah. Belanja tinggal melihat di internet atau katalog. Setelah itu tinggal pesan, lalu barang pun akan dikirimkan ke rumah. Tempat-tempat hiburan keluarga tersebar di mana-mana. Tawaran membeli perangkat gawai yang canggih atau alat elektronik untuk kebutuhan keluarga berseliweran setiap hari, baik di iklan TV, majalah, radio, hingga internet. Belum lagi godaan midnight sale atau opening sale yang belakangan makin sering diselenggarakan oleh pusat perbelanjaan besar. Semua itu tentunya sangat menggoda ‘keimanan finansial’ kita. Tawaran manis  untuk mengeluarkan uang dengan mudah. 

Lantas bagaimana cara menyikapinya? Satu hal yang harus selalu diingat adalah: jangan lebih besar pasar daripada tiang. Jangan terjebak dalam gaya hidup yang tidak kita sanggupi. Jika itu terjadi, maka kita akan lebih mudah terjebak dalam hutang yang buruk. Bukannya hutang selalu buruk? Tidak juga! Kalau hutangnya diinvestasikan, maka itu namanya hutang baik. Kembali ke pokok persoalan, mari simak bagaimana agar keuangan kita tidak lebih besar pasak daripada tiang. 

1. Belanjakan Lebih Sedikit dari yang Diperoleh

Prinsip ini sudah lama sekali diperkenalkan sejak turun temurun. Kalau penghasilan Rp. 5juta sebulan, maka usahakan agar pengeluaran kurang dari jumlah tersebut. Siapkan perencaan pengeluaran yang matang. Kalau perlu, catat semua pengeluaran Anda. Dengan begitu, akan terlihat di pos mana yang bisa dikurangi atau malah dihilangkan. 

2. Sisihkan Segera

Ingat, kita tidak selamanya hidup di masa kini. Ada masa depan yang juga harus dipikirkan. Sekolah anak-anak, biaya rumah, kendaraan, jalan-jalan bersama keluarga dan aneka biaya lainnya yang harus dipikirkan. Agar meminimalisir pemborosan, sisihkan pendapatan untuk ditabung atau diinvestasikan, sesegera mungkin. 

3. Tingkatkan Pendapatan

Saat ini banyak keluarga di mana suami istri sama-sama bekerja. Namun bagaimana jika itu masih belum cukup juga? Paling tidak, miliki sumber usaha lain, selain pekerjaan tetap yang telah dijalani. Sekarang ini sudah mulai banyak pilihan usaha yang mudah dilakukan, di antaranya: membuka toko online, membeli franchise, dan sebagainya. Pilih salah satu yang paling mungkin dilakukan. Jika ragu, lakukan survey terlebih dahulu.  

4. Kenali Kesanggupan Diri 

Apakah istri sering ribut ingin dibelikan kulkas baru atau alat rumah tangga lainnya yang lebih canggih? Atau justru suami yang hendak membeli perangkat olahraga baru yang lebih keren? Atau mungkin anak Anda yang ingin dibelikan mainan mahal baru, karena mainannya yang lama sudah membosankan? Tahan dulu! Perhatikan kesanggupan keuangan Anda. Kalau sanggup, berarti tidak masalah untuk membelinya. Tapi kalau keuangan masih minus, lebih baik tunggu sampai keadaan keuangan Anda membaik. 

5. Hidup Sederhana 

Di jaman sekarang ini, menjalani hidup sederhana memang tak mudah. Banyak orang terbiasa memamerkan ‘kekayaan’ dirinya di media sosial. Timbul perasaan minder kalau tidak berbuat serupa. Alhasil dibelilah barang-barang branded yang tidak diperlukan, hanya demi bisa pamer dan eksis di media sosial. Buat apa? Ingat, bahkan seorang Warren Buffet yang memiliki kekayaan lebih dari Rp. 600 Triliun pun masih tinggal di rumah lama yang dibelinya pada tahun 1958! Ia memilih tetap hidup sederhana dan mendonasikan lebih dari separuh kekayaannya untuk amal dan kegiatan sosial. 

6. Batasi Pengeluaran 

Jika mengurangi pengeluaran dirasa berat, kenapa tidak mencoba untuk membatasinya? Ini berarti pengeluaran harian harus dijatah. Misalnya untuk sehari hanya boleh keluar uang maksimal Rp. 50rb, maka taatilah. Dengan begitu, Anda jadi bisa mengira-ngira, berapa uang yang akan dihabiskan dalam sehari untuk transportasi, uang makan, dan sebagainya. 

7. Akali dengan Substitusi 

Misalkan, Anda biasanya minum kopi di tempat yang mahal, sekarang ganti dengan kopi yang diracik sendiri di rumah. Sama saja. Bukan berarti tidak minum kopi, namun menggantinya dengan yang lebih terjangkau. Bila sering ke restoran yang terkenal mahal bersama keluarga, coba ke tempat makan lain yang spesialisasinya sama, namun dengan harga lebih murah. Liburan keluarga juga bisa diakali dengan berwisata ke tempat-tempat yang tidak jauh dari rumah, sehingga lebih hemat. 

8. Jaga Komitmen

Sebaik apapun anggaran, rencana, keinginan, target yang Anda dan pasangan buat, semua tidak akan ada artinya bila tidak ada komitmen untuk menjaganya serta kedisiplinan dalam menerapkannya. Teguhkan hati Anda dan pasangan untuk menghadapi berbagai godaan belanja, makan-makan di tempat mahal, dan sebagainya. 

Bagaimana, tidak sulit bukan? Semoga keuangan keluarga Anda tidak lebih besar pasak daripada tiang. (red)

Bagaimana Cara Mengatasi besar pasak daripada tiang?

5 Cara Cegah Sikap Boros.
Ubah Kebiasaan. Jika Anda ingin segera keluar dari jaring besar lebih besar pasak daripada tiang, maka hal pertama yang harus Anda lakukan adalah dengan mengubah kebiasan lama. ... .
2. Susun Anggaran Keuangan. ... .
3. Buat Pengingat Pribadi. ... .
4. Cari Pemasukan Tambahan..

Apa arti dari peribahasa lebih besar pasak daripada tiang?

Besar pasak daripada tiang artinya lebih besar pengeluaran daripada penghasilan; Boros.

Apa arti peribahasa besar pasak daripada tiang brainly?

Besar pasak daripada tiang. Artinya besar penegluaran daripada pendapatan.