Bagaimana cara narkoba memengaruhi kerja saraf otak jelaskan

Bagaimana cara narkoba memengaruhi kerja saraf otak jelaskan
TAHUKAH Anda bahwa pemakaian narkoba sangat mempengaruhi kerja otak yang berfungsi sebagai pusat kendali tubuh dan mempengaruhi seluruh fungsi tubuh? Karena bekerja pada otak, narkoba mengubah suasana perasaan, cara berpikir, kesadaran dan perilaku pemakainya. Itulah sebabnya narkoba disebut zat psikoaktif.

"Asyik Nyabu, Tiga Warga Manna Diringkus"

Ada beberapa macam pengaruh narkoba pada kerja otak. Ada yang menghambat kerja otak, disebut depresansia, sehingga kesadaran menurun dan timbul kantuk. Contoh golongan opioida (candu, morfin, heroin, petidin), obat penenang/tidur (sedativa dan hipnotika) seperti pil BK, Lexo, Rohyp, MG dan sebagainya, serta alkohol.Narkoba berpengaruh pada bagian otak yang bertanggung jawab atas kehidupan perasaan, yang disebut sistem limbus: Hipotalamus pusat kenikmatan pada otak adalah bagian dari sistem limbus. Narkoba menghasilkan perasaan ‘high’ dengan mengubah susunan biokimia molekul pada sel otak yang disebut neuro-transmitter.Otak dilengkapi alat untuk menguatkan rasa nikmat dan menghindarkan rasa sakit atau tidak enak, guna membantu memenuhi kehidupan dasar manusia, seperti rasa lapar, haus, rasa hangat, dan tidur. Mekanisme ini merupakan mekanisme pertahanan diri. Jika lapar, otak menyampaikan pesan agar mencari makanan yang dibutuhkan. Kita berupaya mencari makanan itu dan menempatkannya diatas segala-galanya. Kita rela meninggalkan pekerjaan dan kegiatan lain, demi memperoleh makanan itu.Ada beberapa macam pengaruh narkoba pada kerja otak. Ada yang menghambat kerja otak, disebut depresansia, sehingga kesadaran menurun dan timbul kantuk. Contoh golongan opioida (candu, morfin, heroin, petidin), obat penenang/tidur (sedativa dan hipnotika) seperti pil BK, Lexo, Rohyp, MG dan sebagainya, serta alkohol.Ada narkoba yang memacu kerja otak, disebut stimulansia, sehingga timbul rasa segar dan semangat, percaya diri meningkat, hubungan dengan orang lain menjadi akrab, akan tetapi menyebabkan tidak bisa tidur, gelisah, jantung berdebar lebih cepat dan tekanan darah meningkat. Contoh amfetamin, ekstasi, shabu, kokain, dan nikotin yang terdapat dalam tembakau. Ada pula narkoba yang menyebabkan khayal, disebut halusinogenika. Contoh LSD. Ganja menimbulkan berbagai pengaruh, seperti berubahnya persepsi waktu dan ruang, serta meningkatnya daya khayal, sehingga ganja dapat digolongkan sebagai halusinogenika. Dalam sel otak terdapat bermacam-macam zat kimia yang disebut neurotransmitter. Zat kimia ini bekerja pada sambungan sel saraf yang satu dengan sel saraf lainnya (sinaps). Beberapa di antara neurotransmitter itu mirip dengan beberapa jenis narkoba. Semua zat psikoaktif (narkotika, psikotropika dan bahan adiktif lain) dapat mengubah perilaku, perasaan dan pikiran seseorang melalui pengaruhnya terhadap salah satu atau beberapa neurotransmitter. Neurotransmitter yang paling berperan dalam terjadinya ketergantungan adalah dopamin.Dokter Idrat dari Rumah Sakit Raden Mattaher (RSRM) Jambi mengatakan penyalahgunaan narkoba memiliki pengaruh terhadap kerja sistem saraf.

Pertama, gangguan saraf sensorik, dimana ada rasa kebas, penglihatan buram hingga bisa menyebabkan kebutaan. “Kasus buta akibat penggunaan narkoba sudah pernah saya temukan kasusnya.

Kedua gangguan saraf otonom. Gangguan ini menyebabkan gerakan yang tidak dikehendaki melalui gerak motorik. Sehingga orang yang dalam keadaan mabuk bisa melakukan apa saja di luar kesadarannya. “Misalnya saat mabuk, mengganggu orang, berkelahi dan sebagainya,” ujar dr Idrat.

Ketiga, gerakan gangguan saraf motorik. Gerakan tanpa koordinasi dengan sistem motoriknya. “Orang lagi on, kepalanya goyang-goyang sendiri, pengaruh obat hilang, baru berhenti.

Keempat gangguan saraf vegetatif yakni terkait bahasa yang keluar. Bahasa yang keluar di luar kesadaran, ngawur, biasanya juga disertai gaya bicara yang pelo.

Pengaruh lain ke otak, timbul rasa takut, kurang percaya diri jika tidak menggunakannya dan gangguan memori. Dalam jangka panjang secara perlahan bisa merusak sistem saraf di otak mulai dari ringan hingga permanen. Saat penggunaan obat, muatan listrik dalam otak berlebihan, jika ini sudah kecanduan, maka lama-lama kelamaan saraf bisa rusak.Yang terjadi pada ketergantungan adalah semacam pembelajaran sel-sel otak pada pusat kenikmatan. Jika mengkonsumsi narkoba, otak membaca tanggapan orang itu. Jika merasa nyaman, otak mengeluarkan neurotransmitter dopamin dan akan memberikan kesan menyenangkan. Jika memakai narkoba lagi, orang kembali merasa nikmat seolah-olah kebutuhan batinnya terpuaskan. Otak akan merekamnya sebagai sesuatu yang harus dicari sebagai prioritas sebab menyenangkan. Akibatnya, otak membuat program salah, seolah-olah orang itu memerlukannya sebagai kebutuhan pokok. Terjadi kecanduan atau ketergantungan. Dalam keadaan ketergantungan, pecandu merasa sangat tidak nyaman dan kesakitan. Baginya, tidak ada lagi yang lebih penting daripada mendapatkan zat yang menyebabkan dia ketagihan itu. Untuk mendapatkan itu dia dapat melakukan apa pun, seperti mencuri, bahkan membunuh.Pada ketergantungan, orang harus senantiasa memakai narkoba, jika tidak, timbul gejala putus zat, jika pemakaiannya dihentikan atau jumlahnya dikurangi. Gejalanya bergantung jenis narkoba yang digunakan. Gejala putus opioida (heroin) mirip orang sakit flu berat, yaitu hidung berair, keluar air mata, bulu badan berdiri, nyeri otot, mual, muntah, diare, dan sulit tidur. Narkoba juga mengganggu fungsi organ-organ tubuh lain, seperti jantung, paru-paru, hati dan sistem reproduksi, sehingga dapat timbul berbagai penyakit.Jadi, perasaan nikmat, rasa nyaman, tenang atau rasa gembira yang dicari mula-mula oleh pemakai narkoba, harus dibayar sangat mahal oleh dampak buruknya, seperti ketergantungan, kerusakan berbagai organ tubuh, berbagai macam penyakit, rusaknya hubungan dengan keluarga dan teman-teman, rongrongan bahkan kebangkrutan keuangan, rusaknya kehidupan moral, putus sekolah, pengangguran, serta hancurnya masa depan dirinya.Konsumsi narkoba secara terus-menerus dapat menyebabkan peningkatan toleransi tubuh sehingga pemakai tidak dapat mengontrol penggunaannya dan cenderung untuk terus meningkatkan dosis pemakaian sampai akhirnya tubuhnya tidak dapat menerima lagi. Keadaan ini disebut overdosis.Saraf merupakan salah satu organ penting pada manusia yang mengatur sistem tubuh. Jika ia mengalami kerusakan maka bisa menyebabkan kecacatan yang permanen dan sulit untuk diperbaiki. Untuk itu diharapkan kepada masyarakat untuk tidak mengonsumsi obat-obat terlarang ini, karena sangat membahayakan kesehatan.

Sayangi Tubuh Anda. (Oscar Umbu Siwa)


Page 2

Untuk mendukung kemajuan Pedoman Bengkulu maka kami membuka ruang donasi yang sifatnya tidak mengikat. Dana yang didonasikan kami umumkan secara terbuka dan berkala kepada publik sebagai wujud transparansi dan profesionalitas media ini.

Bagi anda yang ingin membantu dapat mengirimkan donasi ke rekening BCA: (0580557945 atas nama Rudi Nurdiansyah). Untuk memastikan donasi anda sampai pada kami maka anda dapat mengontak nomor telepon 0822-8031-5061.

Bagaimana cara narkoba memengaruhi kerja saraf otak jelaskan
Foto: Paulus

Jakarta - Hampir setiap hari media cetak maupun elektronik memberitakan tentang narkoba yang sudah menjadi hal yang amat memprihatinkan semua pihak. Betapa tidak, semua profesi ada pecandu narkoba, mulai dari artis, politikus, mahasiswa, pelajar, ibu rumah tangga, berbagai jenjang pejabat sipil maupun militer dan sebagainya.NKRI memang darurat Narkoba, 5,9 juta pecandu yang tercatat tahun 2015 dan saat ini sudah tercatat kurang lebih 7 juta pecandu serta diduga ada juga yang belum terdata, terlanjur meninggal karena kecelakaan lalu lintas saat 'sakaw' atau overdosis narkoba.Mengapa narkoba menjadi zat yang amat merusak? Apa yang didapat dari menjadi pecandu narkoba? Secara umum, narkoba di dunia medis dikenal 3 jenis, yaitu:

  1. Halusinogen, pecandu mengalami halusinasi baik visual /lihat maupun auditori/dengar, libido meningkat. Zat ini terdapat pada ganja, LSD dan mushroom
  2. Depresan, menekan fungsi saraf, mengantuk dan 'fly', libido meningkat. Zat ini terdapat pada alkohol, obat jiwa sedative hipnotik dengan berbagai merk dagang turunan benzodiazepine seperti Xanax, dumolid, camplet dan opiad/morfin, kodein, pethidin serta putaw pada umumnya.
  3. Stimulant, memacu tidak normalnya jaringan saraf, jadi aktif dan tidak mengantuk dan tidak merasa lelah, nafsu makan meningkat, tak berpengaruh terhadap libido. Zat ini terdapat pada amfetamin, ektasi, shabu, nikotin, kokain dan beberapa jenis sintetis terbaru sebagai stimulan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Cara pemakaian narkoba oleh pecandu pada biasanya dengan diminum, diisap dengan dibakar bersama tembakau, dihirup, diteteskan ke minuman, disuntikkan. Resikonya dapat terjadi penularan penyakit berbahaya seperti HIV/AIDS, Hepatitis dan penyakit menular lainnya.Semua narkoba bersifat adiktif atau candu baik fisik maupun psikis dan cenderung dengan cepat terjadi peningkatan dosis untuk mencapai 'efek' yang diinginkan pecandu. Makin lama pemakaian dan makin tinggi dosis yang dipakai berbanding lurus dengan makin sulitnya pecandu direhabilitasi, makin sulit lepas dari cengkraman narkoba. Akibatnya, dapat saja pecandu jadi overdosis karena memakai narkoba secara berlebihan, atau sebaliknya 'sakaw' (sakit karena dikau/narkoba) jika saat fisik menagih narkoba, bahan haram tersebut tidak tersedia.Ketergantungan narkoba bersifat fisik dan juga psikis, sehingga banyak fungsi faali tubuh yang terganggu. Semua jenis narkoba merusak jaringan saraf termasuk otak. Zat pengantar di trilyunan sel saraf digantikan perannya oleh narkoba.Otomatis sel saraf menjadi 'loyo' dan perlu tambahan jumlah narkoba agar sel saraf dapat bekerja 'normal'. Dampaknya amat multi luas bagi tubuh manusia, karena narkoba merusak fungsi dan struktur otak, sehingga ada istilah ketergantungan mendarah daging (gangguan zat penghantar otak) dan ketergantungan 'mbalung sum-sum' ( gangguan struktur otak) Hal ini berakibat pecandu amat sulit menjadi 'sembuh' dari ketergantungan narkoba.Dalam hal ini pencegahan salah guna jauh lebih berguna untuk menyadarkan masyarakat akan bahaya narkoba ini. Mengingat pengalaman penulis tujuh tahun sebagai dokter yang bertugas di PTRM (Program Terapi Rumatan Methadon) tetap tidak berhasil membebaskan penasun dari ketergantungan narkoba.Aksi nyata yang penulis pikir bermanfaat adalah dengan mendirikan Museum Edukasi Narkoba yang dikelola baik swasta maupun pemerintah seperti di Negara lain .Ada 4 museum terkenal di dunia ini yang memamerkan berbagai macam seluk beluk narkob,baik yang dibuka untuk umum maupun yang bersifat tertutup , biasanya digunakan sebagai pusat pelatihan intensif aparat anti narkoba yaitu Museum Opium, Thailand (2003), DEA Museum, Amerika Serikat, Museo de los Enervantes, Meksiko (1985), Museum Narkotika Mong La, Myanmar (1987). Saya beranggapan semua bentuk penyuluhan, seminar dan iklan di media kurang efektif sebagai sarana yang bermanfaat bagi masyarakat. Mengingat kuantitas maupun kualitas penyuluhan tersebut kurang menimbulkan kesadaran dan ketakutan masyarakat untuk tidak menyentuh narkoba.Seminar hanya mencakup maksimal 300 orang, iklan kurang 'membumi dan kurang informasi lengkap', begitu juga penyuluhan. Bandingkan dengan kunjungan museum yang mencakup 80 ribu orang perbulan bahkan musim libur sekolah dapat menjangkau 150 sampai 200 ribu pengunjung setiap bulan. Informasi berbagai akibat penyalahgunaan narkoba jauh lebih lengkap, lebih rinci dan lain lain.Museum Edukasi Narkoba minimal ada di setiap Provinsi, dirancang dan dikelola sebaik mungkin sehingga menarik seluruh masyarakat untuk mengunjunginya. Rancangan museum yang moderen dengan pemandu yang profesional dan dilengkapi testimoni pecandu yang sudah berhasil lepas dari narkoba, poster dan foto korban narkoba serta berbagai macam narkoba yang ada dapat dipamerkan secara nyata.Dapat juga dilengkapi dengan rumah jajan kuliner serta Wi Fi dan dengan harga tiket masuk yang ekonomis serta lahan parkir yang memadai sehingga menjadi tempat destinasi wisata yang menarik untuk dikunjungi. Museum Edukasi Narkoba ini jika menarik otomatis dapat menjangkau dan mendidik jauh lebih banyak sasaran segala usia masyarakat dan jauh lebih mudah dipahami bahaya nyata narkoba bagi tubuh.Terakhir, kita berharap para ahli Nasional dapat mulai meneliti secara ilmiah untuk menemukan zat yang dapat membebaskan semua pecandu dari ketergantungan narkoba. Kita berharap para ahli dapat menemukan zat herbal yang amat beragam di Tanah Air ini sebagai zat baru pembebas korban penyalah guna narkoba. Semoga.

Dr.AG Paulus MSiMed


Pensiunan ASN dan Pemerhati Narkoba.-Purwokerto (wwn/wwn)