Hay steemians,,, Kupu-kupu coklat yang tersesat didalam rumah ku, sepertinya ia mencari jalan untuk keluar, kupu-kupu ini dengan warna dasar coklat memiliki lingkaran dan bergaris-garis pada sayapnya. Menurut cerita kalau ada kupu-kupu yang masuk kerumah, pertanda kupu-kupu tersebut membawa pesan untuk tuan rumah, bahwa akan ada tamu yang berkunjung kerumah tersebut. Kedatangan kupu-kupu memang sering jadi pertanda akan datangnya orang yang dirindukan atau keluarga jauh yang tidak diduga kedatangannya. Banyak pengakuan yang sudah kita dengar setelah masuk kupu-kupu kedalam rumah tidak lama kemudian tamu pun datang. Saya juga sering mendengar cerita dari ibu saya beliau juga sering mengatakan jika kupu-kupu masuk dalam rumah terutama malam hari maka akan kedatangan tamu dari jauh. Kupu-kupu seperti utusan tamu untuk memberitahukan akan kedatangannya, ini adalah tanda alam yang bisa dipercaya atau tidak, namun yang jelah Allah telah menciptakan berbagai jenis mahkluk sebagai tanda-tanda kebesaranNya. Demikian sahabat steemit, semoga kalian kenyukainya, dan tidak lupa untuk meng upvote saya, terima kasih. Thanks for upvote, Resteem dan Follow @yeni#indonesia #writing #whalepower #life
TRIBUNJAKARTA.COM- Mitos mengenai kupu-kupu masuk rumah sudah lumrah di Indonesia. Sebagian beranggapan kupu-kupu masuk rumah dipersepsikan rumah tersebut akan kedatangan tamu. Apakah kupu-kupu masuk rumah bernar benar menandakan akan kedatangan tamu? Dilansir dari berbagai sumber, berikut ini beberapa arti mitos kupu-kupu masuk rumah. 1. Pertanda Anda akan kedatangan tamu Masyarakat Indonesia masih percaya bahwa mitos kupu-kupu masuk rumah artinya Anda akan kedatangan tamu. Bahkan menurut primbon Anda dapat mengetahui niatan dari tamu tersebut dilihat dari wujud kupu-kupu yang masuk kerumah Anda. Jika kupu-kupu ini berwujud cantik, maka niatan dari tamu yang akan datang artinya baik. Sedangkan jika kupu-kupu yang masuk kerumah Anda terlihat buruk rupa, maka niatan tamu tersebut juga buruk. 2. Mendapat rezeki tak terduga Halaman selanjutnya arrow_forward Sumber: Tribun Bali
Malam itu kami sekeluarga sedang berada di rumah. Sejak pagi, kami memang di rumah saja. Bahkan sudah hampir dua minggu lamanya kami tidak ke mana-mana. Virus Corona atau COVID-19 yang kian menjadi pandemi di seluruh dunia telah membuat kami terpaksa menetap di rumah untuk sementara waktu.
Adik bungsuku, Oa namanya, perempuan, kelas 5 SD, saking takutnya sampai-sampai bersembunyi di balik bantal dan selimut. Tak sekadar takut, ia juga geli karena warna coklat kupu-kupu itu menyerupai warna kecoa, binatang yang paling tidak disukainya. Sementara adikku yang satu lagi, Chelo namanya, laki-laki, kelas 2 SMP, menunjukkan kebolehannya berkejaran dengan kupu-kupu. Saya pun ikut takut, khawatir kupu-kupu itu hinggap di tubuh saya. Sejenak, kupu-kupu itu terdiam di salah satu sudut tembok kamar. Suasana rumah hening. Kami pun penasaran untuk mencari jawaban. Sebagaimana biasanya, kami tanya kepada google (Arti Kupu-Kupu Coklat Masuk Rumah, Benarkah Akan Ada Tamu Datang?, 2020). Oa menceritakan hasil pencariannya bahwa menurut mitos, kupu-kupu yang berwarna coklat itu membawa pertanda positif. Mereka memberi tahu kita bahwa akan ada kabar baik yang datang. Kedatangan kupu-kupu itu memberi tahu kita jika ada sanak saudara yang datang dan membawa kebaikan bagi keluarga. Di Jepang, banyak orang yang memelihara, merawat, bahkan mengawetkan kupu-kupu yang memiliki warna sayap indah. Chelo juga menceritakan hasil pencariannya di google. Chelo mengatakan bahwa kupu-kupu punya banyak manfaat bagi kelangsungan hidup manusia karena membantu menjaga kelangsungan ekosistem. Kupu-kupu punya peran ganda dalam kelangsungan ekosistem, menjadi predator ataupun pemangsa, dan menyediakan antibiotik. Kupu-kupu dapat menyelamatkan 90.000 orang yang meninggal karena bakteri Staphylococcus Aureus (Menyediakan antibiotik, 2019).
*** Sudah sering aku mendengar, entah dari kotbah pastor di gereja, pengumuman iklan seminar atau pun membaca dari judul berita, tentang Paus Fransiskus yang menaruh perhatian pada keberlangsungan bumi. Jika mengingat Paus Fransiskus yang berbicara tentang keberlangsungan bumi dan alam semesta, maka ‘Laudato Si’ itu-lah yang aku ingat. Di kemudian hari aku baru tahu bahwa “Laudato si” itu merupakan suatu Ensiklik Paus yang berisi ‘tentang kepedulian memelihara alam ciptaan sebagai rumah umat manusia (Ensiklik ‘Laudato Si’, 2015). Sampai di situ pengetahunanku tentang ‘Laudato Si’. Aku menemukan kembali Ensiklik atau surat amanat Paus itu secara lengkap di internet. Aku coba membacanya dan berhasil menangkap poin-poin yang aku anggap menarik. ‘Laudato Si’ (bahasa Italia) diadopsi dari nyanyian Santo Fransiskus dari Asisi, orang kudus dalaam sejarah Gereja Katolik. Versi panjangnya adalah ‘Laudato Si, mi’Signore’. Artinya, Terpujilah engkau Tuhan (Ensiklik ‘Laudato Si’, 2015). Ensiklik ini memberitahukan sekaligus mengingatkan kita betapa pentingnya menjaga bumi ini. Paus Fransiskus ingin bumi ini bisa terawat dan terlestarikan. Karena bumi ini adalah tempat tinggal umat manusia dari generasi ke generasi. Kita harus memelihara apa yang telah Tuhan percayakan kepada kita sebagai anak-anak Allah (Mazmur,115:16). Paus Fransiskus mengeluarkan Ensiklik ini karena prihatin akan kondisi bumi saat ini dengan begitu banyak bencana yang terjadi. Dan semua itu karena ulah manusia.
Dalam contoh sampah yang dibuang sembarangan, kita bisa melihat begitu banyak hewan seperti ikan paus, kura-kura, penyu, dan hewan laut lainnya yang mendapatkan dampaknya (Geographic, 2019). Hewan-hewan ini ditemukan mati karena memakan sampah plastik yang dibuang sembarangan oleh umat manusia. Lebih mirisnya, di dalam perut hewan-hewan yang mati ini, banyak sekali ditemukan sampah plastik yang seharusnya tidak dimakan oleh hewan itu. Berita tentang awal mula virus korona yang terjadi di Wuhan, China sebenarnya menunjukkan kepada kita akibat dari suatu kerusakan rantai ekosistem. Manusia memangsa kelelawar. Hewan ini, kelelawar, merupakan hewan yang merelakan hidupnya untuk menyimpan virus yang ada di bumi. Ulah manusia yang demikian, membuat seluruh dunia menderita.
Sebagaimana sebuah tulisan yang diniatkan untuk dibaca berbagai kalangan, tulisan ini perlu mendapatkan koreksi. Demikian juga dengan tingkah laku kita sebagai manusia selama ini. Tak ada kata terlambat untuk manusia untuk kembali merangkul bumi dan seluruh isinya seperti sedia kala saat Tuhan menciptakannya. “Setiap upaya untuk melindungi dan memperbaiki dunia kita memerlukan perubahan besar dalam “gaya hidup, dalam pola produksi dan konsumsi, begitu juga dalam sistem maupun struktur pemerintahan yang sudah baku, yang sekarang ini menguasai masyarakat” (hal : 3 Pengantar Buku Laudato Si).
Manusia tidak hidup sendiri. Manusia ditemani oleh makhluk hidup yang lain. Maka dari itu, kita harus bisa membenahi dan merawat bumi ini. Bumi dan isinya adalah milik Tuhan (Mzm 24:1). Tetapi Tuhan mempercayakan manusia untuk menjaga dan merawat bumi ini.
Santo Fransiskus dari Asisi mengingatkan kita untuk memulai hal yang kita bisa. Tidak usah buru-buru. Ada saatnya dimana kita akan bisa melakukan hal yang mustahil. Kita harus merawat bumi mulai dari lingkungan kita. Kita bisa melakukan hal kecil seperti membuang sampah pada tempatnya, mendaur ulang, dan mengurangi pemakaian plastik. Dengan melakukan hal itu, kita sudah melaksanakan apa yang Paus Fransiskus katakan dalam ensikliknya yang berjudul ‘Laudato Si’. Steve Irwin, seorang yang begitu mencintai binatang, pernah mengatakan bahwa bumi itu bukan punya kita, maka dari itu kita harus berbagi dengan satwa liar (Irwin, 2002). Sekecil apapun hal yang kita lakukan untuk merawat bumi bisa membuat hewan dan tumbuhan lain merasa senang. Maka dari itu sangatlah penting bagi manusia untuk mengubah sikapnya dan cara pandangnya akan bumi ini agar bisa dinikmati oleh makhluk hidup lainnya.
*** Sudah sangat lama, bahkan semenjak manusia mengenal teknologi dan barang-barang milik pribadi, manusia merasa dia adalah penguasa tunggal alam semesta. Tak hanya menaklukan alam untuk memenuhi kebutuhan sandang, pangan, dan papannya, tapi juga untuk memenuhi kepuasaannya sendiri akan kenyamanan hidup. Bila melihat kupu-kupu kecil yang berterbangan kian kemari, yang manusia lakukan adalah mengusir, menangkap, mengurung bahkan membunuhnya.
Bumi yang rusak dan berantakan adalah bumi yang tidak lagi menjadi taman nan indah bagi kupu-kupu dan segenap mahkluk hidup untuk tumbuh dan berkembang. Alam terasa begitu kering karena dipenuhi benda-benda mati hasil karya manusia. Sampai di sini, manusia hanya bertemu dengan manusia lain. Akibatnya, manusia tidak lagi berpikir tentang lingkungan dan bumi yang dipijak. Manusia lantas saling menyalahkan. Hidup dipenuhi dengan kekhawatiran akan bencana dan kematian.
Malam itu, kupu-kupu kecil berbaju coklat itu akhirnya pergi meninggalkan kami, sebelum aku dan kedua adikku mengambil tindakan terbaik dari informasi yang kami dapatkan idari internet. Kupu-kupu itu perlahan terbang ke luar melalui jendela. Kemanakah ia? Apakah di luar sana, pada malam seperti ini, masih ada tempat buatnya untuk merebahkan tubuh? Bukankah sudah tidak ada lagi pepohonan hijau, bunga bermekaran, udara yang baik di luar sana? Apakah rumahku tak lagi nyaman dan kupu-kupu harus mencari tempat yang lebih nyaman di rumah tetangga?
Marcelina Elenora, Siswa Kelas X |