Show KISAH SAHABAT NABI Jumat, 16 Apr 2021 17:00 WIB
Ali bin Abi Thalib adalah sepupu sekaligus sahabat Nabi Muhammad SAW. Ali bin Abi Thalib merupakan khulafaur rasyidin terakhir.(Foto: Getty Images/Yuri_Arcurs) Jakarta, CNN Indonesia --Ali bin Abi Thalib adalah salah satu sahabat Nabi Muhammad SAW yang menjadi khulafaur rasyidin terakhir atau pemimpin Islam setelah Rasulullah meninggal dunia. Ali adalah khalifah keempat atau yang terakhir. Ali bin Abi Thalib adalah sepupu Nabi Muhammad. Ayah Ali, Abu Thalib adalah paman Nabi Muhammad. Ali yang bernama asli Haydar ini lahir di Makkah pada 13 Rajab, 10 tahun sebelum Nabi Muhammad diangkat menjadi rasul. Semenjak lahir, Ali diasuh oleh Nabi Muhammad. Sosok Ali sudah menjadi penghibur bagi Muhammad yang saat itu tidak memiliki anak laki-laki. Nabi Muhammad jugalah yang menyematkan nama Ali. Sang Baginda lebih senang memanggil Haydar dengan nama Ali karena memiliki arti derajat yang tinggi di sisi Allah SWT. Saat Nabi diangkat menjadi rasul dan mulai berdakwah, Ali termasuk dalam orang-orang pertama yang mempercayainya. Ali tergolong dalam assabiqunal awwalun atau orang-orang yang pertama masuk Islam. Ali memeluk Islam saat masih berusia remaja. Ali dewasa menikahi putri bungsu Nabi Muhammad dari Khadijah yaitu Fatimah Az-Zahra. Pribadi Ali dikenal sangat sopan dan cerdas. Rasulullah bahkan memberi julukan Ali bin Abi Thalib pintu gerbang pengetahuan Islam.
"Aku adalah kota ilmu, sedangkan Ali bin Abi Thalib adalah pintunya," sabda Rasulullah. Rasulullah juga menyandingkan Ali dengan sejumlah nabi terdahulu. "Tiada pemuda sehebat Ali. Jika kalian ingin tahu ilmu Adam, kesalehan Nuh, kesetiaan Ibrahim, pelayanan Isa, maka lihatlah kecemerlangan Ali," kata Rasulullah. Selain itu, gelar Ali bin Abi Thalib lainnya adalah Karamallhu Wajhahu yang artinya semoga Allah memuliakannya. Sosok Ali juga terlibat dalam banyak peperangan bersama Rasulullah, kecuali saat perang Tabuk. Ketika itu, Ali mendapat tugas penting dari Rasulullah untuk menjaga kota Madinah.
Selain itu Ali juga mampu membuka Benteng Khaibar saat perang Khaibar. Padahal, ketika itu tidak ada satu orang pun yang bisa membukanya. Sepeninggal Rasulullah, Ali bin Abi Thalib merupakan penerus kepemimpinan Islam. Dia menjadi khalifaur rasyidin yang keempat atau yang terakhir. Ali melanjutkan kepemimpinan khulafaur rasyidin dari Abu Bakar ash-Shidiq, Umar bin Khattab, dan Usman bin Affan . Sebagai khulafaur rasyidin, Ali bertugas memimpin Islam. Selama menjabat, dia memiliki tanggung jawab memperluas syiar agama Islam, serta menyejahterakan kaumnya. Masa pemerintahan Ali disebut sebagai periode tersulit dalam sejarah Islam karena terjadi perang saudara antar umat kaum Muslimin setelah tragedi terbunuhnya khalifah ketiga, Utsman bin Affan. Itulah kelebihan Ali bin Abi Thalib saat menjadi khulafaur rasyidin terakhir. Selain itu, dia juga termasuk ke dalam jajaran sepuluh nama sahabat Nabi yang dijanjikan masuk surga. Kinerja Ali sangat baik terutama dalam urusan keuangan yakni mengurus Baitul Mal. Ali juga mampu memajukan bidang ilmu bahasa, meningkatkan pembangunan, dan meredam pemberontakan di kalangan umat Islam. (avd/ptj)Saksikan Video di Bawah Ini:
TOPIK TERKAIT Selengkapnya
Sesungguhnya Allah akan menerima amal shalat kita menurut kadar derajat kekhusyukan masing-masing. Sebelum membahas lebih jauh tentang shalat khusyuk menurut Ali dan kiat-kiat shalat khusyuk, di dalam Al-Quran kekhusyukan shalat disinggung pada ayat berikut: Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam sembahyangnya……..dan mereka Itulah orang-orang yang akan mewarisi, (yakni) yang akan mewarisi surga Firdaus. Mereka kekal di dalamnya. (Q.S. al-Mukminun: 1-2 dan 10-11) Shalat KhusyukDengan ayat ini, Allah memerintahkan agar Rasulullah beserta umatnya menjaga kekhusyukan shalatnya. Orang yang bisa menjaga kekhusyukan shalatnya akan mewarisi surga firdaus dan mereka kekal di dalamnya. Khusyuk artinya menunduk. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, khusyuk itu penuh penyerahan dan kebulatan hati, sungguh-sungguh, penuh kerendahan hati. Dahulu, di zaman Nabi Saw ada orang shalat yang selalu memandang ke atas, karena menganggap Allah ada di atas sana. Maka turunlah ayat ini, agar jika kalau sedang shalat wajahnya harus menunduk melihat ke tempat sujud. Khusyuk itu berkaitan dengan penguasaan hati dari berbagai macam fikiran dan angan-angan agar bisa berkonsentrasi pada satu tujuan, yaitu bermunajat kepada Allah SWT. Bahwa sesungguhnya Allah itu selalu memperhatikan rahasia hati kita. Allah akan menerima amal shalat kita itu menurut kadar derajat kekhusyukan shalat kita, ketenangan anggota badan kita, tawadu’ kita, dan pengharapan kita. Kunci Utama Shalat KhusyukLalu, apa yang harus dilakukan agar bisa khusyuk dalam shalat? Salah satu yang paling utama adalah membaca surah Al-Fatihah di setiap rakaat dengan tartil/ baik baik dan jangan tergesa-gesa. Dalam sebuah Hadits Qudsi, Allah mengatakan bahwa Dia akan membalas isi setiap ayat surah Al-Fatihah yang dibaca.
Baca Juga Lima Waktu yang Dilarang untuk Shalat! Memenuhi Rukun ShalatSelanjutnya, agar shalat kita diterima, tentu shalat harus memenuhi rukun-rukun. Shalat itu mempunyai tiga rukun, yaitu:
Selain terkait Al-Fatihah dan rukun shalat, orang yang akan bisa khusyuk shalatnya memiliki kriteria seperti di bawah ini:
Shalat dan Brain WaveGelombang otak (brain wave) manusia ada 5 level; gamma, beta, alfa, theta dan delta. Tingkatan gelombang otak ini terkait dengan aktivitas yang sedang dilakukan oleh manusia. Misalnya, kesadaran manusia berjalan di tingkatan beta, tingkatan alfa terjadi saat otak beristirahat, sementara gelombang theta terjadi saat kita berada dalam keadaan serupa meditasi. Baca Juga Hukum Menyanyikan Lagu Kebangsaan Itu Mubah! Nah, spektrum gelombang otak pada saat shalat berada antara beta dan theta. Jika berada di tingkatan beta, saat shalat otak masih kontak degan perkara di luar sholat, seperti sambil sholat otak masih memikirkan urusan bisnis, pekerjaaan, urusan rumah tangga, dan semacamnya. Ini kebanyakan terjadi pada kita. Selanjutnya, di tingkatan alfa, shalat dilakukan dalam keadaan rilek, tenang sehingga bisa single focus. Ini tingkat yang akan mendekati khusyuk. Sedangkan jika kita mencapai gelombang theta, shalat sudah benar benar dilakukan dengan tenang dan sama sekali tidak terganggu dengan informasi, bayangan, dan gagasan dalam pikiran sehingga benar-benar menikmati shalat. Inilah yang disebut khusyuk. Tapi, jangan sampai ke delta, itu artinya sholatnya sambil tidur. Shalat Khusyuk versi Ali bin AbuthalibDari Ali ra., bahwa dia berkata : adalah saya duduk bersama Rasulullah Saw berberengan dengan para shabat, tiba-tiba datang seorang lelaki dari desa seraya berkata, : “alaikas salamu ya Rasulullah dan wahai para yang hadir.” Kemudian dia berkata lagi, “Ketahuilah olehmu sekalian bahwa Allah Swt telah mewajibkan kepada kita sekalian akan shalat lima waktu dan sungguh kita juga diuji dengan dunia dan segala resikonya, maka demi hak engkau wahai Rasulullah, tidaklah kita bisa mengerjakan shalat satu rakaat kecuali kita disibukkan oleh perkara dunia itu, maka apakah shalat kita itu diterima oleh Allah sedang shalat kita itu bercampur dengan urusan dunia?” Maka Ali KAW menjawab, “Shalat seperti itu tidak akan diterima oleh Allah dan Dia Allah tidak mau melihat atau memperhatikan kepada shalat seperti itu,” Nabi SAW bersabda: “Hai Ali, apakah engkau bisa mengerjakan shalat dua rakaat ikhlas untuk Allah bersih dari rasa susah, terhindar dati kesibukan dalam pikiran dan bisikannya, maka akan aku hadiahkan kepadamu kainku yang dari negeri Syam,” Maka jawab Ali: “Saya bisa mengerjakan itu.” Kemudian Ali berdiri meninggalkan para shahabat dan mengambil air wudhu dengan sempurna mungkin, kemudian berdiri untuk mengerjakan shalat, lalu berniat dengan hati yang ikhlas hanya untuk Allah. Sampai rukuk pada rakaat pertama, sampai dengan masuk rakaat yang kedua. Maka tatkala dia rukuk pada rakaat kedua dan berdiri tegak di atas kakinya sambil mengucap: “sami’alluhu liman hamidah” (Mudah-mudahan Allah mendengarkan/ menerima orang yang memujinya,.)” Dan pada saat itu dia teringat/ terbersit dalam hatinya: Kalau seandainya Nabi SAW memberi kepada saya kain Qathwaniy, maka kain itu lebih baik bagi saya daripada kain yang dari Syam.” Kemudian sujud dan tasyahud lalu selesai. Maka sabda nabi SAW: “Hai Abu Hasan (ALI) apakah yang engkau katakan?” Kata Ali, “Demi hakmu, wahai Rasulullah, sungguh saya mengerjakan shalat pada rakaat pertama sepi bersih dari perasaan susah dan bisikan apapun. Lalu pada rakaat kedua saya bertutur sendiri di dalam hati: “Kalau sekiranya Engkau memberi kainmu yang Quthwaniy tentu lebih baik bagi saya daripada kain yang dari Syam. Dan demi hakmu wahai Rasulullah tidak seorang pun akan bisa mengerjakan shalat dua rakaat dengan ikhlas murni hanya karena Allah ta’la.“ Baca Juga Khalifah Ali (15): Perang Jamal (4) Harapan Perdamaian ***Maka nabi SAW bersabda:
Demikian, semoga artikel tentang shalat khusyuk ini dapat menjadi pembelajaran bagi kita semua. Editor: Nabhan |