Apakah penderita hipertiroid bisa hamil

Kamis, 04 Agustus 2022 13:46 WIB

Tiroid pada Masa Kehamilan

Apakah penderita hipertiroid bisa hamil

1811

dr. Yesanopa Sianturi, dr.Brama Ihsan Sazli, SpPD, - RSUP H. Adam Malik Medan


Kelenjar tiroid adalah kelenjar yang menghasilkan hormon tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3) yang berperan penting dalam proses pembentukan dan perkembangan sel serta metabolik pada orang dewasa (Jameson, 2013). Kelenjar tiroid berperan dalam proses metabolisme tubuh terutama pada hati, ginjal, dan  otot. Secara spesifik dalam kondisi kehamilan, asupan iodin janin bergantung secara penuh kepada hormon tiroid (tiroksin) ibu melalui plasenta, mengingat fungsi tiroid janin belum berfungsi sebelum 12-14 minggu kehamilan  (Deswita & PS, 2019). Hormon tiroid memiliki peranan penting dalam perkembangan janin terutama dalam hal perkembangan system saraf, sehingga gangguan fungsi tiroid pada ibu hamil akan sangat berpengaruh terhadap perkembangan saraf janin dalam kandungan.

Gangguan kelenjar tiroid secara umum dapat digambarkan melalui dua contoh, yaitu hipertiroid dan hipotiroid. Pada kasus hipertiroid yaitu kondisi produksi hormone tiroid yang berlebihan. Sedangkan pada kondisi hipotiroid,dimana produksi hormone tiroid berkurang . Dalam kondisi gangguan hipertiroid, gejala yang mungkin ditimbulkan dapat berupa ; (1) jantung yang berdebar-debar, (2) pembesaran kelenjar tiroid (tiromegali), (3) kondisi mata yang cenderung menonjol (eksoftalmos), (4) kondisi badan yang cenderung kurus namun asupan makanan meningkat, dan (5) tremor atau gemetar pada tangan (Suparman, 2021).  Sedangkan pada kondisi gangguan hipotiroid, gejala yang muncul berupa ; (1) tidak tahan udara dingin, (2) kulit cenderung kering, (3) berat badan meningkat namun nafsu makan menurun, (4) depresi dan mudah mengantuk, (5) gangguan menstruasi, dan (6) lemah badan (Tjokroprawiro, Setiawan, Djoko, Soegiarto, & Rahmawati, 2015).

Beberapa faktor risiko yang dapat memicu terjadi hipertirod pada kehamilan yaitu asupan iodium dan kejadian autoimun. Asupan iodium dan kejadian autoimun dapat menjadi faktor terbesar sebagai pemicu hipertiroid. Selain itu, faktor risiko lain yang dapat menjadi pemicu yaitu stress, merokok, radiasi pada leher, obat-obatan, dan organisme-organisme yang menyebabkan infeksi seperti virus dan bakteri. Faktor-faktor lingkungan tersebut akan bergabung dengan faktor genetik sebagai pencetus hipertiroid. (Wibowo, et al., 2018)

Adapun beberapa faktor Risiko yang dapat menyebabkan Penyakit Tiroid (Kemenkes, 2015) adalah sebagai berikut

1.      Jenis Kelamin.

Pada umumnya perempuan berisiko tinggi mengalami gangguan tiroid dibandingkan Laki-laki.

2.      Genetik

Genetik berkaitan dengan gangguan autoimun terhadap kelenjar tiroid dan dianggap sebagai faktor pencetus utama.

3.      Merokok
Hipoksia (kekurangan oksigen) di otak dan nikotin dalam rokok mampu meningkatkan reaksi inflamasi.

4.      Stress

Stress berhubungan dengan antibody terhadap kerja hormone yang mengatur kerja dari kelenjar tiroid  (TSH).

5.      Riwayat penyakit keluarga, apabila dijumpai keluarga memiliki masalah yang berkaitan dengan gangguan fungsi tiroid.

6.      Obat-obatan. Beberapa obat-obatan dapat menyebabkan gangguan fungsi tiroid seperti amiodaron, lithium karbonat, aminoglutethimide, interferon alfa, thalidomide, betaroxine, stavudine.

7.      Lingkungan. Faktor ini berkaitan dengan kadar iodium dalam air.

Hipotiroid pada ibu yang sedang hamil dapat mengakibatkan payah jantung, krisis tiroid, radang kelenjar tiroid pasca kelahiran, dan komplikasi pada janin serta neonates yaitu  munculnya gangguang terhadap perkembangan kecerdasan dan intelektual anak (Shahab, 2012). Sedangkan Hipertiroid pada kehamilan jika tidak ditangani secara tepat dapat berujung kepada terjadinya komplikasi serius seperti abortus, kematian janin, kelahiran prematur, bayi lahir dengan berat badan rendah, dan preeklamsia.  (Garry, 2013).  

Pada penyakit tiroid yang tidak terkontrol, apalagi pada kondisi yang tidak terdeteksi sejak awal kehamilan, lambat laun bisa menyebabkan janin gagal berkembang. Dampaknya, ibu yang memiliki penyakit tiroid berisiko melahirkan bayi dengan kondisi cacat. Selain itu, bayi juga bisa lahir dengan kondisi BBLR (berat bayi lahir rendah).

1.  Melakukan pemeriksaan laboratorium yang berkaitan dengan fungsi tiroid pada ibu hamil terutama pada trimester pertama, guna mendeteksi gangguan fungsi tiroid pada ibu sedini mungkin.

2.  Biasanya di trimester pertama gejala belum terlihat. Maka dari itu, biasanya dokter menganjurkan untuk memeriksakan lagi satu kali , yaitu di trimester tiga.

3. Bila ibu yang merencanakan kehamilan punya riwayat gangguan tiroid di keluarga,  skrining sebelum perencanaan kehamilan penting dilakukan.

4. Hal yang terutama adalah asupan nutrisi ibu hamil haruslah sesuai dengan kebutuhan ibu hamil sesuai dengan trimester kehamilan, seperti zat besi,iodium, dan lain-lain.

Kelenjar tiroid adalah kelenjar yang letaknya di leher. Kelenjar ini berfungsi untuk menghasilkan hormon tiroid yang mengatur metabolisme tubuh. Gangguan pada kelenjar ini dapat menimbulkan gejala penyakit tiroid yang berbeda-beda, tergantung jenis dan penyebabnya. Gangguan kelenjar tiroid yang umum dijumpai yaitu hipertiroid dan hipotiroid. Hipertiroid adalah terjadinya pembesaran kelenjar tiroid. Sedangkan pada fenomena hipotiroid, terjadi pengecilan kelenjar tiroid.

Kehamilan dengan gangguan fungsi tiroid baik itu hipertiroid maupun hipotiroid dapat mempengaruhi kesehatan si ibu maupun janin didalam kandungan. Untuk itu perlu pencegahan, deteksi dini dan tatalaksana yang tepat terhadap ibu hamil dengan gangguan kelenjar tiroid.

Referensi:

Jameson, J. L. (2013). Harrison's Endocrinology . Pennsylvania: Mc Graw Hill Education.

Deswita, F., & PS, R. D. (2019). Penyakit Tiroid Pada Kehamilan : Diagnosis dan Manajemen. Medula, 187.

Suparman, E. (2021). Hipertiroid Dalam Kehamilan. E-Journal Unsrat, 480.

Tjokroprawiro, A., Setiawan, P. B., Djoko, S., Soegiarto, G., & Rahmawati, L. D. (2015). Buku Ajar Penyakit Ilmu Dalama. Surabaya: Airlangga University Press.

Garry, D. (2013). Penyakit Tiroid Pada Kehamilan. CDK, 501.

Shahab, A. (2012). Hipertiroidisme Dalam Kehamilan. Academia, 14-16.

Wibowo, R. A., Wahyuningrum, S. N., Kusrini, I., Kumorowulan, S., Prihatmi, E. B., Sudarinah, . . . Samsudin, M. (2018). AUTOIMUNITAS SEBAGAI FAKTOR RISIKO HIPERTIROIDISME PADA WANITA USIA SUBUR DI DAERAH REPLETE GANGGUAN AKIBAT KEKURANGAN IODIUM (GAKI). MGMI, 140.

Kemenkes. (2015). Situasi dan Analisis Penyakit Tiroid. Jakarta: Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI.

 Sumber gambar: m.prodia.co.id

Bagaimana jika penderita hipertiroid hamil?

Jika tidak ditangani dengan tepat, hipertiroid pada ibu hamil bisa memicu terjadinya sejumlah komplikasi. Beberapa komplikasi yang bisa muncul adalah keguguran atau kematian janin di dalam kandungan, kelahiran prematur, bayi lahir dengan berat badan rendah, serta preeklamsia.

Apakah orang kena tiroid bisa hamil?

Apakah bisa hamil dengan gangguan tiroid? Wanita yang mengalami gangguan tiroid, baik hipertiroidisme maupun hipotiroidisme, tetap bisa hamil apabila kadar hormon dinormalkan kembali. Dengan catatan, tidak ada hal lain yang menyebabkan gangguan kesuburan.

Apakah hipertiroid mempengaruhi kesuburan?

Gangguan tiroid dapat memengaruhi kesuburan. Jika Anda sudah cukup lama berusaha untuk memiliki anak, penting untuk diketahui bahwa gangguan tiroid, baik hipotiroidisme (tiroid kurang aktif) atau hipertiroidisme (tiroid terlalu aktif), terkadang bisa menjadi penyebab masalah kesuburan.

Apakah penyakit hipertiroid bisa menyebabkan kemandulan?

Wanita yang memiliki kelainan pada kelenjar tiroid, baik hipertiroidisme atau hipotiroidisme memang berisiko mengalami gangguan kesuburan. Hal ini terjadi karena produksi hormon tiroid mempengaruhi produksi hormon yang meregulasi reproduksi.