Apakah boleh mengambil nafas saat membaca Alquran?

Red: Dwi Murdaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Encep Dulwahab, Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Gunung Djati BandungJudul        : Alquran, Dilengkapi Panduan Waqaf dan Ibtida’Penerbit    : Suara Agung, Jakarta Cetakan    : Keenam, 2016Ukuran      : 21 x 14.5 cm Harga        : Rp  80.000

Ada beberapa kewajiban umat Islam terhadap kitabnya. Salah satunya yaitu memahami isinya sebagaimana dijelaskan dalam Alquran surat Shad ayat 29. Misalnya dengan membaca terjemahan per kalimat, perkata sekaligus memahami istilah aslinya, atau membaca tafsirnya. Saat ini banyak produk Alquran yang tidak hanya menyajikan terjemahan, tetapi juga menghadirkan tafsir ringkas dari berbagai mufassir yang memberi berbagai sudut pandang mengenai isi Alquran.

Kewajiban lainnya ialah membaca Alquran dengan tartil, seperti perintah Allah SWT dalam surat Al Muzammil ayat 4. Maksud tartil menurut Ali bin Abi Thalib ialah ilmu tajwid, yang berarti membaguskan suara dan mengetahui waqaf ketika membaca. Adapun ciri bacaan tartil, yaitu membaca huruf-huruf hijaiyah dengan jelas, sesuai dengan makhraj, dan sifatnya, dan memahami waqaf (berhenti sementara), dan tanda ibtida’ (mulai membaca lagi atau mulai melanjutkan bacaan lagi dengan mengulang kalimat sebelum waqaf tersebut) yang tepat dan benar.

Alquran dengan menyajikan tajwidnya pun saat ini sudah banyak beredar di pasaran. Namun, Alquran yang menambahkan waqaf dan ibtida’ sebagai suplemennya masih jarang. Sehingga tidak aneh kalau masih banyak kaum muslim yang bisa membaca, fasih tajwid-nya, tetapi belum benar dalam urusan waqaf dan ibtida’nya. Namun jangan khawatir, karena kekurangan dan kebutuhan akan hal itu sudah dipenuhi oleh Penerbit Suara Agung, yang merupakan trendsetter dalam urusan waqaf dan ibtida’.

Fokus pada waqaf dan ibtida’ sebagai suplemen menjadi pembeda Alquran yang diterbitkan Suara Agung dengan penerbit lain. Di dalamnya terdapat petunjuk praktis dengan warna dan siapa pun bisa belajar dan praktik mengenai waqaf dan ibtida’ dengan mudah.

Kehadiran Alquran dari Penerbit Suara Agung ini telah mengingatkan kaum muslim untuk memperhatikan tanda waqaf dan ibtida’. Karena jika tidak tepat dalam menempatkan waqaf  dan ibtida’, maka makna suatu ayat dapat menjadi kabur atau tidak jelas. Bahkan para ulama mewajibkan untuk menguasai kedua hal ini untuk Qori’, bahkan seorang guru ngaji belum diperkenankan memberikan ijazah kepada muridnya, sebelum mengerti betul masalah waqaf dan ibtida’.

Syekh Abu Hatim mengatakan bahwa orang yang belum mengenal waqaf dan ibtida’, berarti ia belum faham Alquran. Lalu Syekh Al-Islam Zakaria, yang mengatakan bahwa Qori’ yang baik akan berhenti di tempat yang baik sesuai dengan kekuatan nafasnya. Karena pembaca Alquran tidak mungkin menyelesaikan satu surat atau satu kisah dalam satu nafas, sedangkan mengambil nafas dalam bacaan adalah dilarang. Sementara Syekh Al-Ghozali mengatakan bahwa waqaf adalah pemanis bacaan, perhiasan dan penyempurna Qori’.

Ada beberapa ciri mana waqaf dan mana ibtida’ dalam Alquran ini. Pertama, tanda berupa dua garis vertikal warna merah, sebagai tanda pause atau berhenti sementara. Inilah sebagai tanda waqaf, yang artinya  boleh berhenti sementara untuk ambil nafas. Kedua, tanda berupa segi tiga warna hijau, biasa dikenal sebagai tanda play, sebagai tanda mulai melanjutkan bacaan dengan mengulang kalimat sebelum waqaf dalam blok bersangkutan. Ketiga, tanda berupa segi tiga warna hijau, yang di bawah lafaznya terdapat tanda garis horizontal warna hijau (garis bawah), ini menandakan mulai melanjutkan bacaan lagi (dengan mengulang kalimat sebelum waqaf dalam blok yang bersangkutan).

Dalam Alquran ini, pada satu ayat bisa dijumpai lebih dari 1 tanda waqaf dan ibtida’, ini berarti lebih dari satu kalimat yang diblok. Namun bagi pembaca yang bisa mengatur nafasnya atau memiliki nafas yang panjang, tidak harus berhenti pada setiap tanda waqaf  dan ibtida’ yang sudah diberi tanda, akan tetapi dapat berhenti pada waqaf sesuai pilihan dan kemampuan nafasnya.

Alquran dengan pedoman praktis waqaf dan ibtida’ ini memakai ukuran yang praktis untuk dibawa dan jenis khat yang enak dibaca, bisa dipakai untuk untuk anak-anak dan orang tua yang belum menguasai betul antara tanda waqaf dan ibtida’ yang baik dan benar. Selain itu, asmaul husna beserta artinya dengan desain menarik, yang berada di halaman awal dan akhir, menambah nilai tersendiri.

Dari itu semua, kehadiran Alquran ini telah menyadarkan umat muslim bahwa penting memahami dan menguasai cara membaca Alquran dalam hal berhenti dan memulai (waqaf dan ibitda’), sehingga kewajiban membaca Alquran menjadi lebih sempurna. Tidak hanya mendapatkan pahala membaca, enak di dengar, tetapi juga membaca dengan benar.

  • suara agung
  • alquran suara agung
  • waqaf
  • ibtida

Apakah boleh mengambil nafas saat membaca Alquran?

Apakah boleh mengambil nafas saat membaca Alquran?

Nafas panjang sangat dibutuhkan saat membaca Al-Qur'an. /pixabay.com/Pexels

WARTA LOMBOK – Seorang tilawah harus memiliki nafas panjang.

Sebagian orang tidak mempunyai nafas yang panjang. Sementara nafas panjang sangat diperlukan ketika membaca Al-Qur’an.

Dengan nafas panjang, seorang tilawah akan menghasilkan bacaan yang enak dan syahdu jika didengarkan orang lain.

Baca Juga: Ramalan Zodiak 23 Februari 2021, Scorpio Jangan Tertipu Penampilan

Jangan khawatir jika Anda tidak memiliki nafas panjang sebab hal itu dapat dilatih.

Untuk memperoleh nafas panjang, ada beberapa cara yang bisa dilakukan.

Dikutip wartalombok.com dari berbagai sumber, berikut cara melatih agar Anda memiliki nafas panjang, seperti ulasan berikut ini:

1. Melakukan latihan pernafasan

Teknik pernafasan ada tiga jenis di antaranya, pernafasan perut, dada, serta diafragma.

Baca Juga: Kenali Gejala, Penyebab, dan Perbedaan Vertigo dengan Sakit Kepala Biasa

Tidak boleh Mencuri Nafas saat Membaca Al Qur'an

Sabtu, 30 Mei 2015 - 12 Sya'ban 1436 H

Apakah boleh mengambil nafas saat membaca Alquran?


'Oke, ada yang mau ditanyakan?' Tanya Ustadz Husnul

'Saya Ustadz' seru salah satu peserta tahsin 2. Kebetulan pada hari ini, pengajar tahsin 2 berhalangan, hingga digabungkan dengan kelas kami.


'Ustadz, bolehkah waqaf (berhenti) kalimat " an'amta 'alaihim pada suratul fatihah"?

(Kebetulan setelah ayat ini ada tanda 'Laa' yang berarti tidak boleh berhenti. Kalaupun berhenti, bacaannya harus diulang dan tidak boleh dilanjutkan.)

'Begini pak' seru Ustadz yang masih muda ini mulai menjawab.

'Ada pendapat yang mengatakan, surat al fatihah yang berjumlah 7 ayat, memasukkan basmalah dalam ayat pertama.

Dan kita yang pelajari termasuk al qur'an yang kita gunakan menggunakan pendapat ini. Dan sepatutnya saat membaca 'an'amta 'alaihim' berhenti (waqaf), mungkin karena nafasnya tidak kuat harus mengulang dari beberapa kata sebelumnya. Dan tidak boleh melanjutkan.'


Sejenak bernafas, Ust Husnul melanjutkan; 'Lain halnya jika berpendapat basmalah tidak termasuk rangkaian ayat. Boleh melanjutkan, karena an'amta 'alaihim masuk dalam ayat ke 6.'


Tapi, saya pernah bertanya ke Ust Muzammil alm. (Selaku koordinator dan pengajar Markaz Qur'an); 'antum boleh berhenti di ayat itu tanpa harus mengulang lagi'


'Dan saya tidak tahu alasan beliau berpendapat seperti itu, (mungkin) ijtihad beliau sebagai jalan tengah sebagai adanya perbedaan pendapat dan untuk mengakomodir untuk yang tidak kuat nafasnya. Wallahu'alam'


****

Mungkin ada yang mau menambahkan? Atau mengkoreksi? Oh ya sebagai tambahan. Dalam ilmu tajwid memutuskan bacaan pada suatu kalimat untuk mengambil nafas dinamakan waqof. Dikenal empat macam waqof dalam ilmu tajwid :

1. Waqof Ikhtibari : yaitu waqof pada suatu kalimah kerana ingin menerangkan hukum kalimah itu dari sudut rosamnya (penulisannya) pada Mushaf, apakah kalimat tersebut terputus(maqthu') atau bersambung (maushul), tetap (tsabit) atu dibuang (mahdzuf) dan lain-lainnya.

2. Waqof Idhtirari : yaitu waqof yang dilakukan karena terpaksa, seperti sesak nafas, tidak mampu, lupa dan semisalnya.

3. Waqof Intidhori : yaitu waqof pada suatu kalimah dengan tujuan meng-athof-kan (menyambungkan) dengan bacaan (qiro'at) lain, hal ini dilakukan saat seseorang membaca al-qur'an dengan menggabungkan beberapa riwayat bacaan (qiro'at) al-qur'an.

4. Waqof Ikhtiyari : yaitu waqof yang dilakukan bukan-karena sebab-sebab yang telah disebutkan diatas.

Dan untuk kasus di atas, termasuk yang ke 2 atau Waqof Idhtirari.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Saya memiliki kebiasaan membaca Al-Quran sehabis solat setiap harinya, walau masih suka bolong-bolong dalam menjalankannya. Suatu hari, saya mempertanyakan untuk apa saya membaca Al-Quran setiap hari, sesering mungkin, padahal saya saja tidak mengerti dengan apa yang saya baca itu. Akhirnya untuk menjawab pertanyaan tersebut, setelah membaca ayatnya sayapun membaca terjemahannya. Hal itu cukup membantu saya untuk mengerti esensi dari ayat-ayat yang saya baca.

Ternyata selepas dari pertanyaan itu, muncul pertanyaan-pertanyaan baru dalam pemikiran saya. Saya teringat zaman dulu ketika masih sekolah. Membaca Al-Quran itu nafasnya harus kuat, diatur, dan tidak boleh terengah-engah dalam membacanya. Bahkan saya sering dimarahi oleh Ayah saat saya membaca Al-Quran terengah-engah. "Kalau ggak kuat, berhenti saja, tidak usah memaksakan."

Membaca Al-Quran banyak tantangannya, dulu selagi masih suruhan orang tua (motivasi eksternal) inginnya cepat-cepat selesai, membacanya pun seperti orang yang dikejar-kejar setan. Habis itu capek. Tetapi sekarang, mungkin karena sudah datang dari kesadaran diri sendiri (motivasi internal), ya membacanya santai saja, nafas benar-benar di atur, alhasil setelah membaca Al-Quran hati dan pikiran saya menjadi tenang dan tentram. Walau tantangan utamanya adalah terasa amat sulit untuk memulainya.

Lantas, mengapa membaca Al-Quran harus mengatur nafas? Apapun jawabannya, membaca AL-Quran akan tetap harus mengatur nafas. Tapi disini saya akan mencoba untuk menjawab pertanyaan itu. Nafas..... Nafas itu tandanya ada kehidupan. Semua makhluk hidup pasti bernafas, hanya yang mati yang tidak bernafas. Kita ketahui bahwa pengaturan nafas itu amat penting. Bahkan ada penyakit yang bisa mengakibatkan kematian akibat nafas yang tidak teratur. Selain itu, kalau kita sedang emosi, sedang marah, nafas kitapun tidak terkontrol. Alhasil untuk menenangkannya, orang tersebut diminta untuk tenang dengan menarik dan membuang nafas perlahan.

Jadi menurut saya, membaca Al-Quran itu juga sebagai latihan/olahraga pernafasan. Sebelum membaca Ayatnya, menarik nafas panjang, dan ketika sedang membacanya kita perlahan menghembuskan nafas tersebut lewat ayat-ayat yang dibaca. Itu adalah membaca Al-Quran yang tidak sekadar membaca saja. Tetapi mengambil esensi dan sensasi dalam membacanya.

Ketika kita menarik nafas, artinya ada oksigen yang masuk ke dalam otak dan tubuh kita. Setiap membaca ayatNya, tarik nafas-hembuskan dan terus seperti itu. Nafas yang teratur pasti akan memberikan efek tenang, tentram, dan sangat berguna bagi kesehatan. Coba perhatikan orang-orang di sekeliling Anda yang sering membaca Al-Quran. Hasil pengamatan saya, orangnya menyejukkan dan terlihat ketenangan dalam dirinya. Selain itu yang juga sangat penting dalam Islam, bahwa membaca Al-Quran akan memberikan syafaat bagi yang membacanya.