Apakah batal wudhu jika bersentuhan dengan ayah tiri

Tidak batal wudhu' anak tiri yang bersentuhan dengan bapa tiri selepas berlaku pernikahan dan persetubuhan di antara bapa dan ibunya. Aurat anak tirinya adalah sama seperti anak kandungnya. 

Bagikan melalui WhatsApp
Pastikan karena kamu, banyak orang di luar sana mengerti dan memahami ilmu Agama.


Pertanyaan : Apakah bersentuhan dengan ayah tiri dapat membatalkan wudhu?

1) Tidak batal apabila :
ayah tiri dan ibunya sudah pernah melakukan hubungan suami istri.

2) Batal apabila :
Ayah tiri dan ibu nya belum pernah melakukan hubungan suami istri.

NB : ayah tiri menjadi mahrom bagi sang anak ketika telah melakukan hubungan suami istri dengan ibunya.

Baca Juga: masmuluk.blogspot.com

__________________

Referensi :

1. Al- Fiqh alal Madzahibil Arba'ah :

مبحث عد المحرمات اللاتي لا يصح العقد عليهن(4/37)-

قد عرفت مما مضى أن من شرائط النكاح المتفق عليها أن تكون المرأة محلا صالحا للعقد عليها فلا يصح العقد على امرأة حرمت عليه لسبب من الأسباب وهذه الأسباب تنقسم إلى قسمين :الأول : ما يجب الحرمة المؤبدةالثاني : ما يوجب الحرمة المؤقتة بحيث لو زال السبب عاد الحلوالأسباب التي توجب الحرمة المؤبدة ثلاثة : القرابة المصاهرة الرضاع

فأما القرابةفيحرم بها على التأبيد ثلاثة أنواع :النوع الأول : أصول الشخص وفروعه فأما أصوله فهن أمهاته فتحرم عليه أمه التي ولدته وجدته من كل جهة سواء كانت لأمه أو لأبيه وإن علت . وأما فروعه فهي بناته وبنات بناته وبنات أبنائه وإن نزلنالنوع الثاني : فروع أبويه وهن أخواته فتحرم عليه أخته من كل جهة أي سواء كانت شقيقة أو لأب أو لأم كما يحرم عليه بناتها وبنات أبنائها

. وبنات أخيه وإن نزلنالنوع الثالث : فروع أجداده وجداته وهن عماته وخالاته سواء كن شقيقات أولاوإلى هنا ينتهي التحريم فلا تحرم عليه بنات عماته ولا بنات خالاته ولا بنات عمه ولا بنات خاله فلا يحرم من فروع الجدات إلا البطن الأولى

أما المصاهرة فيحرم بها ثلاثة أنواع أيضا :النوع الأول : فروع نسائه المدخول بهن فيحرم عليه أن يتزوج بنت امرأته وهي ربيبته سواء كانت في كفالته أولا . أما قوله تعالى : { في حجوركم } فإنه بيان للشأن فيها فكأنه يقول له : إنها كبنتك التي تربت في حجرك وكذا يحرم عليه أن يتزوج بنت ربيبته ولا بنت بنتها وإن نزلت . *أما إذا عقد على أمها ولم يدخل بها فإن البنت لا تحرم عليه*النوع الثاني : أصول نسائه فيحرم عليه أن يتزوج أم امرأته وأم أمها وجدتها بمجرد العقد على البنت وإن لم يدخل بها ولذا قيل : العقد على البنات يحرم الأمهات والدخول بالأمهات يحرم البناتولعل السر في ذلك أن البنت في حال صباها وأول حياتها تكون علاقتها بالرجل أشد وغيرتها عليه أعظم فينبغي أن يكون العقد عليها قاطعا لمطمع أمها حتى لا يحدث ضغينة وحقدا تنقطع به صلات المودة بخلاف الأم فإنه يسهل عليها أن تنزل عن رجل لم يباشرها لبنتها التي تحبها حبا جما فلا تنقطع بينهما علائق المودةالنوع الثالث : موطوءات الآباء

وأما الرضاع فإنه يحرم به ما يحرم بالنسب إلا في بعض أمور سيأتي بيانها في مبحثه . فهذه هي موجبات التحريم المؤبد وأما موجبات التحريم المؤقت فهي أمور : أحدها : زواج المحرم فلا يحل للشخص أن يجمع بين الأختين أو بين الأم وبنتها أو نحو ذلك مما سيأتيثانيها : الملك فلا يحل للمرأة أن تتزوج عبدها . ولا للرجل أن يتزوج أمته إلا بعد العتقثالثها : الشرك فلا يحل لمسلم أن يتزوج مشركة غير متدينة بدين سماويرابعها : التطليق ثلاث مرات فإنه يوجب التحريم إلا إذا تزوجت غيرهخامسها : تعلق الغير بنكاح أو عدة فإذا زالت هذه الأسباب عاد له الحل ومن ذلك ما إذا زاد على أربع أو عقد على خامسة قبل أن تنقضي عدة الرابعة

Reporter : Ahmad Baiquni

Anak tiri termasuk mahram atau bukan?

Dream - Ajaran Islam sangat memperhatikan nilai-nilai kehidupan. Tak melulu soal ibadah, Islam juga mengatur hubungan antara manusia dengan manusia lainnya.

Salah satu hal yang juga diatur dalam Islam adalah hubungan kemahraman. Meskipun menikah adalah halal, tidak semua orang bisa dijadikan pasangan hidup.

Dalam Islam dikenal istilah mahram. Istilah ini merujuk pada orang-orang yang dinyatakan haram dinikahi karena sebab tertentu.

Jika terjadi kontak fisik dengan mereka yang bukan mahram, konsekuensinya adalah batalnya wudu. Sehingga, seseorang wajib wudhu jika hendak sholat usai bersentuhan kulit dengan orang yang bukan mahramnya.

Tetapi, bagaimana jika ibu menyentuh anak tiri laki-lakinya, atau sebaliknya?

Apakah batal wudhu jika bersentuhan dengan ayah tiri
© Dream

Dikutip dari laman NU Online, Imam Syihabudin Al Qulyubi dan Umairah dalam kitab Hasyiyatan menyatakan anak tiri perempuan bisa membatalkan wudhu. Tetapi, hal ini hanya berlaku jika sang ayah belum berhubungan intim dengan ibu kandung dari anak perempuan itu.

Apabila sudah melakukan hubungan intim, maka ayah dan anak perempuan tirinya haram untuk menikah selamanya. Sehingga, wudhu mereka tidak batal.

" Penjelasan 'orang yang haram dinikah...dst': membatalkan wudhu anak perempuan dari istri yang belum disetubuhi. Dan yang membatalkan wudhu juga adalah saudari dari istri beserta bibinya secara mutlak (tanpa mempertimbangkan sudah disetubuhi atau belum)."

Hal ini juga berlaku sebaliknya. Wudu seorang ibu batal akibat persentuhan dengan anak laki-laki tirinya. Kaidah ini berlaku selama belum berhubungan intim dengan ayah kandung si anak.

Berbeda kasusnya untuk saudari dan bibi dari istrinya. Wudu seorang suami batal secara mutlak apabila bersentuhan dengan keduanya karena tidak termasuk mahramnya.

Selengkapnya baca di sini...

Apakah batal wudhu jika bersentuhan dengan ayah tiri
Apakah batal wudhu jika bersentuhan dengan ayah tiri

Ustaz Faqih Arif Saputro

Menurut Madzhab Syafii menyentuh lawan jenis membatalkan wudhu

Menurut Madzhab Hanafi menyentuh lawan jenis tidak membatalkan wudhu

Manurut Madzhab Maliki dan Hanbali menyentuh lawan jenis dengan syahwat membatalkan wudhu, sedangkan menyentuh lawan jenis tanpa syahwat tidak membatalkan wudhu. pendapat ini yang paling masyhur.

Adapun anak tiri adalah mahram jika ayah tiri sudah menikahi dan melakukan hubungan suami istri dengan ibu dari anak tersebut.

Permasalahan ini telah Allah jelaskan dalam Alquran,

وَرَبَائِبُكُمُ اللَّاتِي فِي حُجُورِكُمْ مِنْ نِسَائِكُمُ اللَّاتِي دَخَلْتُمْ بِهِنَّ فَإِنْ لَمْ تَكُونُوا دَخَلْتُمْ بِهِنَّ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْكُمْ

“(Diantara wanita yang haram dinikahi adalah) Anak-anak (perempuan) isterimu yang dalam asuhanmu dari isteri yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan isterimu itu (dan sudah kamu ceraikan), maka tidak berdosa kamu mengawininya.” (QS. An-Nisa’: 23)

...Berikutnya

Apakah batal wudhu jika bersentuhan dengan ayah tiri

Buya Yahya jelaskan apakah batal wudhu jika bersentuhan anak tiri dengan orang tua tiri. /Tangkapan layar YouTube.com/Al-Bahjah TV

PortalJember.com - Buya Yahya menjelaskan hukum bersentuhan antara anak tiri dengan orang tua tiri, benarkah dapat membatalkan wudhu?

Hubungan antara orang tua kandung dengan anak kandung jelas diketahui adalah mahram, sedangkan hukum antara orang tua tiri dengan anak tirinya masih banyak membuat orang bingung.

Sering timbul pertanyaan apakah anak tiri merupakan mahram yang sama seperti anak kandung atau ada batasan tertentu.

Baca Juga: Inilah Niat Puasa Sunnah Tasua dan Asyuro di Bulan Muharram? Buya Yahya: Waktunya adalah Mulai Maghrib

Meskipun dalam kehidupan keluarga sebenarnya hubungan anak tiri dan orang tua tirinya berjalan baik-baik saja, bahkan mungkin muncul kedekatan yang lebih dibandingkan orang tua kandung.

Ini dikarenakan hukum syariat tidak bisa sekedar menggunakan batas perasaan semata.

Dikutip PortalJember.com dari YouTube Al-Bahjah TV, Buya Yahya menegaskan bahwa yang dimaksud anak tiri adalah anak kandung yang dibawa oleh pasangan ketika laki-laki dan perempuan menikah.

Baca Juga: Apakah Ada Memilih Bulan Baik untuk Menikah dalam Islam? Ini Penjelasan Buya Yahya

Contohnya jika ada seorang laki-laki yang menikah dengan seorang wanita yang sudah punya anak, maka anak tersebut merupakan anak tiri bagi pihak laki-laki.

Sumber: YouTube Al-Bahjah TV

Apakah batal wudhu jika bersentuhan dengan ayah tiri

Ilustrasi (Pinterest) Ilustrasi (Pinterest)

Islam merupakan agama yang sangat ketat dalam menjaga nilai-nilai baik yang berkaitan dengan hubungan hamba dengan Tuhan (vertikal) maupun antarsesama manusia (horizontal). Islam menjaga nilai-nilai kemanusian supaya antara satu orang dengan yang lain tidak ada yang saling terzalimi, orang lain merasa diserobot haknya oleh sesamanya. 

Hukum syariat yang sudah diatur semata-mata untuk kemaslahatan para hamba (mashâlihil ibâd). Oleh karena itu, para ulama menyimpulkan atas beberapa undang-undang pada Al-Qur'an dan hadits dalam lima tujuan syariah yang terkenal dengan istilah maqâshdus syarîah. Isinya adalah  menjaga agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta benda. 

Aturan pernikahan dan pelarangan zina merupakan salah satu bentuk aturan agama yang misinya menjaga keturunan antarmanusia supaya terjaga dengan baik, tidak saling berbenturan nasab yang tidak jelas arah muaranya. Sehingga ada perbedaan yang mencolok antara mana manusia dan mana hewan yang tak berakal.

Terkait pelarangan zina, Allah berfirman dalam Al-Qur'an:

وَلا تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيْلا 

Artinya: "Dan janganlah kamu mendekati zina. Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk." (QS Al-Isra': 32)

Pada ayat di atas, selain zina yang dilarang, juga meliputi hal-hal yang mendekat menuju zina seperti melihat wanita lain tidak sesuai ketentuan syariat, bersentuhan, berduaan dan lain sebagainya. Bersentuhan lawan jenis yang tidak mahram, selain hukumnya haram juga membatalkan wudlu. 

Baca: Empat Hal yang Membatalkan Wudhu
Baca: Bersalaman Pria-Wanita Bukan Mahram
Baca: Siapa Sajakah Orang yang Haram Dinikah itu? 

Lalu bagaimana hukum anak laki-laki bersentuhan dengan ibu tiri atau istri baru dari ayahnya? Atau anak perempuan bersentuhan dengan ayah tiri atau suami baru dari ibunya?

Dalam kitab Hâsyiyatân karangan Imam Syihabudin al-Qulyubi dan Umairah menyebutkan, anak tiri perempuan dapat membatalkan wudlu apabila ibu anak tiri tersebut belum sampai disetubuhi oleh ayahnya yang baru. Apabila sudah dijima' oleh ayahnya yang baru, maka bersentuhan antara ayah dan anak tiri perempuan sudah tidak membatalkan wudlu. Hubungan mereka sudah menjadi mahram selamanya (alâ at-ta'bid). Jadi selain sudah tidak membatalkan wudlu, ayah tersebut tidak boleh menikahi anak tirinya walaupun ibunya sudah diceraikan atau wafat di kemudian hari.

قَوْلُهُ : (مَنْ حَرُمَ نِكَاحُهَا إلَخْ) فَتَنْقُضُ بِنْتُ الزَّوْجَةِ قَبْلَ الدُّخُولِ بِأُمِّهَا ، وَتَنْقُضُ أُخْتُهَا وَعَمَّتُهَا مُطْلَقًا 

Artinya: "Penjelasan redaksi "orang yang haram dinikah...dst": membatalkan wudlu anak perempuan dari istri yang belum disetubuhi. Dan yang membatalkan wudlu juga adalah saudari dari istri beserta bibinya secara mutlak (tanpa mempertimbangkan sudah disetubuhi atau belum). (Syihabuddin Ahmad al-Qulyubi dan Umairah, Hâsyiyatân, Maktabah al-Babi, Alepo, 1956, cetakan ke-3, juz 1, halaman 32)

Dalam keterangan kitab tersebut juga disebutkan, berbeda masalah jika dengan saudari perempuan dari istri ataupun bibi dari istri. Walaupun istrinya sudah disetubuhi, kedua jenis saudari tersebut tetap membatalkan wudlu secara mutlak. Bedanya, jika anak tiri tidak boleh dinikahi selamanya, sedangkan kedua jenis saudari ini boleh dinikahi apabila istrinya diceraikan atau meninggal dunia.

Seperti Sayyidina Utsman ibn Affan yang menikahi putri Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bernama Ruqayyah, lalu ketika wafat, Utsman menikahi putri Rasul yang lain bernama Ummu Kultsum. Wallahu a’lam(Ahmad Mundzir)

Kumpulan Khutbah Jumat Bulan Safar