Apakah akibat yang ditimbulkan karena terjadinya konflik sosial?

Jakarta -

Manusia sebagai makhluk sosial memiliki keragamannya masing-masing yang bisa dipengaruhi oleh faktor ras, etnis, agama, atau pun status. Sebagai proses sosial, konflik kerap hadir tengah-tengah kehidupan masyarakat tersebut.

Memangnya apa yang menjadi faktor penyebab terjadinya konflik di masyarakat?

Untuk memahami konflik dalam masyarakat, diperlukan juga pemahaman tentang makna dari konflik itu sendiri. Mengutip Buku Saku Sosiologi SMA oleh Yulia Darmawaty, S.Pd dan Drs. H. Achmad Djamil, konflik berasal dari bahasa latin, yaitu configere yang berarti saling memukul.

Sementara itu, secara sosiologis, konflik dapat didefinisikan sebagai proses sosial antara dua orang atau lebih (dua kelompok atau lebih) yang berusaha saling menyingkirkan, menghancurkan, mengalahkan atau membuat pihak lain tidak berdaya.

Konflik ini pasti pernah dihadapi oleh setiap lapisan masyarakat, tidak terkecuali bagi individu dalam kehidupan sehari-harinya. Secara teori yang dilansir dari 'Sumber Belajar Elektronik' terbitan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KemenLHK), faktor penyebab konflik terbagi menjadi tiga, di antaranya sebagai berikut,

3 Faktor Penyebab Terjadinya Konflik di Masyarakat

1. Perbedaan Pendirian dan Keyakinan

Faktor yang pertama ini lebih khususnya bagi individu. Faktor seperti inilah yang biasanya melahirkan bentrokan pendirian meskipun tidak melulu ada perlakuan kekerasan di dalamnya.

Biasanya, konfliknya juga dapat berbentuk pemusnahan simbolik atau melenyapkan pikiran-pikiran lawan yang tidak disetujui. Realitanya, memang tidak ada satu pun individu yang memiliki karakter yang sama. Hal ini pula yang menyebabkan perbedaan pendapat, tujuan, dan keinginan menjadi tidak terelakkan.

2. Perbedaan Kebudayaan

Faktor penyebab terjadinya konflik di masyarakat yang selanjutnya adalah perbedaan kebudayaan. Perbedaan ini tidak hanya menimbulkan konflik antar individu seperti sebelumnya, namun dapat menjadi pemicu konflik antar kelompok pula.

Pola-pola kebudayaan yang beragam di tiap kelompok dapat menimbulkan pola-pola kepribadian dan pola-pola perilaku yang berbeda pula di kalangan khalayak kelompok yang luas.

Dampak panjangnya, perbedaan kebudayaan ini bisa melahirkan sikap etnosentrisme. Atau, sikap yang ditunjukkan kepada kelompok lain bahwa kelompoknya paling baik. Sikap ini juga menjadi buntut panjang dari terciptanya konflik antar penganut kebudayaan.

3. Perbedaan Kepentingan

Terakhir, perbedaan kepentingan juga menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya konflik di masyarakat. Karena adanya tujuan kepentingan yang berbeda-beda, memicu kelompok-kelompok akan bersaing dan berkonflik untuk memperebutkan kesempatan dan sarana.

Lantas, bagaimana dengan konflik di masyarakat Indonesia? Apa faktor penyebabnya?

Dalam buku Sosiologi: Menyelami Fenomena Sosial di Masyarakat, karya Bagja Waluya disebutkan, Indonesia memiliki kompleksitas budaya yang plural dan heterogen atau masyarakat yang terdiri dari dua atau lebih elemen yang hidup masing-masing tanpa ada pembaruan satu sama lain.

Namun, pertanda yang paling menonjol bagi masyarakat Indonesia adalah tidak adanya kehendak bersama dalam sifat majemuk tersebut. Sebab itulah, konflik yang terjadi di Indonesia kerap kali dilatarbelakangi oleh perbedaan dan pertentangan antar latar belakang sosio kultural.

Jadi, gimana nih, detikers? Sudah bisa sebutkan 3 faktor penyebab terjadinya konflik di masyarakat?

Simak Video "Saluran Air di Bekasi Berubah Warna Merah Usai Tercemar Limbah"



(rah/nwy)


Page 2

Jakarta -

Manusia sebagai makhluk sosial memiliki keragamannya masing-masing yang bisa dipengaruhi oleh faktor ras, etnis, agama, atau pun status. Sebagai proses sosial, konflik kerap hadir tengah-tengah kehidupan masyarakat tersebut.

Memangnya apa yang menjadi faktor penyebab terjadinya konflik di masyarakat?

Untuk memahami konflik dalam masyarakat, diperlukan juga pemahaman tentang makna dari konflik itu sendiri. Mengutip Buku Saku Sosiologi SMA oleh Yulia Darmawaty, S.Pd dan Drs. H. Achmad Djamil, konflik berasal dari bahasa latin, yaitu configere yang berarti saling memukul.

Sementara itu, secara sosiologis, konflik dapat didefinisikan sebagai proses sosial antara dua orang atau lebih (dua kelompok atau lebih) yang berusaha saling menyingkirkan, menghancurkan, mengalahkan atau membuat pihak lain tidak berdaya.

Konflik ini pasti pernah dihadapi oleh setiap lapisan masyarakat, tidak terkecuali bagi individu dalam kehidupan sehari-harinya. Secara teori yang dilansir dari 'Sumber Belajar Elektronik' terbitan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KemenLHK), faktor penyebab konflik terbagi menjadi tiga, di antaranya sebagai berikut,

3 Faktor Penyebab Terjadinya Konflik di Masyarakat

1. Perbedaan Pendirian dan Keyakinan

Faktor yang pertama ini lebih khususnya bagi individu. Faktor seperti inilah yang biasanya melahirkan bentrokan pendirian meskipun tidak melulu ada perlakuan kekerasan di dalamnya.

Biasanya, konfliknya juga dapat berbentuk pemusnahan simbolik atau melenyapkan pikiran-pikiran lawan yang tidak disetujui. Realitanya, memang tidak ada satu pun individu yang memiliki karakter yang sama. Hal ini pula yang menyebabkan perbedaan pendapat, tujuan, dan keinginan menjadi tidak terelakkan.

2. Perbedaan Kebudayaan

Faktor penyebab terjadinya konflik di masyarakat yang selanjutnya adalah perbedaan kebudayaan. Perbedaan ini tidak hanya menimbulkan konflik antar individu seperti sebelumnya, namun dapat menjadi pemicu konflik antar kelompok pula.

Pola-pola kebudayaan yang beragam di tiap kelompok dapat menimbulkan pola-pola kepribadian dan pola-pola perilaku yang berbeda pula di kalangan khalayak kelompok yang luas.

Dampak panjangnya, perbedaan kebudayaan ini bisa melahirkan sikap etnosentrisme. Atau, sikap yang ditunjukkan kepada kelompok lain bahwa kelompoknya paling baik. Sikap ini juga menjadi buntut panjang dari terciptanya konflik antar penganut kebudayaan.

3. Perbedaan Kepentingan

Terakhir, perbedaan kepentingan juga menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya konflik di masyarakat. Karena adanya tujuan kepentingan yang berbeda-beda, memicu kelompok-kelompok akan bersaing dan berkonflik untuk memperebutkan kesempatan dan sarana.

Lantas, bagaimana dengan konflik di masyarakat Indonesia? Apa faktor penyebabnya?

Dalam buku Sosiologi: Menyelami Fenomena Sosial di Masyarakat, karya Bagja Waluya disebutkan, Indonesia memiliki kompleksitas budaya yang plural dan heterogen atau masyarakat yang terdiri dari dua atau lebih elemen yang hidup masing-masing tanpa ada pembaruan satu sama lain.

Namun, pertanda yang paling menonjol bagi masyarakat Indonesia adalah tidak adanya kehendak bersama dalam sifat majemuk tersebut. Sebab itulah, konflik yang terjadi di Indonesia kerap kali dilatarbelakangi oleh perbedaan dan pertentangan antar latar belakang sosio kultural.

Jadi, gimana nih, detikers? Sudah bisa sebutkan 3 faktor penyebab terjadinya konflik di masyarakat?

Simak Video "Saluran Air di Bekasi Berubah Warna Merah Usai Tercemar Limbah"


[Gambas:Video 20detik]
(rah/nwy)

tirto.id - Kata konflik berasal dari bahasa Latin “configere" yang berarti saling memukul. Dilihat dari makna kata tersebut, secara umum, konflik adalah situasi saat ada pertarungan yang dilakukan oleh dua orang atau lebih untuk mendapatkan sesuatu.

Sementara dalam kajian sosiologi, pengertian konflik sosial adalah sebuah proses sosial berbentuk pertentangan yang melibatkan seseorang atau sekelompok orang dengan lainnya, untuk memenuhi tujuan masing-masing. Pertentangan tersebut dilakukan dengan cara mengalahkan atau membuat tidak berdaya pihak yang ditentang.

Menukil Modul Pembelajaran Sosiologi yang diterbitkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, ada beberapa pakar sosiologi yang mendefinisikan konflik sosial.

Soerjono Soekanto, misalnya, mendefinisikan konflik sosial sebagai proses sosial yang dilakukan oleh individu atau kelompok manusia untuk memenuhi tujuannya, dan dilakukan dengan menantang pihak lawan. Menurutnya, konflik seringkali disertai ancaman dan/atau kekerasan.

Sedangkan Robert M. Z. Lawang mendefinisikan konflik sebagai perjuangan untuk memperoleh nilai, status, dan kekuasaan yang tujuannya tidak hanya memperoleh keuntungan, tetapi juga mengalahkan pesaing.

Poin utama yang perlu diingat dari pengertian konflik sosial diatas adalah adanya pertarungan atau pertentangan. Pertarungan atau pertentangan tersebut tak hanya terjadi secara fisik. Oleh karena itu, konflik sosial tidak hanya mencakup benturan fisik, melainkan juga pertentangan yang sifatnya verbal atau simbolik.

Baca juga: Macam-macam Konflik Sosial dan Contohnya di Masyarakat

Beberapa teoritikus sosiologi pun mencoba menjelaskan secara rinci mengenai konflik sosial, atau sering disebut sebagai teori konflik. Dua tokoh yang terkenal di antaranya adalah Karl Marx dan Ralf Dahendorf.

Karl Marx menjelaskan, secara umum masyarakat terbagi jadi 2 kelas sosial, yaitu proletariat dan borjuis. Proletar adalah kelas masyarakat yang diisi oleh pekerja, sedangkan borjuis adalah para pemilik tempat kerja, atau disebut juga pemilik modal.

Marx menilai 2 kelas sosial tersebut tidak ada di posisi yang setara, borjuis lebih tinggi derajatnya ketimbang proletar. Karena itu, terjadi ketidakadilan. Kaum proletar yang mendapat ketidakadilan di sistem ekonomi kapitalistik akan melakukan perlawanan terhadap kaum borjuis. Sedangkan kaum borjuis akan melawan balik untuk mempertahankan kekayaan yang dimiliki. Pada tahap ini, konflik sosial muncul.

Sedangkan Ralf Dahendorf melihat melihat konflik sosial dari perspektif yang lebih cair ketimbang Marx. Dahendorf menilai bahwa masyarakat memiliki dua sisi yang berbeda, yaitu konflik dan kerja sama. Dua hal yang berlainan tersebut saling berkelindan dalam kehidupan masyarakat.

Baca juga: Mengenal Teori-teori Konflik Sosial Menurut para Ahli Sosiologi

Konflik sosial umumnya terjadi karena adanya perbedaan dalam masyarakat. Perbedaan tersebut dapat berupa faktor rasial, etnisitas, pemahaman, tujuan, norma, kebiasaan, kepentingan dan lain sebagainya.

Mengutip Modul pembelajaran sosiologi yang diterbitkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, mengelompokkan faktor penyebab konflik sosial setidaknya menjadi empat.

Pertama, perbedaan antarindividu. Misalnya ialah perbedaan pendapat atau perasaan. Hal ini dapat menimbulkan konflik.

Kedua, perbedaan kepentingan, seperti kepentingan ekonomi, politik, sosial, dan sebagainya. Lalu, yang ketiga, perbedaan kebudayaan. Keempat, perbedaan akibat perubahan sosial yang cepat dan mengubah nilai-nilai dalam masyarakat.

Dampak Positif dan Negatif Konflik Sosial

Indonesia mempunyai wilayah luas dengan kondisi geografis tidak serupa, sekaligus masyarakat yang beragam dari segi ras, budaya, etnis, dan agama. Banyaknya perbedaan itu menyebabkan Indonesia menjadi salah satu negara yang konflik sosial.

Konflik sosial di masyarakat bisa mewujud dalam skala luas dan terjadi pada momentum tertentu, atau juga terjadi dalam kehidupan sehari-hari di Indonesia. Lantas, apakah konflik sosial itu selalu berakibat buruk? Ternyata tidak. Ada dampak positif dan negatif yang terjadi karena konflik sosial.

Tidak selamanya konflik berakhir dengan kemenangan dan kekalahan pihak tertentu yang terlibat dalam pertentangan. Sering kali konflik juga diakhiri dengan kesepakatan antarpihak yang terlibat.

Misalnya, dalam konflik sosial yang terjadi antara 2 kelompok yang sama-sama kuat, kesepakatan mungkin terjadi kerena tidak mungkin ada pemenang.

Konflik sosial pun bisa mereda jika perbedaan pemahaman soal nilai dalam masyarakat, kemudian disikapi dengan memunculkan pemahaman baru yang diterima oleh pihak-pihak yang berkonflik.

Baca juga: Konflik Sosial dalam Kehidupan Masyarakat: Pengertian-Sebab, Dampak

Merujuk penjelasan dalam buku Modul Pembelajaran Sosiologi yang diterbitkan Kemdikbud, konflik sosial bisa menimbulkan sejumlah dampak positif maupun negatif. Sejumlah dampak konflik sosial itu bisa dicermati dalam perincian di bawah ini.

1. Dampak Positif Konflik Sosial

  • Konflik dapat membantu menghidupkan kembali norma-norma lama dan menciptakan norma baru.
  • Konflik merupakan jalan untuk mengurangi ketergantungan antarindividu dan kelompok.
  • Konflik meningkatkan solidaritas sesama anggota kelompok yang sedang mengalami konflik dengan kelompok lain.
  • Konflik memunculkan sebuah kompromi baru apabila pihak yang berkonflik berada dalam kekuatan seimbang.
  • Konflik dapat memperjelas aspek-aspek kehidupan yang belum jelas atau masih belum tuntas ditelaah.
  • Konflik memungkinkan ada penyesuaian kembali norma-norma, nilai-nilai dan hubungan-hubungan sosial dalam kelompok bersangkutan dengan kebutuhan individu atau kelompok.
  • Konflik dapat berfungsi sebagai sarana untuk mencapai keseimbangan antara kekuatan-kekuatan yang ada di dalam masyarakat.

2. Dampak Negatif Konflik Sosial

  • Konflik sosial dapat menimbulkan perpecahan di suatu kelompok sosial yang tadinya bersatu. Misalnya, konflik agama di Maluku pernah memicu perpecahaan di masyarakat. Untunglah konflik tersebut telah selesai dan rekonsiliasi dapat terjadi.
  • Konflik sosial juga dapat berakibat permusuhan dalam masyarakat. Permusuhan yang terjadi seringkali memengaruhi kenyamanan dan kerukunan anggota kelompok.
  • Kekerasan juga dapat menjadi akibat dari konflik sosial. Kekerasan terjadi karena ada agresi satu pihak terhadap pihak lain baik secara fisik maupun verbal.
  • Dampak lain dari konflik adalah perubahan kepribadian. Hal tersebut dapat terjadi karena individu yang terlibat konflik mengalami tekanan psikologis. Misalnya, seorang anak yang tak mau berkeluarga karena menjadi korban kekerasan orang tuanya.
  • Terakhir, dampak yang mungkin terjadi dari konflik adalah jatuhnya korban. Korban di sini dapat berupa harta benda, sarana prasarana, korban luka, bahkan korban jiwa. Misalnya, kerusuhan yang terjadi pada tahun 1998 di berbagai wilayah di Indonesia menimbulkan banyak tokoh dijarah, banyak perempuan yang diperkosa, banyak orang yang mengalami luka-luka, juga banyak orang yang kehilangan nyawa.

Baca juga artikel terkait KONFLIK SOSIAL atau tulisan menarik lainnya Rizal Amril Yahya
(tirto.id - ray/add)


Penulis: Rizal Amril Yahya
Editor: Addi M Idhom
Kontributor: Rizal Amril Yahya

Subscribe for updates Unsubscribe from updates