Apakah air yang dikonsumsi haruslah air yang berkualitas jelaskan

dari buku, majalah maupun internet sebagai bahan referensi diskusi. Catat hasil diskusimu dalam kolom berikut! keterangan Pertempuran Surabaya :ketera … ngan Pertempuran Ambarawa :keterangan Pertempuran Medan Area :​tolong ya! mau di kumpulin

1. Berikut yang termasuk peta khusus adalah adalah peta.... a. dunia b. Indonesia c. Pulau Jawa d. persebaran sumber daya alam​

Tuliskan 5 peristiwa setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia​

pola lantai gerakan tari yang memiliki kesat lembut adalah​

pada dasarnya pola dasar pada lantai ada ​

. Apa yang menyebabkan terjadinya peristiwa Rengasdengklok? Ja​

tokoh yang berperan dalam PPKI adalah? tolong dijawab​

kapan didirikannya PPKI?Tolong dijawab​

tugas pokok BPUPKI adalah tolong jawab​

tuliskan 3 pegunungan, danau, sungai, dataran tinggi di negara ASEANTolong bantuannya Kak ​

KOMPAS.com - Air adalah kebutuhan pokok bagi seluruh makhluk hidup. Tanpa adanya air, makhluk hidup tidak akan bertahan.

Tahukan kamu bahwa manusia dapat bertahan berhari-hari tanpa makanan, namun bisa mati jika tidak minum air selama tiga hari?

Namun tidak semua air dapat diminum, ya. Dilansir dari situs Kementerian Kesehatan, syarat air yang dapat diminum adalah tidak berasa, tidak berbau, tidak berwarna, tidak mengandung mikroorganisme yang berbahaya, dan tidak mengandung logam berat. Berikut penjelasannya:

Air yang berwarna mengindikasikan bahwa air tersebut telah tercemar oleh berbagai macam zat yang dapat menimbulkan warna.

Air berwarna pekat dan berbau sebaiknya tidak dikonsumsi karena dapat menyebabkan penyakit. Namun jika air keruh, air dapat dibiarkan hingga kotorannya mengendap ke dasar, kemudian air direbus terlebih dahulu untuk dikonsumsi.

Baca juga: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketersediaan Air Bersih

Air yang berbau menandakan bahwa air tersebut telah tercemar. Air yang berbau busuk atau belerang berarti telah tercemar bakteri dari limbah rumah tangga.

Air yang berbau apek berarti tercemar oleh jamur ataupun ganggang dari tangki air yang kotor.

Sedangkan air yang berbau seperti bahan obat, berarti telah tercemar limbah kimia seperti pestisida ataupun terlalu banyak mengandung disinfektan.

Air yang berbau bisa disaring menggunakan filter karbon untuk memusnahkan pencemar berbahaya di dalamnya, sehingga air layak untuk dikonsumsi.

Apakah air yang dikonsumsi haruslah air yang berkualitas jelaskan
shark_749 Ilustrasi minum air

  • Tidak Mengandung Mikroorganisme Berbahaya

Mikroorganisme berbahaya dapat hidup di dalam air seperti Escherichhia coli (bakteri penyebab sakit perut dan diare), salmonella (bakteri penyebab demam, sakit kepala, dan diare), HAV (virus penyebab penyakit menular hepatitis A), Staphylococcus aureus (bakteri penyebab penyakit kulit MRSA), dan Leionella pneumophila (bakteri penyebab penyakit mematikan legionnaires).

Dilansir dari HealthLine, bakteri-bakteri tersebut dapat mati jika air dipanaskan pada suhu 65 derajat celcius hingga mendidih. Inilah mengapa kita harus merebus air keran sebelum meminumnya untuk menghindari mikroorganisme penyebab penyakit.

Bagaimana jika manusia meminum air laut? Air laut adalah sumber daya yang melimpah karena menutupi 71 persen permukaan Bumi.

Namun kita tidak bisa meminum air laut karena kandungan garamnya yang tinggi sehingga tidak memenuhi syarat air layak dikonsumsi.

Dilansir dari How Stuff Works, jika kita meminum air laut yang asin, kandungan garamnya dapat membuat sel-sel tubuh kita pecah dan rusak.

Baca juga: Berkurangnya Ketersediaan Air Bersih

Untuk mencegahnya, ginjal akan bekerja ekstra menyaring garam air laut dan membuangnya melalui urin.

Namun garam dalam air laut sangatlah tinggi, sehingga ginjal membutuhkan lebih banyak air lagi untuk membantunya menyaring garam laut.

Inilah mengapa jika kita meminum air laut, bukannya merasa segar namun tubuh kita semakin merasa haus.

Semakin banyak mengonsumsi air laut, kita akan semakin haus dan jika dibiarkan terus terjadi sel-sel tubuh akan rusak menyebabkan gagalnya fungsi-fungsi organ tubuh.

  • Tidak Mengandung Logam Berat

Air dengan kandungan logam berat seperti tembaga, seng, dan timbal dapat menyebabkan kerusakan pada kulit, hati, ginjal, sistem saraf, bahkan memicu pertumbuhan sel tidak terkendali atau kanker.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Ilustrasi Minum Air Putih/copyright shutterstock.com

Liputan6.com, Jakarta - Tubuh manusia butuh asupan air minum yang layak, berkualitas dan terstandarisasi. Sebab, kualitas dari air minum sangat berpengaruh terhadap kualitas hidup seseorang di masa depan.

Kualitas indeks air bersih di Indonesia dikatakan masih sangat buruk. Data Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan bahwa pada tahun 2018, sebanyak 10 dari 24 provinsi di Indonesia masih memiliki sumber air yang terkontaminasi bakteri yang cukup tinggi.

Menurut BPS, pada tahun 2019 pun masih cukup banyak masyarakat yang memanfaatkan sumber air tidak terlindungi, seperti air dari sumur atau sumber yang illegal untuk memenuhi kebutuhan air minumnya.

Firdaus Ali, Pendiri dan Pimpinan Indonesia Water Institute (IWI) sekaligus Staf Ahli Kementerian PUPR Bidang ESDM mengatakan Indonesia saat ini tengah mengalami permasalahan air minum bersih karena adanya kelangkaan air baku untuk air bersih perpipaan yang langsung dialirkan ke rumah.

"Selain itu, adanya pencemaran sumber air baku karena lokasinya yang dekat dengan pencemar, ekstraksi dalam tanah yang berlebihan dan tingginya produksi ilegal air minum di tengah masyarakat. Sehingga, tidak mengherankan jika sulit sekali menemukan air minum yang berkualitas dan tidak terkontaminasi bakteri," ujar Firdaus dalam Webinar Kelas Jurnalis yang diselenggarakan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) bersama Alodokter.

PWI bersama Alodokter membuat kelas jurnalis dengan tujuan untuk mengedukasi masyarakat luas lewat rekan-rekan jurnalis, sehingga dapat lebih cermat dalam memilih air untuk dikonsumsi.

“Kita tahu seberapa pentingnya air untuk tubuh. Organ-organ penting di dalam tubuh tidak dapat berfungsi dengan baik tanpa air yang cukup dan berkualitas. Namun, kami melihat bahwa masih minim sekali pemahaman masyarakat akan pentingnya air minum berkualitas dari tubuh,” ucap Atal S. Depari, Ketua Umum PWI Pusat.

Warga berebut untuk mendapatkan sebuah kaos yang dibagikan oleh Presiden RI Joko Widodo dari balik jendela mobilnya, pada Senin siang (22/3) di Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur. Kunjungan kerja Jokowi kali ini, untuk meninjau dan meresmikan proyek air ...

Ilustrasi Air Minum/ Pixabay

Untuk mengetahui air minum yang berkualitas, penting sekali memperhatikan jarak antara sumber air dan pencemar, seperti jamban atau septic tank, kandang ternak, saluran pembuangan air, dan tempat pembuangan sampah.

Jika terlalu dekat – yakni kurang dari 10 meter, sumber air bisa tercemar oleh limbah rumah tangga, limbah industri dan logam berat. Air dari sumber tersebut juga dapat terkontaminasi bakteri berbahaya, seperti Pseudomonas, Klebsiella, Enterobacter, Salmonella, dan E. coli.

Infeksi bakteri E. coli pada saluran pencernaan dapat menimbulkan beragam gejala, salah satunya yang paling umum adalah diare. Di Indonesia, kasus penyakit diare terbilang sangat tinggi, yakni lebih dari 7 juta total kasus pada tahun 2019.

Pada bayi dan balita, penyakit diare bahkan merupakan salah satu penyebab kematian tertinggi dengan jumlah kasus lebih dari 1.000 kematian.

Menurut Spesialis Penyakit Dalam dan Konsultan Gastroenterologi-hepatologi dr. Kaka Renaldi, Sp.PD, KGEH, “Infeksi bakteri E. coli pada saluran pencernaan juga bisa menyebabkan kondisi yang disebut sindrom hemolitik uremik. Kondisi yang rentan terjadi pada anak-anak dan lansia ini menyerang sel darah merah dan sel keping darah (platelet) serta dapat menyebabkan gagal ginjal.”

Selain itu, dr. Kaka juga menambahkan bahwa ibu hamil yang terinfeksi bakteri E. coli melalui saluran kencing (uretra) juga bisa mengalami infeksi saluran kemih dan infeksi ginjal. Infeksi ini kemudian bisa berkembang dan menyebabkan infeksi selaput otak pada bayi dalam kandungannya, hingga keguguran. Sehingga, pemilihan air dengan seksama disarankan kepada seluruh masyarakat untuk mengadopsi hidup bersih dengan mengonsumsi air minum yang berasal dari sumber yang terlindungi.

Menurut Peneliti Depot Air Minum Isi Ulang, Sri Yusniati I. Sari, saat ini, sekitar 48% dari masyarakat menengah ke bawah di perkotaan menggunakan air kemasan dan isi ulang sebagai cara praktis untuk memenuhi kebutuhan air minum dalam rumah tangganya. Namun, tidak banyak yang memahami perbedaan kualitas air minum yang ada di pasaran.

“Akibat laju urbanisasi yang cepat, fenomena air minum isi ulang kian menjamur di perkotaan. Pertumbuhan Depot Air Minum (DAM) di DKI Jakarta meningkat hingga 800%, dan didapatkan bahwa banyak air minum isi ulang memiliki kualitas yang rendah, yang mana sekitar 40% galon isi ulang dan 25,3% keran outlet terdapat bakteri E. coli. Masyarakat juga harus lebih berhati-hati karena masih banyak sekali DAM yang tidak resmi dan tidak mematuhi standardisasi pemerintah. air minum yang jernih dan tidak berasa belum tentu bebas dari bakteri.”

ilustrasi minum air mineral/Photo by Little Pig Studio from Shutterstock

Kepedulian terhadap distribusi air minum yang bersih dan berkualitas pun terus digalakkan oleh berbagai pihak terkait, salah satunya adalah Indonesia Urban Water, Sanitation and Hygiene (IUWASH) selaku lembaga non-profit yang mendedikasikan visi dan misinya untuk meningkatkan layanan, penguatan kinerja, dan advokasi di sektor air bersih kepada seluruh masyarakat Indonesia.

“Ada beberapa tantangan untuk menyediakan air layak minum di perkotaan dan salah satunya adalah distribusi air minum bersih yang belum merata, khususnya bagi mereka yang berpenghasilan rendah. Kelompok ini juga dipersulit dengan biaya “Sambung Baru” PDAM yang cukup tinggi. Oleh karena itu, diperlukan opsi layanan akses air layak minum dan terjangkau, seperti sambungan air minum di wilayah perkotaan dengan Master Meter dan SPAM Komunal,” ungkap Alifah Sri Lestari, Deputy Chief of Party USAID IUWASH PLUS.

Namun, melihat infrastruktur dan kondisi pandemi yang belum kunjung pulih, masyarakat diharuskan untuk cepat mengoptimalkan perilaku hidup bersih, baik dalam menjaga kebersihan lingkungan dan tubuh. Firdaus Ali menuturkan, “Selama pandemi COVID-19, masyarakat semakin membutuhkan air bersih untuk dikonsumsi, yang mana telah terjadi peningkatan konsumsi AMDK sebagai alternatif sumber air minum. Tahun lalu, sekitar 88% responden kami menggunakan kemasan galon dan sisanya menggunakan beragam jenis kemasan, seperti botol dan gelas.”

“Meski sudah adanya peningkatan untuk menjalani hidup bersih, masyarakat dianjurkan untuk terus melakukan pengecekan keamanan dan kualitas air kemasan, dengan memperhatikan produsen air minum yang telah memiliki sertifikasi BPOM, melihat tempat penyimpanan airnya, pengelolaannya dan lokasi pendistribusiannya,” tambahnya.

Kesehatan masyarakat merupakan salah satu faktor terpenting untuk membangun ketahanan dan daya saing nasional. Kesehatan masyarakat berkaitan erat dengan kualitas air minum yang dikonsumsi setiap harinya.

Maka dari itu, pemahaman akan pola hidup bersih dan menjaga asupan yang sehat dapat membantu Indonesia melahirkan sumber daya manusia unggul di masa depan.