Apa yang terjadi jika Indonesia tidak bisa menjaga ketahanan nasional?

  1. Home /
  2. Archives /
  3. Vol 8 No 2 (2020) /
  4. Articles

Pertahanan negara tidak lepas dari spektrum ancaman baik militer maupun nirmiliter yang dihadapi dan upaya yang dilakukan untuk mengatasinya. Senada dengan hal tersebut ketahanan nasional dimaknai sebagai daya tahan bangsa dan negara dalam menghadapi tantangan multidimensional dalam agenda kepentingan nasionalnya. Secara umum terdapat delapan elemen yang mendukung tercapainya ketahanan nasional Indonesia dalam deskripsi dari Astagatra Ketahanan Nasional yakni meliputi aspek geografis, kekayaan alam, demografis, ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya serta pertahanan keamanan. Ketahanan nasional Indonesia mengalami tantangan baik internal maupun eksternal, tantangan saat ini adalah pandemi Corona Virus Disease 19 (Covid-19). Secara global Covid-19 merenggut hampir 700.000 ribu korban jiwa, di tingkat nasional sendiri Covid-19 hampir mencapai angka 5.000 jiwa, dengan perkiraan kerugian ekonomi mencapai 316 triliun rupiah. Sementara di sisi lain, Covid-19 tidak hanya memunculkan ancaman kesehatan masyarakat dan ekonomi, namun juga ketahanan pangan. Indonesia yang memiliki ketergantungan impor bahan pangan kini semakin mengarah kepada kelangkaan pangan akibat terhentinya aktivitas ekonomi secara masif maupun aksi penimbunan bahan pangan. Berdasar pada konteks di atas, tulisan ini mengulas bagaimana pandemi mencetuskan ancaman kelangkaan pangan bagi Indonesia dalam arti sempit, dan tantangan tercapainya ketahanan nasional dalam arti luas. Melalui model pendekatan Astagatra, tulisan ini mencoba melihat bagaimana Pemerintah Indonesia menjawab tantangan tersebut.

Kata Kunci: Pandemi, Ketahanan Nasional, Astagrata

Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia (Lemhannas RI) Letjen TNI (Purn.) Agus Widjojo menjadi pembicara dalam Forum Guru Besar Institut Teknologi Bandung (ITB), Jumat (26/03). Dalam kesempatan tersebut, Agus menyampaikan materi Ketahanan Nasional dalam Perspektif Kebhinnekaan untuk Pembangunan RI pada Era Kini dan Mendatang.

Memulai materinya, Agus menyampaikan mengenai dua hal penting. Pertama, bangsa Indonesia merupakan bangsa yang bercirikan kebhinekaan merupakan keniscayaan yang memerlukan respons dalam tata cara hidup bersama. “Kita tidak bisa mengingkari tentang kebhinekaan,” kata Agus. Oleh karena itu, pemikiran untuk bisa membangun masyarakat bangsa yang secara efektif dapat merespon tuntutan kontekstual kebhinekaan bangsa, menjadi sangat penting. Kedua, bangsa Indonesia pada hakikatnya merupakan bangsa dan negara berdasarkan kesepakatan. Tidak ada cara hidup bangsa Indonesia yang didasarkan kepada pertimbangan mayoritas atau minoritas. Menurut Agus, hal tersebut menjadi nilai kearifan lokal yang perlu dijaga, bukan hanya diingat sebagai sejarah, tetapi juga dirasakan manfaatnya dan dipelihara untuk masa depan.

Lebih lanjut Agus juga menyampaikan perkembangan lingkungan strategis di masa depan untuk mengantisipasi ancaman, gangguan, hambatan, dan tantangan. Pandemi Covid-19 yang terjadi saat ini, mempengaruhi tatanan global bahkan untuk beberapa waktu ke depan. Agus mengingatkan bahwa saat ini, bangsa Indonesia belum bisa untuk secara yakin berharap bahwa pandemi akan selesai dalam waktu dekat. Oleh karena itu, merupakan sebuah keharusan untuk belajar hidup bersandingan dengan pandemi. “Ini merupakan sebuah goresan umum tentang masa depan,” tutur Agus.

“Tantangannya adalah bahwa antara kesehatan masyarakat dengan perekonomian nasional adalah dua sisi dari satu mata uang,” ujar Agus. Menurut Agus, penanganan terhadap dampak pandemi Covid-19 terhadap kesehatan masyarakat dan perekonomian nasional tidak bisa dipilih salah satunya. Tidak bisa memilih salah satu saja dengan mengabaikan yang lain, tetapi juga akan sulit untuk menangani dua sisi sekaligus.

“Ketahanan bukanlah bertahan, ketahanan bukanlah untuk mempertahankan diri, tetapi ketahanan itu adalah untuk memulihkan diri apabila sudah terjadi ancaman yang besar,” ujar Agus. Dalam ketahanan, biasanya tantangan datang secara mendadak. Oleh karena itu, tantangannya adalah harus bisa memulihkan diri dari hal yang tiba-tiba dialami, salah satu contohnya adalah Covid-19. Bahkan dapat dilihat bahwa hampir semua negara kesulitan mencari respons efektif dalam mengatasi pandemi Covid-19 karena Covid-19 adalah ancaman baru. “Inilah arti ketahanan, yaitu menghadapi ancaman yang secara tiba-tiba dan dalam bentuk apa, tetapi harus mampu untuk menghadapinya,” kata Agus.

Dalam kesempatan tersebut Agus menegaskan bahwa ketahanan nasional bukan sekedar definisi, tapi harus lebih implementatif dalam hal konkret untuk membangun ketahanan nasional. Bangsa Indonesia tidak boleh cepat puas dengan hal jargon, slogan, dan doktrin tapi tidak punya efektivitas untuk mentransformasikan rumusan tersebut.

“Ketahanan nasional dikesankan bersifat inward looking,” kata Agus. Kemudian Agus memberikan contoh seperti dalam pandemi Covid-19, yang diperkuat adalah imunitas diri supaya virus tidak bisa menyerang masuk ke dalam diri walaupun tidak bisa untuk membunuh virus Covid-19. Karena bersifat inward looking, perlu dicari interkoneksi antara tujuan nasional, kepentingan nasional, strategi nasional, ketahanan nasional, dan pertahanan. “Kita memerlukan instrumen untuk bisa mencapai kepentingan nasional yang bersifat outward looking dan tidak bisa dicapai oleh ketahanan nasional yang bersifat inward looking,” ujar Agus.

Pada tingkat nasional, ketahanan nasional adalah kemampuan masyarakat untuk menghadapi keadaan sulit dengan melakukan perubahan dan penyesuaian serta menyerap kesulitan atau perubahan yang diakibatkan oleh ancaman. Hal tersebut dapat dilihat melalui kemampuan masyarakat untuk bertahan terhadap kesulitan dengan mempertahankan segenap institusi dan nilai yang dimiliki. “Walaupun harus bertahan dan mungkin juga untuk kesulitan yang berkepanjangan, tetapi tidak boleh mengorbankan institusi dan nilai-nilai yang dimiliki,” tutur Agus.

Kemampuan masyarakat juga dilihat melalui penyesuaian dalam cara baru dan inovatif, seperti tatanan normal baru yang saat ini ada. Sikap serta persepsi sosial dan politik juga ditemukan dan berpengaruh terhadap kemampuan bangsa untuk bertahan menghadapi situasi krisis atau konflik. Sejalan dengan hal tersebut, ketahanan dalam konteks Covid-19 baik dalam era kini maupun mendatang, menunjukan bahwa sangat diperlukan pengendalian virus dan pemikiran ulang tentang pemeliharaan kesehatan, memberikan revolusi pembelajaran, pembentukan rantai logistik dan perdagangan yang memiliki ketahanan, serta distribusi tindakan stimulus yang efektif.

By : Petrus Hepi Witono

ObraS – Obrolan Santai bareng Mahasiswa.

Apa yang pernah kamu lakukan untuk menjaga ketahanan nasional Indonesia?

Erwin – “Ronda malam”. Pengalaman saya dan hal kecil yang pernah saya lakukan menjaga ketahanan nasional adalah ronda malam, ditempat saya tinggal sampai saat ini ronda malam masih dilakukan, apalagi bila bulan puasa telah tiba dan menjelang lebaran dimana banyak orang pulang kampung dan kondisi sekitar lingkungan menjadi sepi, ronda malam dilakukan bergiliran sesuai jadwal dan ronda dilakukan lebih ketat dan bertujuan untuk menjauhkan lingkungan dari tindak kejahatan dan kegiatan yang dilarang oleh hukum.

Menurut saya pelaksanaan ronda malam secara rutin bisa menjaga keamanan lingkungan dan menjadi implementasi nyata dari ketahanan nasional

Salkania – Memakai Batik. Batik merupakan salah satu kekayaan budaya yang dimiliki oleh Indonesia. Sedari SD sampai kuliah bahkan bekerja pun, saya sudah dibiasakan untuk memakai batik. Memakai batik telah menjadi salah satu kebiasaan dalam hidup saya. Semakin berkembangnya zaman, model batik pun semakin beragam, ada yang berbentuk gaun pesta, kaos, kemeja, rok, sepatu, sandal, baju rumah, dan lain-lain. Sehingga pemakaiannya tidak membosankan, hal ini yang membuat saya semakin menyukai batik. Begitu pula mungkin dengan orang lain, yang mana menurut saya pemakaian batik saat ini sudah sangat meningkat. Memakai batik merupakan salah satu bentuk Ketahanan Budaya Nasional, dengan memakainya budaya batik ini dapat selalu terlestarikan di Indonesia.

Lela – Mengikuti event tarian budaya. Pada saat saya masih duduk dibangku SMA saya pernah mengikuti event tarian budaya tujuannya untuk memperkenalkan budaya kita ke generasi muda dan orang asing yang datsng ke tempat tinggal saya tepatnya di Sumatera, Riau

Shinta – Contoh ketahanan nasional versi saya adalah menjadi pengajar sukarelawan, dalam 4 tahun ini saya cukup aktif dalam mengajar sekolah minggu di vihara kota saya.

Saya bersama teman-teman lainnya yang juga banyak merupakan mahasiswi/a serta pekerja kantoran yang aktif ikut membantu dan melancarkan kegiatan mengajar dan memiliki kurikulum yang cukup baik untuk diajarkan pada anak-anak dari PG hingga SD.

Dalam beberapa kurikulum yang kami ajarkan terdapat menjadi anak yang berbakti, sopan santun dan mencintai negara.

Fransiska – “Memakai Batik” Contoh ketahanan nasional berdasarkan pengalaman saya, adalah saya sering memakai batik di kantor pada hari Jumat, tidak hanya untuk rutinitas saja dari kantor sendiri juga mengajarkan mengenai pentingnya memakai batik, memakai batik menurut saya juga mencerminkan kami adalah bangsa Indonesia, di mana kita dapat dipandang dan membanggakan hasil karya bangsa kita ke dunia luar, apalagi banyak tenaga kerja asing di kantor saya, dengan memakai batik dapat menunjukan bahwa kita bangsa Indonesia dengan beraneka ragam budaya, suku, agama, ras  dapat bersatu untuk mengenalkan budaya kita kepada bangsa lain dengan cara yang sederhana yaitu memakai batik.  

Nadira – Menjadi Paskibraka ditahun 2016, saya megikuti seleksi paskibraka. Dan saya lolos sampai tingkat walikota. Melalui proses yang panjang dan berbulan-bulan. akhirnya sampailah di tanggal 17 Agustus 2016. Dihari itu saya dan teman-teman mengawal kibar dwi warna. Perjuangan kami tidak sia-sia latihan selama berbulan-bulan. Prosesnya lancar dan khidmat tanpa kesalahan satupun. Bendera berhasil berkibar. Dan setelah itu saya melanjutkan menjadi senior di Purna Paskibraka Jakarta Barat untuk mencari generasi-generasi selanjutnya. Saya pun pernah andil dalam pembukaan sidang Interpol, dan turut berpartisipasi disetiap upacara hari besar nasional selama 2 tahun.

Kasih – Dari pengalaman saya dibidang modal budaya yaitu saat saya masih kelas 3 sd saya diwajibkan utnuk mengikuti pelajaran menari tarian tradisional salah satunya adalah tari jaipong. Dan saat saya kelas 4 sd saya diwajibkan untuk belajar Bahasa sunda. Dan selama saya smp dan sma saya diwajibkan untuk memakai batik pada hari jumat. Menurut saya ini adalah salah satu usaha negara dalam hal ketahanan nasional dan usaha saya juga dengan menaati peraturan yang sudah dibuat agar tercapai tujuan dari ketahanan nasional khususnya dibidang modal budaya.

Priscillia – Ketahanan Nasional versi saya, saya memiliki teman yang tentunya bukan berasal dari satu daerah yang saya tinggali. Contoh saya orang Jawa Timur tetapi saya tinggal di Jawa Barat. Saya mempelajari bagaimana mereka biasa mengatakan dengan logatnya dari situ saya tau bahwa Bahasa Sunda memiliki 2 Bahasa yaitu ada yang halus dan kasar. Saya pelajari bahasa mereka sedikit demi sedikit tanpa meninggalkan bahasa yang saya miliki sejak kecil, mereka juga belajar tentang bahasa yang saya miliki.

Kuliner. Dari makanan saja tentu sangat berbeda dari sini saya mengetahui ternyata berbeda daerah berbeda nama makanannya seperti bakwan sayur biasa disbut disurabaya, Ote – Ote di sini mereka menyebutnya Bala – Bala. Dengan saya mengetahui berbagai macam budaya dan bahasa yang mereka miliki saya juga harus bisa menjaga agar tetap kebudaayaan dan bahasa tetap menjadi milik mereka

Ika – Ketahanan dibidang sosial Budaya, karena saya tinggal dibali maka setiap hari  kamis saya harus memakai kebaya adat bali, bukan hanya hari kamis saja tetapi ada hari purnama tilem biasanya ditengah bulan disaat bulan purnama esok harinya kami harus memakai pakaian adat bali dan juga di hari jadi provinsi bali, dan baru saja dikeluarkan aturan gubernur yang baru per januari 2020, setiap papan nama ,nama toko, perusahaan, rumah sakit, nama perumahan, hotel, villa dll harus memakai aksara dan bahasa bali diatas penamaan memakai huruf latin