Selamat sore, OImunisasi adalah proses seseorang menjadi kebal terhadap suatu penyakit menular. Sedangkan vaksin adalah proses penyuntikan vaksin, yang bertujuan untuk merangsang sistem kekebalan tubuh membentuk kekebalan yang spesifik terdap suatu penyakit. Imunisasi dan vaksinasi adalah salah satu cara untuk keluar dari masa pandemic, seperti masa sekarang. Imunisasi selain untuk melindungi bayi, dan untuk mencegah penularan suatu penyakit.Ada beberapa hal yang dapat terjadi pada bayi yang tidak diimunisasi, sehingga hal ini yang membedakan dengan bayi yang sudah diimunisasi. Seperti :
Home > Balita dan Anak > Di atas 5 tahun 28 April 2019 Tidak imunisasi bisa berdampak hingga kematian lho Moms Banyak orang tua yang menyepelekan masalah imunisasi, sehingga tidak jarang Moms dan Dads tidak memberikan Si Kecil kebutuhan imunisasinya. Padahal imunisasi sangat penting untuk memberikan kekebalan pada tubuh dengan membentuk antibodi yang akan melindungi Si Kecil dari berbagai penyakit. Menurut dr. Hindra I. Satari, Sp. A (K), Dokter Spesialis Anak Konsultan Penyakit Tropis dan Infeksi RS Pondok Indah – Pondok Indah, dampak yang ditimbulkan akibat tidak imunisasi bisa sangat berbahaya. Lalu, apa saja dampak yang terjadi jika anak tidak diimunisasi? Baca Juga: Apa Saja Efek Imunisasi Bagi Kesehatan Anak? 1. Mengalami CacatFoto: activeforlife.com Imunisasi penting untuk melindungi anak dari berbagai virus dan bakteri. Jika tidak melakukan imunisasi, maka cacat permanen bisa dialami anak. Misalnya saja jika anak tidak melakukan imunisasi MMR, risiko yang mungkin akan ia alami seperti cacat pendengaran, penglihatan terganggu, kelainan jantung, terlambat berbicara, hingga disabilitas intelektual. 2. Menimbulkan WabahFoto: baby-magazine.co.uk Bukan tidak mungkin anak yang tidak diberikan imunisasi akan menjadi sumber wabah bagi orang-orang di sekitarnya. "Dampaknya, anak tersebut dapat menjadi sumber penularan penyakit bagi anak lain," ungkap dr Hindra. Contoh nyata dari dampak ini ada pada wabah campak dan difteri yang terjadi di pecahan negara Rusia dan negara berkonflik. Kasus lainnya, wabah polio di Nigeria dan di 25 Negara Afrika serta Asia, menyebabkan sebanyak 5000 anak lumpuh. Bahkan anak yang sudah diimunisai lengkap saja masih bisa terserang virus dan bakteri jika banyak anak di lingkungannya yang tidak melakukan imunisasi. Apalagi jika Moms tidak memberikan Si Kecil Imunisasi. Bisa dibayangkan bukan? Baca Juga: Ini 7 Penyakit Menular Pada Anak di Sekolah yang Patut Moms Waspadai 3. Menderita penyakit mematikanFoto: unsplash.com Nyawa menjadi taruhan jika anak tidak diimunisasi, contohnya penyakit difteri. Difteri adalah penyakit menular akibat bakteri yang menyerang selaput lendir pada hidung dan tenggorokkan. Penyakit ini mampu menyebabkan kematian, karena bakteri yang tumbuh menyumbat pernapasan, lalu menimbulkan komplikasi pada pada dinding jantung anak, dan berakhir dengan gagal ginjal atau sirkulasi pernapasan. Gejalanya ditandai dengan demam tinggi, selaput putih di tenggorokkan, tenggorokkan sakit saat menelan, leher membengkak hingga sesak nafas. Nah, setelah mengetahui dampak-dampak berbahaya yang dapat terjadi, apakah Moms masih menyepelekan masalah imunisasi? Contoh nyata lainnya ada di Indonesia. Pernah terjadi terjadi wabah campak di Wamena, yang mengakibatkan puluhan anak meninggal dunia. Selain itu, ada juga penyebaran wabah difteri di Jawa Timur, yang juga mengakibatkan kematian. Jika Moms bertanya, lalu apa solusi yang bisa dilakukan? Satu-satunya cara untuk mencegah hal ini adalah dengan memberikan anak imunisasi yang sudah seharusnya ia dapatkan. Seperti bunyi sebuah ungkapan, ‘cegah, sebelum terlambat’. (AWD/AND) Imunisasi atau vaksinasi penting untuk kesehatan anak. Sayangnya, beragam isu dan mitos mengenai bahaya imunisasi membuat sebagian orang tua ragu, bahkan hingga terbentuk kelompok antivaksin di masyarakat. Lantas, bagaimanakah fakta imunisasi yang sebenarnya? Imunisasi adalah proses pembentukan kekebalan atau daya tahan tubuh seseorang terhadap penyakit dengan cara pemberian vaksin. Vaksin itu sendiri merupakan agen biologis yang terdiri dari bakteri atau virus penyebab penyakit yang sudah dilemahkan atau dimatikan. Ketika vaksin disuntikkan ke dalam tubuh, sistem imun akan aktif memproduksi antibodi untuk melindungi tubuh dari penyakit. Sistem imunitas juga memiliki kemampuan untuk mengingat dan mengenali kembali mikroorganisme, baik bakteri maupun virus. Saat ada mikroorganisme yang sesungguhnya masuk ke dalam tubuh, sistem imun akan segera menyerangnya dan menjaga tubuh agar tidak sakit. Berbagai Mitos Mengenai Bahaya ImunisasiMunculnya mitos atau isu terkait bahaya imunisasi, tentu bukan tanpa alasan. Beberapa kasus muncul sesaat setelah anak diberikan imunisasi. Meski kasus ini terjadi hanya pada sebagian kecil anak, nyatanya hal ini cukup menimbulkan keresahan para orang tua. Beberapa mitos dan ulasan fakta berikut ini mungkin bisa menjadi jawaban atas keraguan Anda: Imunisasi menyebabkan autisme Sebuah studi bahkan menunjukkan bahwa vaksin MMR tidak memengaruhi risiko seorang anak terkena autisme. Imunisasi menyebabkan autisme MMR (Mumps, Measles, dan Rubella) merupakan jenis vaksin yang akrab dengan rumor bahaya imunisasi, yaitu dapat menyebabkan autisme. Namun, tidak ada cukup bukti yang yang mendukung pernyataan tersebut. Sebuah studi bahkan menunjukkan bahwa vaksin MMR tidak memengaruhi risiko seorang anak terkena autisme. Imunisasi DPT menyebabkan kematian mendadak pada bayi Imunisasi jenis ini amat penting diberikan kepada bayi Anda. Pasalnya, penyakit seperti batuk rejan (pertusis), tetanus, serta difteri dapat menyerang bayi Anda bila tidak segera mendapatkan imunisasi DPT. Mitos yang berkembang terkait imunisasi DPT adalah sindrom kematian mendadak pada bayi (SIDS atau Sudden Infant Death Syndrome). Akan tetapi ketakutan ini tidak beralasan, sebab tidak ada hubungan antara imunisasi DPT dengan kejadian SIDS. Penelitian justru menunjukkan bahwa pemberian Imunisasi DPT menurunkan risiko terjadinya SIDS pada bayi. Imunisasi yang mengandung pengawet thimerosal lebih berisiko Beberapa orang tua meyakini bahwa vaksin yang menggunakan pengawet thimerosal (pengawet berbahanmerkuri) dapat membahayakan anak-anak. Pengawet sendiri digunakan untuk mencegah pertumbuhan bakteri pada vaksin. Klaim atas pernyataan tersebut tidak cukup beralasan, sebab sudah sejak tahun 1930 zat pengawet tersebut digunakan dalam beberapa vaksin dan tidak terbukti menyebabkan gangguan kesehatan pada anak. Sejak tahun 2001, thimerosal tidak lagi digunakan sebagai bahan pengawet pada vaksin, kecuali pada beberapa jenis vaksin flu. Namun, saat ini sudah tersedia pula pilihan vaksin flu tanpa kandungan thimerosal. Berkat perkembangan teknologi pembuatan vaksin yang semakin maju, para peneiliti telah secara nyata mengurangi penggunaan bahan pengawet dalam proses produksi vaksin. Terlalu banyak imunisasi tidak baik untuk sistem imun anak Mitos bahaya imunisasi lain yang cukup membuat para orang tua khawatir adalah terlalu banyak memberikan imunisasi pada anak dapat melemahkan sistem kekebalan tubuhnya. Namun jangan khawatir, karena sistem kekebalan tubuh bayi yang sehat mampu menerima imunisasi dengan baik, bahkan jika dilakukan bersamaan dalam satu hari. Jadi, bisa dikatakan bahwa imunisasi tergolong aman untuk sistem imun anak. Namun sebaiknya, pemberian imunisasi tetap berlandaskan pada jadwal yang telah ditentukan dokter. Bahaya imunisasi pada dasarnya hanya sebatas efek samping ringan yang tidak membahayakan, seperti nyeri di lokasi suntikan, demam ringan, atau menyebabkan bayi menjadi rewel. Meski begitu, Anda tetap perlu berkonsultasi ke dokter anakjika anak Anda mengalami efek samping serius setelah imunisasi, karena mungkin hal tersebut disebabkan oleh reaksi alergi terhadap bahan di dalam vaksin. Ingatlah untuk tidak melewatkan jadwal imunisasi anak, karena pemberian imunisasi sangat penting untuk perlindungan kesehatan anak Anda. |