Apa yang menyebabkan Kelangkaan masyarakat mengantri di Pertamina atau pom bensin

Kendari – Senior Supervisor, Communication dan Relation Pertamina Regional Sulawesi, Taufiq Kurniawan, menjelaskan penyebab kelangkaan Bahan Bakar Minyak (BBM) pada beberapa SPBU di Kota Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra) selama dua hari terakhir. 

Taufiq mengatakan, kapal pengangkut BBM terkendala cuaca buruk saat berlayar menuju Kendari. Dia menyebut, kapal baru bisa berlabuh di Pelabuhan Kendari pada Minggu (10/10/2021) kemarin. 

“Kemarin ada kendala cuaca. Kapal sudah sandar kemarin. Per hari ini sudah normal kembali,” katanya, Senin (11/10).

Apa yang menyebabkan Kelangkaan masyarakat mengantri di Pertamina atau pom bensin
Konsumen mengantre di SPBU Pertamina. Foto: Istimewa.

Selain itu, kelangkaan stok BBM juga dipengaruhi konsumsi masyarakat yang meningkat. Stok BBM yang mengalami kelangkaan adalah jenis solar dan pertamax. 

“Untuk informasi yang saya dapat, adanya peningkatan konsumsi bahan bakar oleh masyarakat. Terutama bahan bakar jenis pertamax dan solar. Hal itu yang menyebabkan beberapa SPBU harus melakukan penghematan untuk beberapa hari kemudian,” pungkasnya

Sebelumnya, sejumlah masyarakat Kendari mengeluhkan sejumlah SPBU yang tutup. Pada Minggu (10/10) pengisian bahan bakar yang buka hanya di SPBU Tapak Kuda. 

Oleh:

Antara Masyarakat rela mengantri di depan SPBU Pertamina akibat kabar kelangkaan BBM di Sorong, Papua pada Minggu (7/11/2021)

Bisnis.com, JAKARTA - PT Pertamina Patra Niaga Sub Holding Commercial and Trading Regional Papua Maluku angkat bicara terkait informasi kelangkaan bahan bakar minyak (BBM) di Sorong, Papua.

Informasi kelangkaan BBM di Sorong, Papua meluas melalui media sosial. Imbasnya, muncul kekhawatiran masyarakat yang berujung pada antrean panjang di SPBU di Kota Sorong dan sekitarnya.

"Menyikapi informasi yang beredar tentang kelangkaan BBM, dengan ini kami nyatakan itu merupakan berita bohong [hoaks]. Masyarakat telah termakan berita yang tidak dapat dipertanggungjawabkan sehingga berbondong-bondong mengantre BBM," kata Area Manager Communication Relations and CSR Pertamina Patra Niaga Sub Holding Commercial and Trading Regional Papua Maluku Edi Mangun seperti dikutip dari Antara, Senin (8/11/2021).

Dia menegaskan stok BBM di fuel Terminal Pertamina Sorong itu masih aman, bahkan hingga 4 atau 5 hari ke depan.

Menurutnya, kekhawatiran masyarakat pelanggan Pertamina ini dimanfaatkan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab, yakni dengan menjual BBM jenis Pertalite dengan harga yang jauh di atas harga kewajaran yang ada di SPBU.

Hal itu terbukti dengan penangkapan yang dilakukan oleh Pihak Polresta Sorong terhadap oknum yang membeli BBM di SPBU dan kemudian menjual BBM dengan harga yang sangat tinggi.

"Sesuai jadwal, direncanakan pada tanggal 8 November 2021 kapal pengangkut BBM akan bongkar muatan," imbuhnya.

Selain itu, dia mengatakan kapal tanker pengangkut BBM dari Fuel Terminal Integrated Wayame akan melakukan bongkar muatan di Sorong pada Selasa (9/11/2021).

Untuk mengatasi antrean yang terjadi di SPBU, pihak Pertamina juga telah mendistribusikan BBM ke SPBU secara bertahap guna mengurai antrean panjang.

"Kami juga menindaklanjuti gerombolan penimbun BBM yang telah berhasil diungkap pihak kepolisian," imbuhnya.

Sebelumnya diberitakan, situasi yang dikhawatirkan masyarakat tidak benar-benar terjadi. Sejak Jumat malam (5/11/2021), Pertamina telah melakukan normalisasi ke semua SPBU, sesuai dengan jatah harian SPBU masing-masing.

Sabtu (6/11/2021), Fuel Terminal Sorong telah menambah pengiriman pasokan hingga lebih dari 200 persen dari pasokan harian yang normal untuk menyelesaikan antrean panjang di SPBU.


Kejadian ini jika terus bertahan akan membahayakan kita semua, sebab jika isu ini tetap terus dihembuskan dan kita mempercayai maka imbasnya kepada masyarakat sendiri, perlu diketahui pihak kepolisian juga telah memeriksa oknum yang memanfaatkan kejadian ini dengan melakukan penimbunan.

"Sebab ketika warga yang biasa mengantre dengan hanya 1 sampai 2 liter untuk motor atau 5 sampai 10 liter untuk mobil akan terhambat" ujarnya.

Edi Juga menambahkan bahwa Pertamina sampai hari ini tidak ada isu untuk menaikkan harga Produk Pertalite ,seperti apa yang saat ini disebarkan oleh Oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab.

Selain itu Edi juga mengajak warga kota dan kabupaten Sorong agar melawan informasi bohong yang disebarkan oleh oknum penimbun BBM yang tidak bertanggungjawab,

Ia menjelaskan juga bahwa Fuel Terminal Sorong telah mendistribusikan BBM ke daerah Sorong Selatan sebanyak 25 KL dan Kabupaten Sorong sebanyak 40 KL guna menanggulangi isu kelangkaan BBM ke daerah di luar Sorong yang juga terimbas dari wilayah Kota Sorong.

Simak Video Pilihan di Bawah Ini :

Editor: Feni Freycinetia Fitriani

Jakarta - Antrian masyarakat membeli bahan bakar minyak (BBM) seperti minyak tanah ataupun solar dinilai pemerintah bukan karena kelangkaan. Antrian panjang ini lebih disebabkan adanya upaya sekelompok masyarakar untuk mencari keuntungan karena adanya disparitas harga BBM jenis solar dan minyak tanah yang cukup besar. "Saya telah sidak ke Banjarmasin dan daerah lainnya, saya lihat betul kejadian di lapangan. Apa yang terjadi, mereka sekarang rela mengantri berjam-jam karena nantinya minyak tanah maupun solar yang diperoleh dikumpulkan lalu dijual ke industri," kata Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro di Jakarta, Rabu (21/9/2005).Ini terlihat dari konsumsi BBM yang biasanya hanya 172.000 kilo liter per hari mendadak meningkat menjadi 184.000 kilo liter per hari. Disparitas harga yang harganya terpaut jauh dimana untuk solar terpaut Rp 1.500 per liter dan untuk minyak tanah yang sebesar berkisar Rp 4500 per liter menjadi primadona dari masyarakat mengantri BBM.Untuk mengatasi antrian ini, pekan lalu Purnomo telah memerintahkan kepada Pertamina untuk menambah pasokannya terhadap daerah yang antrian cukup panjang seperti di Kalimantan, Sumatra dan sebagian Jawa. Kondisi seperti menyebabkan antrian masyrakat telah menjadi mata pencarian baru untuk dijual ke industri yang harganya cukup lumayan. Akibat perbedaan harga ini bahkan beberapa truk pertambangan yang dikenakan aturan untuk membeli solar sesuai harga industri ikut turut mengantri di SPBU yang diperuntukan untuk rakyat kecil. Hal yang sama juga diungkapkan Direktur Utama Pertamina Widya Purnama yang menyatakan, terjadinya antrian minyak tanah dan solar karena adanya kepanikan dan disparitas harga serta komoditas yang disubsidi tapi dijual bebas. "Kami memiliki pangkalan minyak tanah 51.580 pangkalan di seluruh Indonesia. Bila seluruh karyawan Pertamina berkisar 23 ribu untuk mengawal satu pangkalan tidak akan cukup jumlahnya. Untuk itu kami meminta peran aktif dari masyarakat untuk membantu mengawasinya," ujarnya. Stok cadangan minyak untuk Agustus sampai September ini, lanjut Widya, rata-rata mencapai 22,7 hari. "Ini stok paling tertinggi sejak saya menjabat Dirut Pertamina. Saya sendiri sudah menambah stok 10 ribu kilo liter tapi tetap habis juga, kemana," ungkap Widya penuh keheranan. Namun demikian, meskipun pihak Pertamina menambah stok sekitar 10 ribu kilo liter ditambah kelebihan konsumsi BBM sekitar 12 ribu kilo liter tapi pihaknya tetap menjaga kouta BBM yakni sebesar 59,6 juta kilo liter. (mar/)

Padang, Gatra.com - Sejak dua pekan terakhir, terjadi kelangkaan Bahan Bakar Minyak (BBM) terutama jenis solar dan premium di sejumlah SPBU di Sumatra Barat (Sumbar). Akibatnya, banyak masyarakat yang mengeluh karena berdampak pada ekonomi.

Menurut Area Sales Branch Manager Pertamina Padang, Arwin Nughara, setidaknya ada dua faktor penyebab kelangkaan BBM di Sumbar tersebut. Pertama, karena alokasi BBM solar untuk Sumbar pada 2019 lebih rendah 9 persen dibandingkan 2018.

Baca Juga: Sikapi BBM Langka, Pemprov Sumbar Surati Pertamina

Kemudian faktor kedua, banyak konsumen truk industri yang membeli solar subsidi. Padahal, sudah dilarang menggunakan solar subsidi seperti yang telah tercantum dalam Peraturan Presiden Nomor 191 Tahun 2014. Akibat kenakalan konsumen truk industri tersebut, menyebabkan banyak yang tidak kebagian.

"Sumbar hanya mendapat jatah kuota BBM solar sebesar 392 ribu kiloliter. Sementara penyaluran hingga 31 Oktober 2019 over 12 persen. Jadi, memang dua faktor ini yang membuat solar langka," kata Arwin di Padang, Kamis (14/11).

Mengatasi persoalan tersebut, Pertamina mengaku telah bertemu dan menggelar rapat bersama dengan Pemprov Sumbar pada Senin (12/11). Salah satu solusinya adalah dengan menambah kuota BBM solar atau setidaknya sama dengan kuota tahun lalu.

Baca Juga: Beginilah Pengakuan Pengoplos BBM di Merangin

Pertamina juga akan melakukan sosialisasi terkait hal tersebut. Pihaknya mengimbau pelanggan menggunakan solar sesuai kebutuhan. Penambahan kuota solar 10 persen juga akan dilakukan secepatnya dalam minggu ini. Dengan tujuan agar pasokan di Sumbar segera tercukupi.

Dari penjelasannya, penyaluran ke seluruh wilayah Sumbar dengan kenaikan 10 persen atau setara dengan 1.250 kiloliter per harinya. Penambahan itu akan terus dipantau dan dievaluasi agar kuota solar bisa mengembalikan keadaan seperti biasanya, sehingga bisa mengurai kemacetan.

"Mungkin akan kami samakan dengan penyaluran 2018 rata-rata hariannya. Semoga di lapangan tidak terjadi lagi kondisi seperti hari ini. Pelanggan jangan panik, dan belilah sesuai kebutuhan, nanti kami akan salurkan secara normal," ujarnya.