Apa yang kalian ketahui tentang sugondo djojopuspito

  • home
  • nasional
  • Apa yang kalian ketahui tentang sugondo djojopuspito

    Logo Sumpah Pemuda 28 Oktober 2017

    TEMPO.CO, Jakarta - Soegondo Djojopuspito adalah tokoh sejarah yang terlupakan. Padahal, Soegondo adalah salah satu pelaku sejarah lahirnya Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 adalah tokoh sejarah ni namanya mulai dilupakan, kata putranya Sunaryo Joyopuspito. "Sebetulnya Soegondo adalah tokoh yang dilupakan. Sebelum Indonesia memproklamirkan menjadi negara, bangsa Indonesia sudah diproklamirkan lewat Sumpah Pemuda itu," ujar Sunaryo Joyopuspito, putra Soegondo, di kediamannya di kawasan Depok, Jawa Barat, Jumat, 27 Oktober 2017.

    Sejak masa Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Daoed Jusuf yang mengusulkan Soegondo menjadi Pahlawan Nasional hingga Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) dari berbagai masa pemerintahan sejak Orde Baru hingga Orde Reformasi saat ini, menurut dia, usulan tersebut tidak ada tindaklanjutnya.

    Baca juga: Sumpah Pemuda 2017: Perkaya Konten Positif di Media Sosial

    Kondisi itulah yang kemudian membuat sosok sepenting Soegondo Djojopuspito yang berjasa dalam perjalanan bangsa Indonesia dinilainya terlupakan. "Saya pribadi sebagai anak tidak mengerti di mana letak apresiasi negara sehingga sampai saat ini usulan untuk menjadi Pahlawan Nional itu belum terlaksana," kata pria berusia 78 tahun itu. Ia mengatakan bangsa Indonesia lahir pada 1928, sedangkan negara Indonesia dilahirkan 1945 lewat Proklamasi yang dibacakan oleh Soekarno. Dalam Kongres Pemuda II, Soegondo yang menjadi Ketua Pemuda Indonesia, ingin melahirkan suatu trilogi ikrar yang monumental agar diingat bagi para pemudiaan di kemudian hari, yakni "Kita Putra dan Putri dari satu bangsa berasal dari satu tanah air, satu bangsa dan satu bahasa, Indonesia". M. Yamin, salah seorang pemuda yang mahir berbahasa Indonesia menerjemahkan trilogi kongres pemuda ke dalam bahasa Indonesia menjadi "Satu Nusa, Satu Bangsa, Satu Bahasa".

    "Di detik terakhir kongres Yamin menyodorkan secarik kertas yang berisi rumusan resolusi yang lebih luwes kepada Soegondo yang akhirnya diparaf dan disetujui dan diakui oleh anggota lainnya dari konsep trilogi pemuda Indonesia Satu Nusa, Satu Bangsa dan Satu Bahasa," ujar Sunaryo Joyopuspito juga kandidat doktor sejarah UI itu.

    Baca juga: Sumpah Pemuda 2017, Blogger: Abaikan Hater, Nguras Energi

    Soegondo Djojopuspito tercatat lahir di Tuban, Jawa Timur, pada 22 Februari 105, dan meninggal di Yogyakarta pada 23 April 1978. Pemerintah Indonesia pada 1978 menganugerahi Tanda Kehormatan Indonesia berupa Bintang Jasa Utama, dan Satya Lencana Perintis Kemerdekaan pada 1992. Pada 18 Juli 2012 Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) meresmikan Wisma Soegondo Djojopuspito di Cibubur, Jakarta Timur, yang hingga kini menjadi salah satu lokasi pelatihan bagi para anggota Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka).

    Patung dada Soegondo Djojopuspito tersimpan di Museum Sumpah Pemuda, Jalan Kramat Raya Nomor 106, Jakarta Pusat, untuk menandai perannya sebagai salah seorang di balik peristiwa sejarah menuju Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)


    tirto.id - Sejarah Sumpah Pemuda yang diperingati setiap tanggal 28 Oktober dimotori oleh sejumlah tokoh dalam Kongres Pemuda 2 di Batavia (Jakarta). Siapa saja yang menjadi panitia Kongres Pemuda 2 tanggal 28 Oktober 1928?

    Dikutip dari buku Peranan Pemuda: Dari Sumpah Pemuda sampai Proklamasi (1989) karya Sagimun Mulus Dumadi, Kongres Pemuda II diadakan selama dua hari pada Sabtu dan Minggu tanggal 27 dan 28 Oktober 1928 di Batavia atau yang kini dikenal sebagai Jakarta.

    Kongres Pemuda II hari pertama menempati Gedung Katholikee Jongelingen Bond atau Gedung Pemuda Katolik, sedangkan kongres di hari kedua diadakan di Gedung Oost Java (sekarang di Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat).

    Tujuan digelarnya Kongres Pemuda II antara lain: (1) Melahirkan cita cita semua perkumpulan pemuda pemuda Indonesia, (2) Membicarakan beberapa masalah pergerakan pemuda Indonesia; serta (3) Memperkuat kesadaran kebangsaan dan memperteguh persatuan Indonesia.

    Para Tokoh Sumpah Pemuda

    Kongres Pemuda II di Batavia dihadiri para utusan organisasi-organisasi pemuda di tanah air, seperti Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI), Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Jong Bataks Bond, Jong Islamieten Bond, Pemuda Indonesia, Jong Celebes, Jong Ambon, Katholikee Jongelingen Bond, Pemuda Kaum Betawi, Sekar Rukun, dan lainnya.

    Hadir pula beberapa orang perwakilan dari pemuda peranakan kaum Tionghoa di Indonesia dalam Kongres Pemuda II tanggal 27-28 Oktober 1928 ini, beberapa di antaranya adalah Oey Kay Siang, John Lauw Tjoan Hok, dan Tjio Djien Kwie, namun asal organisasi atau perhimpunan mereka belum diketahui.

    Peranan anak-anak muda keturunan Tionghoa cukup besar dalam Kongres Pemuda II. Bahkan, gedung tempat dibacakannya Sumpah Pemuda merupakan asrama pelajar milik peranakan Cina bernama Sie Kok Liong. Gedung yang terletak di Jalan Kramat Raya 106, Jakarta Pusat, itu kini diabadikan sebagai Museum Sumpah Pemuda.

    Intinya, perwakilan pemuda dari Indonesia bagian barat sampai bagian timur dari berbagai latar belakang datang ke Batavia untuk menghadiri Kongres Pemuda II yang nantinya menghasilkan ikrar bersejarah yang menyatukan seluruh gagasan yakni Sumpah Pemuda.

    Baca juga:

    • WR Soepratman & "Indonesia Raya" di Kongres Pemuda II
    • Dolly Salim, Orang Pertama yang Menyanyikan "Indonesia Raya"
    • Isi, Makna, & Sejarah Hari Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928

    Mengenai fenomena ini, Muhammad Sungaidi lewat tulisan bertajuk “Pemuda dan Gerakan Kebangsaan" yang terhimpun dalam buku Literasi Politik (2019) suntingan Gun Gun Heryanto dan kawan-kawan, menyebutkan:

    “Sumpah Pemuda dibacakan di arena Kongres Pemuda ke-2, dihadiri oleh pemuda lintas suku, agama, dan daerah [….] Dari belahan barat Indonesia terdapat nama Mohammad Yamin. Seorang pemuda kelahiran Sawah Lunto, Sumatera Barat, yang mewakili organisasi pemuda Sumatera, Jong Sumatranen Bond," tulis Sungaidi.

    “Dari belahan timur Indonesia kita menemukan pemuda bernama Johannes Leimena, kelahiran Kota Ambon, Maluku, mewakili organisasi pemuda Jong Ambon. Ada juga Katjasungkana dari Madura dan Cornelis Lefrand Senduk mewakili organisasi pemuda Sulawesi, Jong Celebes," imbuhnya.

    “Bukan hanya bertemu, tapi mereka juga berdiskusi, bertukar pikiran, mematangkan gagasan, hingga akhirnya bersepakat mengikrarkan diri dalam komitmen keindonesiaan," beber Sungaidi melalui tulisannya.

    Panitia Kongres Pemuda 2

    Masih dikutip dari tulisan Muhammad Sungaidi dituliskan, “Jika kita membaca dokumen sejarah Kongres Pemuda ke-2, kita akan menemukan daftar panitia dan peserta kongres yang berasal dari pulau-pulau terjauh di Indonesia. Secara imajinatif sulit rasanya membayangkan mereka dapat bertemu dengan mudah."

    Tentu saja tidak semua pemuda atau pemudi yang hadir dalam Kongres Pemuda II tanggal 27-28 Oktober 1928 di Batavia itu masuk dalam susunan kepanitiaan. Dari buku Islam dalam Bingkai Keindonesiaan dan Kemanusiaan (2009) tulisan Ahmad Syafii Maarif, dapat diketahui susunan panitia Sumpah Pemuda yakni sebagai berikut:

    • Ketua: Sugondo Djojopuspito (PPPI)
    • Wakil Ketua: R.M. Joko Marsaid (Jong Java)
    • Sekretaris: Muhammad Yamin (Jong Sumatranen Bond)
    • Bendahara: Amir Sjarifudin (Jong Bataks Bond)
    • Pembantu I: Johan Mohammad Cai (Jong Islamieten Bond)
    • Pembantu II: R. Katjasoengkana (Pemuda Indonesia)
    • Pembantu III: R.C.I. Sendoek (Jong Celebes)
    • Pembantu IV: Johannes Leimena (Jong Ambon)
    • Pembantu V: Mohammad Rochjani Su'ud (Pemuda Kaum Betawi)

    Hadir pula Wage Rudolf Supratman yang memainkan lagu Indonesia Raya di Kongres Pemuda II dengan alunan biolanya. Lagu Indonesia Raya juga dinyanyikan untuk pertamakalinya dalam kongres ini oleh Dolly Salim yang tidak lain adalah putri dari Haji Agus Salim.

    Makna dan Isi Sumpah Pemuda

    Setelah melalui rangkaian kongres selama 2 hari, maka pada hari Minggu tanggal 28 Oktober 1928, para peserta Kongres Pemuda II bersepakat merumuskan tiga janji yang kemudian disebut sebagai Sumpah Pemuda.

    Adapun isi Sumpah Pemuda adalah sebagai berikut:

    Pertama

    Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia.

    Kedua

    Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.

    Ketiga

    Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.

    Menurut Azyumardi Azra, dikutip oleh Asvi Warman Adam dalam buku Menguak Misteri Sejarah (2010), Kongres Pemuda II yang menghasilkan Sumpah Pemuda merupakan salah satu tonggak sejarah bangsa Indonesia dalam mengawali kesadaran kebangsaan.

    Sumpah Pemuda mengajarkan nilai-nilai persatuan bangsa dan membuktikan bahwa perbedaan yang dimiliki bangsa Indonesia ternyata dapat disatukan sebagai perwujudan Bhinneka Tunggal Ika yang berarti “berbeda-beda tetapi tetap satu".

    Baca juga artikel terkait HARI SUMPAH PEMUDA atau tulisan menarik lainnya Iswara N Raditya
    (tirto.id - isw/agu)


    Penulis: Iswara N Raditya
    Editor: Agung DH

    Subscribe for updates Unsubscribe from updates