Apa yang dimaksud dengan kekurangan gizi dan kelebihan gizi?

Asupan gizi yang tepat dan sesuai takaran didapat dari makanan yang sehat.

GridHEALTH.id - Untuk mengetahui apakah seseorang kelebihan gizi atau tidak, bukan terlihat dari bentuk badannya. 

Baca Juga: Waspada, Ahli Gizi Ungkapkan Tren Kenaikan Obesitas 18 % di Indonesia

Untuk mengetahui kita  kekurangan gizi atau justru kelebihan gizi, kita bisa menggunakan Indeks Massa Tubuh (IMT).

Jika IMT Kita berada di bawah 18,5 kilogram per meter persegi, bisa dikatakan kurang gizi. Tapi jika IMT Kita, 18,5 sampai 22,9 kilogram per meter persegi, maka termasuk kategori normal.

Hal tersebut diungkapkan oleh Dokter Spesialis Gizi Klinik Dr dr Inge Permadhi, MS, SpGK seperti dikutip dari Republika.com.

Lalu berapa IMT orang yang dikatakan kelebihan berat badan dan obesitas? Bagaimana menghitungnya?

Untuk orang yang dikatakan kelebihan berat badan adalah mereka yang memiliki IMT di atas 23 sampai 24,9 kilogram per meter persegi. Masuk dalam kategori obesitas tipe satu jika IMT Kita 25 sampai 29,9 kilogram per meter persegi.

Baca Juga: Orang Dewasa Diminta Tidur 8 Jam Setiap Hari, Ternyata Ini Alasannya

Lalu jika IMT kita sama dengan atau di atas 30 kilogram per meter persegi, maka termasuk obesitas tipe 2.

(Ilustrasi) Anak kelebihan gizi.

GridHEALTHid - Kekurangan gizi pada anak memang sering membuat prangtua khawatir.  Sehingga tak jarang sebagian orang tua tidak sadar telah memberikan gizi dan nutrisi secara berlebihan pada anak.

Baca Juga: Saat Makan Kita Perlu Mengikuti Pedoman Gizi Seimbang, Ini Alasannya

Hal ini tentu tidak baik bagi si kecil, sebab selain kekurangan gizi, kelebihan gizi juga bisa membahayakan kesehatan mereka.

Perlu diketahui, kelebihan gizi merupakan kondisi dimana jumlah asupan makanan anak terlalu banyak, sehingga melampaui kebutuhan gizi hariannya.

Kebiasaan ini bisa diperparah jika anak tidak melakukan aktivitas fisik yang rutin dan seimbang, akibatnya si kecil dapat mengalami kelebihan berat badan (overweight) dan yang lebih parah adalah obesitas.

Melansir dari WHO.int, masalah tersebut didefinisikan sebagai,'' akumulasi lemak abnormal atau berlebihan yang menyebabkan risiko kesehatan bagi yang mengalami kelebihan gizi''.

Anak yang kelebihan berat badan dan obesitas dapat dikenali ketika bobot tubuhnya terlampau besar cenderung gemuk dibandingkan anak seusianya. Ini dikarena adanya penumpukan lemak pada tubuhnya.

Baca Juga: Ini Penjelasannya Kenapa Smartphone Sering Membuat Kita Insomnia

Tak sedikit anak yang kelebihan berat badan ini mengalami nyeri sendi dan mudah kelelahan sehingga mereka lebih banyak berdiam diri mengonsumsi makanan.

Nutrisi ataupun gizi merupakan sebuah substansi organik yang dibutuhkan setiap mahluk hidup sebagai fungsi untuk pertumbuhan, sistem tubuh, hingga pemeliharaan kesehatan.

Memiliki gizi yang baik didalam tubuh dapat membuat tubuh kembang anak menjadi baik atau normal, namun sebaliknya jika anak kekurangan gizi, akan banyak kelainan-kelainan pertumbuhan yang terjadi pada tubuh. Tetapi apa sajakah itu?

Untuk memperingati hari gizi nasional yang jatuh pada tanggal 28 Febuari setiap tahunnya, ada baiknya kita mengetahui apa saja akibat dari kekurangan gizi yang lebih spesifiknya, bukan cuma itu, ternyata jika anak kelebihan gizi juga tidak baik untuk pertumbuhannya. Berikut ini akan kami sampaikan akibat dari kekurangan dan kelebihan gizi yang terjadi pada anak, yaitu:

Akibat Kekurangan Gizi

– Pertumbuhan Terganggu

Sebelum membahas hal ini sebaiknya kita harus mengetahui, bahwa anak-anak tidak tumbuh karena kemampuan, akan tetapi di pengaruhi akan berbagai hal. Salah satunya adalah nutrisi yang cukup pada anak berpengaruh pada pertumbuhan Anak. Jadi, anak yang memiliki nutrisi yang baik pertumbuhannya akan baik pula, begitu juga sebaliknya. Terutama, jika kebutuhan nutirisi proteinnya terpenuhi, protein berpengaruh sebagai zat pembakar yang baik untuk pertumbuhan.

– Kurang Produksi Tenaga

Energi yang kita peroleh-oleh sehari-hari berasal dari makanan yang di produksi oleh tubuh. Jadi, apabila seseorang “jarang makan”, otomatis ia akan kekurangan energi, sehingga menyebabkannya menjadi lemas, merasa lemah dan akhirnya malas.

– Imunitas Menurun

Nutrisi atau gizi yang kita peroleh berasal dari makanan yang di konsumsi, jadi bila makanannya tidak baik, maka nutirisinya juga akan kurang. Makanan yang di konsumsi tadi akan di produksi menjadi energy dan vitamin yang baik bagi tubuh, baik pula untuk sistem kekebalan tubuh. Sehingga, tidak menyebabkan imunitas atau sistem imun menurun yang bisa menyebabkan si Anak gampang terserang penyakit. Seperti batuk, pilek, demam dan sebagainya.

– Terganggunya Struktur dan Fungsi Otak

Kekurangan nutirisi atau gizi pada tubuh bisa juga menyebabkan terganggunya perkembangan mental pada otak anak. Perlu Anda ketahui, ternyata otak mnegalami bentuk maksimal pada usia 2 tahun, sehingga ada baiknya anak di beri nutrisi yang cukup selama masih dalam masa pertumbuhan.

Akibat Kelebihan Gizi

Akibat dari kelebihan gizi pada anak adalah obesitas sejak dini, bayi yang memiliki berat badan yang tidak seharusnya akan mengidap penyakit obesitas.

Bukan hanya itu, ternyata anak-anak yang memiliki kelebihan gizi juga bisa terkena penyakit selain obesitas, yaitu Persendian, ganggung tidur hingga kardiovaskular. Hal ini memang tidak baik untuk anak, akan tetapi disarankan orangtua jangan membatasi makan anak atau menyuruh diet.

Karena, bagaimana pun masa anak-anak adalah masa pertumbuhan, sehingga tidak baik untuk membatasi si anak.

Pastikan biaya berobat terlindungi dengan adanya asuransi!

Kesehatan merupakan hal termahal yang ada di dalam hidup seseorang. Jika tubuh terkena penyakit tentunya bisa menghalangi aktivitas-aktivitas kita, oleh karena itulah biasanya biaya berobat tidaklah murah.

Kalian bisa mendaftarkan diri kalian ke BPJS untuk keringanan biaya berobat, namun BPJS sayangnya tidak memberikan akses ke semua obat yang tersedia di dunia medis, oleh karena itu pastikan juga untuk mendaftarkan diri kalian ke asuransi kesehatan milik swasta! Kalian bisa mendapatkan keuntungan yang tidak kalian dapatkan dari BPJS loh.

Pilih dan bandingkan berbagai produk asuransi kesehatan yang terpercaya hanya di Cekpremi.

VIVAnews - Gangguan kesehatan tak selalu identik dengan kekurangan gizi, tapi juga kelebihan gizi. Keduanya sama-sama berdampak negatif terhadap kesehatan dan kualitas hidup manusia. Itulah yang kini menjadi fokus perhatian sejumlah pakar kesehatan di Indonesia. Ahli gizi sekaligus Guru Besar Institut Pertanian Bogor, Prof Soekirman, SKM, MPS-ID, PhD, mengatakan, kekurangan dan kelebihan gizi umumnya terjadi akibat perubahan pola makan yang tidak bergizi seimbang. Kekurangan gizi ditandai dengan lambatnya pertumbuhan tubuh (terutama pada anak), daya tahan tubuh rendah, kurangnya tingkat intelegensia (kecerdasan), dan produktivitas yang rendah. Ini terjadi akibat asupan gizi di bawah kebutuhan. Sementara kelebihan gizi ditandai dengan kelebihan berat badan. Ini jelas memperbesar risiko munculnya berbagai penyakit kronis degeneratif, seperti diabetes, tekanan darah tinggi, dan penyakit jantung. Kondisi ini terjadi karena asupan gizi melebihi kebutuhan.Perlahan, masyarakat Indonesia mungkin sudah bisa lepas dari persoalan kekuarangan gizi. Yang terjadi justru memasuki masa transisi dari persoalan kurang gizi ke kelebihan gizi. Bahkan, masalah kelebihan gizi mulai menimpa masyarakat kelas ekonomi rendah. Artinya, mereka dengan tingkat ekonomi rendah, bukan tak mungkin menderita penyakit kronis degeneratif seperti jantung. "Ini bisa lebih memberi beban ekonomi pada mereka,” kata Soekirman, di sela-sela acara 'Sehat dan Bugar Berkat Gizi Seimbang', Kamis, 27 Januari 2011.

Gemuk tak lagi menjadi simbol kemakmuran. Salah satu pemicunya adalah kehadiran junk food yang dangat terjangkau masyarakat kalangan bawah. Konsumsi makanan ini sangat buruk bagi kesehatan, apalagi jika tak diimbangi dengan olahraga seimbang.

Demikian pula masalah kekurangan gizi, yang bisa menimpa kalangan menengah ke atas. Umumnya terjadi akibat buruknya sanitasi lingkungan dan kebersihan diri yang potensial memicu penyakit infeksi seperti diare dan ISPA. Dan, mereka yang sering terkena infeksi potensial menderita kekurangan gizi.Mengatasi persoalan kurang dan kelebihan gizi ini bisa dilakukan dengan memahami dan mempraktekkan pola makan bergizi seimbang. Caranya, konsumsi makanan bergizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai kebutuhan tubuh, usia, jenis kelamin, aktivitas fisik dan kondisi biologis. Memperhatikan variasi makanan juga penting, selain menerapkan gaya hidup sehat seperti olahraga rutin, mengontrol berat badan, dan menjaga kebersihan diri. "Berbeda dari prinsip empat sehat lima semprna, yang hanya memperhatikan prinsip variasi makanan, tanpa menyesuaikan dengan kebutuhan tubuh berdasarkan usia, jenis kelamin, aktivitas fisik dan kondisi biologis." Data status gizi berdasar riset kesehatan dasar 2010 di Indonesia menunjukkan, balita bertubuh kurus sebanyak 13,3 persen, dan balita bertubuh gemuk 14 persen. Lalu, anak 6-12 tahun, yang mengalami kegemukan 9,2 persen dan yang kurus 12,2 persen.

Sementara anak 13-15 tahun yang bertubuh gemuk mencapai 2,5 persen, dan yang kurus 10,1 persen. Anak 16-18 tahun yang bertubuh gemuk 1,4 persen dan yang kurus 8,9 persen. Sedangkan orang dewasa 18 tahun ke atas yang bertubuh gemuk 21,7 persen dan yang kurus 12,6 persen. (pet)