Kamis, 21 May 2020 08:43 WIB
Jakarta, CNN Indonesia -- Hari ini 22 tahun yang lalu atau 21 Mei 1998, Soeharto menyatakan berhenti dari jabatannya sebagai presiden usai berkuasa kurang lebih 32 tahun. Sejak itu, Orde Baru berakhir, era reformasi dimulai.Ada banyak tuntutan yang menggema dari berbagai kalangan, terutama mahasiswa, kala meminta Soeharto berhenti menjadi presiden. Dari mulai penindakan tegas terhadap pelaku korupsi, hingga kebebasan berpendapat di muka umum.Setelah rezim Soeharto runtuh, berturut-turut terbit sejumlah undang-undang untuk mengakomodir berbagai tuntutan reformasi. Sebut saja UU tentang pemberantasan korupsi, UU kebebasan berpendapat, TNI, kebebasan pers dan seterusnya.
Reformasi DikorupsiSelang 21 tahun kemudian, mahasiswa kembali turun ke jalan dalam jumlah yang sangat besar. Demonstrasi dilakukan di berbagai daerah terutama kota besar dengan menggunakan slogan Reformasi Dikorupsi.Tuntutan mereka cenderung sama, yaitu menolak pengesahan RUU KPK, RKUHP, RUU Ketenagakerjaan, RUU Pertanahan, RUU Penghapusan Kekerasan Seksual (PKS), RUU Minerba serta kasus kriminalisasi aktivis dan isu kerusakan lingkungan.Di Jakarta, aksi dipusatkan di depan Gedung DPR/MPR. Mahasiswa dari berbagai jaket almamater berkumpul di sana. Meneriakkan kritik dan tuntutan bersama-sama.Mahasiswa menganggap semangat reformasi yang dicetuskan saat menjatuhkan Soeharto sudah tercoreng alias dikorupsi. Sejumlah pihak merasa pemerintah dan DPR mengabaikan semangat reformasi dan hanya mengakomodir kepentingan segelintir orang.Demonstrasi berlangsung berhari-hari pada Bulan September 2019 di berbagai daerah. Korban luka dan jiwa berjatuhan akibat bentrok dengan aparat.Demonstrasi mahasiswa berslogan Reformasi Korupsi berhasil menekan pemerintah dan DPR menunda pembahasan sejumlah RUU. Akan tetapi, RUU KPK tetap disahkan menjadi UU, sehingga kekecewaan tak bisa dibendung. [Gambas:Video CNN]RUU yang lain memang ditunda pembahasannya. Tetapi bukan berhenti dan diperbaiki sesuai kehendak mahasiswa. Pemerintah dan DPR justru mengebut pembahasan sejumlah RUU pada 2020 yang ditunda setelah mahasiswa berunjuk rasa besar-besaran pada 2019.Salah satunya adalah RUU Minerba. Pegiat lingkungan mengecam keras isi RUU tersebut karena menilai sangat menguntungkan korporasi atau pengusaha ketimbang keselamatan rakyat akibat eksploitasi tambang.Tidak menutup kemungkinan RUU lain yang sempat ditunda kini dibahas kembali dalam rentang waktu yang cepat dan sembunyi-sembunyi agar tidak menuai penolakan dari aktivis dan mahasiswa. Semangat reformasi yang mengidamkan keterbukaan menjadi pertanyaan. (bmw/bmw) [Gambas:Video CNN]
LIVE REPORT
Tragedi Trisakti adalah peristiwa penembakan, pada tanggal 12 Mei 1998, terhadap mahasiswa pada saat demonstrasi menuntut Soeharto turun dari jabatannya. Kejadian ini menewaskan empat mahasiswa Universitas Trisakti di Jakarta,Indonesia serta puluhan lainnya luka. Mereka yang tewas adalah Elang Mulia Lesmana (1978-1998), Heri Hertanto (1977 – 1998), Hafidin Royan (1976 – 1998), dan Hendriawan Sie (1975 – 1998). Mereka tewas tertembak di dalam kampus, terkena peluru tajam di tempat-tempat vital seperti kepala, tenggorokan, dan dada. Peristiwa penembakan empat mahasiswa Universitas Trisakti ini juga digambarkan dengan detail dan akurat oleh seorang penulis sastra dan jurnalis, Anggie Dwi Widowati dalam karyanya berjudul Langit Merah Jakarta.
Latar Belakang Kejadian Ekonomi Indonesia mulai goyah pada awal 1998, yang terpengaruh oleh krisis finansial Asia sepanjang 1997-1999. Mahasiswa pun melakukan aksi demonstrasi besar-besaran ke Gedung Nusantara, termasuk mahasiswa Universitas Trisakti. Mereka melakukan aksi damai dari kampus Trisakti menuju Gedung Nusantara pada pukul 12.30. Namun aksi mereka dihambat oleh blokade dari Polri dan militer datang kemudian. Beberapa mahasiswa mencoba bernegosiasi dengan pihak Polri. Akhirnya, pada pukul 17.15, para mahasiswa bergerak mundur, diikuti bergerak majunya aparat keamanan. Aparat keamanan pun mulai menembakkan peluru ke arah mahasiswa. Para mahasiswa panik dan bercerai berai, sebagian besar berlindung di Universitas Trisakti. Namun aparat keamanan terus melakukan penembakan. Korban pun berjatuhan, dan dilarikan ke RS Sumber Waras. Satuan pengamanan yang berada di lokasi pada saat itu adalah Brimob, Batalyon Kavaleri 9, Batalyon Infanteri 203, Artileri Pertahanan Udara Kostrad, Batalyon Infanteri 202, Pasukan Anti Huru Hara Kodam serta Pasukan Bermotor. Mereka dilengkapi dengan tameng, gas air mata, Steyr, dan SS-1. Pada pukul 20.00 dipastikan empat orang mahasiswa tewas tertembak dan satu orang dalam keadaan kritis. Meskipun pihak aparat keamanan membantah telah menggunakan peluru tajam, hasil otopsi menunjukkan kematian disebabkan peluru tajam. Hasil sementara diprediksi peluru tersebut hasil pantulan dari tanah peluru tajam untuk tembakan peringatan. Kronologi Rentang Waktu Kejadian
|