Apa tujuan pengembangan dan pemanfaatan IPTEK menurut amanat UUD NRI Tahun 1945 jelaskan?

[JAKARTA] Pemerintah terus berupaya mendorong pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek). Untuk itu, pemerintah menyediakan anggaran yang mencukupi, sehingga pengembangan iptek bermanfaat bagi kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat Indonesia.

Hal itu dikatakan Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Puan Maharani dalam sambutan saat Pembukaan Kongres Ilmu Pengetahuan Nasional (KIPNAS) ke XI di Auditorium Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Jakarta, Kamis (8/9).

"Tidak bisa dimungkiri bahwa keberhasilan peningkatan kualitas penelitian dan pengembangan iptek sangat bergantung pada faktor kualitas sumber daya manusia (SDM) dan pendanaan.

Di antara faktor SDM dan pendanaan, seringkali menjadi perdebatan mana yang lebih dahulu dipersyaratkan. Apakah dengan semakin kuat kualitas SDM yang ada, maka akan semakin besar dukungan dana yang diberikan. Atau, semakin banyak dana yang diberikan, maka akan menghasilkan SDM yang semakin berkualitas, ujar Menko Puan.

Dikatakan, apabila dilihat dari kebutuhan anggaran untuk kegiatan iptek, saat ini persentase anggaran untuk kegiatan iptek di Indonesia hanya berkisar 0,08 persen dari produk domestik bruto (PDB).

Padahal, rasio anggaran iptek yang memadai menurut United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organisation (UNESCO) adalah sebesar 2 persen dari PDB.

Untuk Indonesia, 2 persen PDB 2014 berarti lebih dari Rp 200 triliun, sedangkan yang tersedia saat ini kurang lebih hanya sekitar Rp 10 triliun. Tentu itu merupakan kesenjangan yang sangat besar antara kondisi ideal dan apa yang terjadi saat ini.

Oleh karena itu, kata Menko, Pemerintah mengoptimalkan ketersediaan anggaran riset dan teknologi dengan menggabungkan urusan riset dan teknologi dengan urusan pendidikan tinggi. Penggabungan itu untuk memacu perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi ), dan inovasi.

Latar belakang yang mendorong asimilasi kedua sektor tersebut adalah agar karya-karya yang dihasilkan perguruan tinggi tidak berhenti menjadi arsip saja, namun diharapkan dapat menjadi solusi konkret untuk menjawab permasalahan masyarakat melalui jalur implementasi. Selain itu, alokasi anggaran riset akan bisa ditopang oleh anggaran pendidikan tinggi dan kedua sektor dapat berjalan dengan sinergi, katanya.

Menko PMK juga meminta agar dibangun koneksitas yang semakin kokoh antara dunia riset dengan dunia usaha dan industri. Diperlukan prioritas dalam mengelola dan membangun koneksitas antara keduanya.

Kementerian Ristek dan Dikti, kata Puan, harus dapat mengambil peran dalam membangun koneksitas tersebut dengan memberikan berbagai skema kerja sama antara ilmuwan dan industri yang dapat memberikan nilai tambah kepada masing-masing pihak.

"Upaya lainnya dalam pemberdayaan riset dan hasil riset nasional bagi pembangunan ekonomi masyarakat adalah dengan membangun Science and Techno Park (STP) di daerah.

STP harus memacu pembangunan yang cerdas dan inovatif dengan mengedepankan aspek keberlanjutan atau pembangunan ekonomi masyarakat yang berbasis pengetahuan serta mampu berdaya saing. Pemerintah menargetkan untuk membangun sebanyak 100 STP yang tersebar di berbagai daerah yang diharapkan menjadi rintisan dan percontohan untuk pembangunan STP selanjutnya, jelas Puan.

Dijelaskan, dalam UU Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional dan Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2015 tentang RPJMN 2015-2019 telah dicanangkan penyelenggaraan riset difokuskan pada tujuh bidang. Tujuh bidang itu adalah pangan dan pertanian; energi, energi baru dan terbarukan; kesehatan dan obat; transportasi termasuk maritim; telekomunikasi, informasi dan komunikasi; teknologi pertahanan dan keamanan; serta teknologi material.

"Dengan membangun kekuatan iptek yang difokuskan pada tujuh bidang tersebut diharapkan Indonesia dapat memiliki kemandirian dalam membangun ekonomi untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat, kata Puan.

Menko juga menambahkan, belajar dari keberhasilan bangsa dan negara lain yang saat ini dinilai memiliki kekuatan ekonomi dan tingkat kemakmuran yang baik, maka kunci keberhasilannya adalah pada penguasaan iptek.

Dunia saat ini berada dalam era persaingan global untuk dapat memenangkan kepentingan nasional masing-masing melalui kekuatan ekonomi, sumber daya alam, sumber energi, sumber daya manusia, dan iptek, ujar Puan. [O-1/L-8]
Sumber : sp.beritasatu.com, 8 Oktober 2015

Sivitas Terkait : Iskandar Zulkarnain

Ilmu pengetahuan dan teknologi, lingkungan, budaya bangsa merupakan tiga unsur yang sangat erat hubungannya dalam peradaban manusia yang tinggal di planet bumi. Kondisi adaptasi terhadap lingkungan bagi pijakan manusia telah melahirkan pengetahuan dan cara atau teknologi yang tepat guna untuk kesinambungan kehidupan dimuka bumi. Lingkungan tempat seluruh kehidupan makhluk hidup dimuka planet bumi merupakan kondisi awal yang kemudian akan memberi tantangan bagi para penghuni untuk beradaptasi yang kemudian berlanjut dengan perkembangan perilakunya.

Adaptasi yang telah berlangsung sejak manusia pertama ada dan berlanjut secara turun temurun dengan kenaikan jumlah penghuni yang makin lama makin menyebar, makin pula memberi peluang munculnya pemikiran adaptasi dalam kelangsungan hidup. Kondisi adaptasi terhadap lingkungan bagi pijakan manusia telah melahirkan pengetahuan dan cara atau teknologi yang tepat guna untuk kesinambungan kehidupan di muka bumi.Konsep dasar pemikiran munculnya pengetahuan dan teknologi ini, berdasarkan pada kenyataan bahwa kondisi lingkungan menjadikan dasar bagi munculnya iptek dan budaya/perilaku dalam adaptasi dan kehidupan sehari-hari. Hal ini dapat dipelajari dari kondisi lingkungan yang kerapatan penghuninya yang padat/rapat dengan munculnya tantangan dari alam yang sering memberikan bencana seperti yang umumnya terjadi dikawasan daerah sub tropis. Sehingga kawasan sub tropis umumnya memberikan kontribusi yang cukup tinggi dalam peradaban dan budaya manusia dari jaman dulu hingga kini. Kenyataan sejarah membuktikan, bahwa manusia yang tinggal di kawasan sub tropis telah terlebih dahulu maju dari kawasan lainnya di bumi. Oleh karena itu, ekspansi dan perluasan kekuasaan umumnya dilakukan oleh para penghuni yang tinggal di kawasan tersebut dari dahulu hingga jaman modern di abad milinium ke tiga. Dari perkembangan yang sedang berlangsung, memberikan arah dan pandangan bahwa iptek dan budaya lahir dari kondisi lingkungan dan upaya adaptasi dalam menyikapi kondisi lingkungan alam dan sekitarnya.

Wilayah Indonesia yang secara geografis berada dikawasan tropis dengan lingkungan alam dan sekitarnya cukup bersahabat, kondisi perkembangan iptek awalnya tergantung dari perkembangan peradaban yang awalnya dijajah oleh bangsa lain yang umumnya berasal dari kawasan sub tropis, (Belanda, Inggris, Jepang dan Sekutu).

Kondisi awal yang umumnya kurang mendukung, masih terciptanya budaya dengan kemudahan dalam kehidupan dengan kejadian rendah terhadap bencana alam ini, telah memberikan perhatian dan kepedulian tentang penciptaan pengetahuan dan teknologi berjalan sesuai kondisi yang berkembang. Sehingga perkembangan iptek dari awal masih sangat tergantung pada perkembangan di tingkat global. Dari perjalanan Bangsa Indonesia sejak jaman kemerdekaan hingga kini, pengelolaan dan pembinaan iptek terkesan ketergantungan pada iptek manca negara, hingga landasan dasar iptek yang cocok dan sesuai dengan kondisi lingkungan di Indonesia kurang mendapat perhatian dan dukungan.

Kondisi ini umumnya bersamaan dengan ekspansi dan budaya asing telah merebak dan berkembang pula di bumi pertiwi di Indonesia. Adanya upaya pemanfaatan iptek tanpa dilandasi dasar pengetahuan kuat yang berlangsung menjelang akhir abad 20, dengan catatan adopsi iptek dari manca negara, telah memberikan kondisi yang kurang berkembang sebagaimana mestinya. Landasan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sesuai dengan perkembangan kondisi lingkungan mungkin akan dapat dibangun dengan memperhatikan situasi dan kondisi yang terjadi di bumi pertiwi yang berada di kawasan tropis.

Pembangunan landasan dasar ini mutlak diperlukan saat ini manakala pembangunan dasar yang kuat tersebut dilanjutkan dengan upaya untuk mengembangkan mekanisme yang sesuai dan cocok serta penyesuaian/adaptasi dengan iptek manca negara yang kian merebak.

Karena para ahli dan pemikir dengan kualifikasi pendidikan pasca sarjana dari manca negara, penyesuaian diri dengan pengarahan dan pembinaan yang berjenjang dan berkelanjutan merupakan bagian dari pembangunan dasar iptek yang mungkin akan dapat menahan ketergantungan iptek dari manca negara.

Kemudian pembenahan diri kedalam kaitan dengan sistem pemantauan, pengarsipan dan sosialisasi yang berjenjang dan berkelanjutan akan dapat memberi kontribusi tercapainya landasan iptek di Indonesia. Perkembangan yang telah terjadi dengan masuknya iptek dan budaya manca negara seyogyanya ditelusuri dan dikaji untuk diiringi dengan upaya penyelarasan dan sosialisasi meluas. Dengan adanya kondisi iptek yang tidak tentu arah dengan kondisi lingkungan yang telah berubah telah memberi kondisi yang kini berkembang dengan catatan adanya kecenderungan : Telah ada perlindungan atas produk asli Indonesia (patent produk tertentu), Bencana makin sering namun terlambat dan minim teknologi penanggulangan, Produk pangan (beras) mulai tergantung dari manca negara selebihnya masih tergantung impor, dan lainnya yang terkait.

Dari kondisi iptek saat ini yang umumnya cenderung tergantung pada perkembangan kondisi tingkat internasional, diikuti pula dengan masuknya budaya asing, telah menghantar pada kenyataan budaya bangsa makin kehilangan keasliannya. Selanjutnya dari wacana dan perkembangan budaya iptek dan budaya bangsa Indonesia yang makin pudar keasliannya, maka upaya strategis dan sinergis untuk menyelaraskan kondisi ini seyogyanya perlu penyadaran diri.

Pembangunan landasan masyarakat akan iptek (capacity building development) yang berkelanjutan mungkin merupakan cara yang dapat dilakukan dalam rangka pengentasan kondisi yang makin menjerumuskan pada situasi dan kondisi yang kursi IPTEK dan budaya telah berkembang dan berlangsung. Apakah kita akan berdiam diri atau berupaya agar tidak larut/tenggelam .

Kesemuanya ini ditengahkan dalam rangka penyadaran diri dalam pembangunan landasan dari IPTEK (base line) yang spesifik dan sesuai dengan budaya bangsa Indonesia dengan adat ke Timurannya.

Anny Sulaswatty, Kepala Biro Hukum dan Humas KNRT Koran Jakarta, 29 April 2009

Sivitas Terkait : Anny Sulaswatty

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA