Mana yang pernah kamu temui? Bacaan 2 Menit Hukumonline Saat pembagian warisan tiba, tak jarang timbul masalah di antara para ahli waris. Untuk itu, dari pemantauan tim Klinik Hukumonline, kami telah merangkum 6 masalah waris Islam yang kerap kali terjadi. Penasaran apa saja dan bagaimana hukumnya? Simak di #MelekHukum kali ini, ya! Btw, kalau kamu sendiri pernah temui permasalahan waris nomor berapa, nih? Komen, ya! Jika ada pertanyaan, silakan kirim ke http://www.hukumonline.com/klinik, tapi sebelum kirim, silakan cek arsip jawaban dulu, ya! 1. Tak Setuju dengan Fatwa Waris Selengkapnya: Cara Pembatalan Fatwa Waris Jika Ada Ahli Waris yang Keberatan - bit.ly/PembatalanFatwaWaris 2. Dihalang-halangi Saat Pembagian Waris Selengkapnya: Langkah Hukum Jika Ahli Waris Dihalang-halangi dalam Pembagian Warisan - bit.ly/DihalangiWaris 3. Pewaris Poligami Selengkapnya: Perhitungan Pembagian Waris dalam Perkawinan Poligami - bit.ly/WarisPoligami 4. Pewaris Tidak Menikah Selengkapnya: Pembagian Harta Waris Jika Pewaris Tidak Menikah - bit.ly/PewarisTidakMenikah 5. Sudah Cerai, Berhak Terima Waris? Selengkapnya: Sudah Cerai, Masihkah berhak Menerima Warisan dari Mantan Istri? - bit.ly/WarisCerai 6. Wasiat Lebih Besar dari Jatah Ahli Waris Selengkapnya: Wasiat dalam Waris Islam – bit.ly/WasiatWaris Dasar Hukum:
Referensi:
Tweet Tue 28 April 2015 06:05 | Mawaris > Ilmu waris | 12.106 views
Pertanyaan : Sampai disini terima kasih, wassalam. Jawaban : Ust. Ahmad Sarwat, Lc., MA Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Harus diakui bahwa ilmu mawaris atau ilmu faraidh memang ilmu yang lumayan sulit untuk dipelajari. Bukan hanya buat kalangan umum, tetapi bagi yang berlatar pendidikan madrasah atau pesantren pun ilmu ini terbilang sulit. Harus ada semacam ekstra perhatian bagi para santri dan penuntut ilmu untuk mengusainya.Kenapa hal itu terjadi?Menurut hemat saya, sebenarnya alasannya agak teknis saja, yaitu masalah metodologi pengajaran. Maksudnya begini, selama ini ilmu mawaris masih terbenam di dalam kitab-kitab fiqih yang masih berbahasa Arab, umumnya merupakan kitab yang ditulis beberapa abad yang lalu di negeri Arab sana. Ada banyak istilah dan kondisi yang masih kental dengan suasanya zaman dan keadaannya.Oleh para kiyai dan guru agama, apa adanya teks-teks di dalam kitab kuning itu disampaikan begitu saja. Wajar kalau beliau-beliau agak sedikit kesulitan dalam membuat para santrinya memahami. Dan terkesanlah bahwa belajar ilmu mawaris itu susah.Padahal sebenarnya kalau dikemas ulang dan ditulis dengan metodologi yang modern, apalagi disesuaikan dengan realita di zaman sekarang, pada dasarnya ilmu mawaris ini mudah kok untuk diajarkan dan sederhana untuk dipahami. Apalagi bila pandai memilih urutannya, yaitu dengan mendahulukan hal-hal yang pokok dan utama terlebih dahulu, serta mengenyampingkan atau menunda persoalan yang tidak terlalu penting. Sebab kalau semuanya mau disampaikan, akhirnya malah tidak ada satu pun yang menempel di kepala. Metode Praktis Pengajaran Ilmu Mawaris 1. Skala Prioritas Materi apa yang dianggap penting dan bagaimana menyusun skala prioritas? a. Bagian Pertama : b. Bagian Kedua : c. Bagian Ketiga : Ini adalah bagian yang paling mudah sekaligus susah. Mudah karena cuma sekedar menghitung bilang satu dikurangi dengan beberapa bilangan pecahan. Sulit karena harus dipraktekkan langsung, tidak bisa hanya bersifat teori saja.2. Buku Praktis 3. Penguasaan Istilah Salah satu kendala dalam belajar ilmu mawaris adalah kerancuan dalam memahami berbagai macam istilah secara akurat dan presisi. Padahal salah paham dalam urusan istilah ini akan membuat tambah rancu dan bikin pusingIstilah-istilah yang digunakan kebanyakannya kurang dapat dijelaskan maknanya secara mendalam, khususnya dalam istilah-istilah penghitungan. Kita yang pernah duduk di bangku Sekolah Dasar sebenarnya sudah sangat menguasai hitungan angka pecahan, seperti 1/2, 1/3, 1/4, 2/3, 1/6 dan 1/8. Itu pelajaran kelas lima SD yang amat sederhana. Disitulah kita mengenal istilah pembilang dan penyebut. Kita juga mengenal istilah KPK, yaitu kelipatan persekutuan terkecil. Tetapi ketika hitungan pecahan ini menggunakan istilah-istilah dalam bahasa Arab zaman dahulu, semua ilmu yang telah kita pahami dengan sederhana itu tiba-tiba hilang semua. Karena istilahnya berbeda, maka cara kita memahami persoalan un jadi kelihatan njelimet.Dan masih banyak lagi petunjuk yang bisa dikembangkan, demi untuk mencari penyebab sulitnya belajar ilmu faraidh ini.4. Media Penunjang Selain buku yang praktis dan baik, pembelajaran ilmu mawaris akan lebih baik kalau ditunjang dengan media lain, seperti tabel, skema, gambar ilustrasi dan lainnya. Media ini berguna untuk lebih mendekatkan pemahaman kita yang awam atas konsep-konsep dasar pembagian waris. Kalau hanya berupa teks di buku, tentu agak sulit untuk menangkap maksud dengan jelas. Apalagi hurufnya Arab semua, gundul pula, tentu akan jauh lebih kesulitan. Akhirnya, apa yang ingin disampaikan malah tidak kena sasaran dan kita hanya berkutat dengan hal-hal teknis yang tidak penting.5. Guru Yang Cerdas 6. Diagram Sturktur Ahli Waris Salah satu titik paling memusingkan dalam bicara ilmu waris adalah ketika harus menjelaskan kedudukan seorang ahli waris dalam susunan keluarga. Seringnterjadi kesalahan dalam membedakan antar seorang ahli waris dengan ahli waris yang lainnya. Seorang ahli waris bisa saja dia menjadi 'ayah' bagi ahli waris lainnya. Tapi dalam waktu yang sama, dia adalah 'anak' dari seseorang. Bahkan dia juga seorang 'kakek', atau 'paman', 'saudara', 'keponakan', 'cucu' bagi seseorang. Dan begitulah seterusnya. Relatifitas ini akan menyulitkan kita dalam memahami duduk masalah. Dan demi untuk mendapatkan kemudahan, maka penulis mencoba membuat diagram lengkap yang bisa menjelaskan posisi seorang ahli waris dalam struktur keluarga. Selain itu istilah-istilah yang kita gunakan dalam bahasa Indonesia sering tidak baku. Katakanlah sebagai contoh, akh li ab wa li um (أخ شقيق), sering kita terjemahkan menjadi saudara kandung. Sebagian orang memahami istilah saudara kandung adalah saudara yang sama-sama satu kandungan ibu, dimana ayah mereka bisa saja berbeda. Dan itu adalah saudara seibu (أخ لأم). Untuk itu penulis berinisiatif membuat diagram yang menggambarkan kedudukan para ahli waris dalam struktur keluarga. Awalnya memang penulis sendiri merasakan kesulitan dalam memahami posisi para ahli waris, sehingga penulis melakukan coret-coretan di kertas buram untuk mempermudah mengenal hubungan antara muwarrits dan ahli warits. Selain berbahasa Indonesia, diagram ini juga dilengkapi juga dengan istilah dalam bahasa Arab aslinya. Sebagai tambahan, diagram juga dilengkapi dengan nomor ahli waris, yang sepenuhnya merupakan ijtihad penulis sendiri. Fungsinya sekedar untuk memastikan identitas seorang ahli waris, agar tidak tertukar-tukar penyebutannya dengan ahli waris yang lain. Kira-kira seperti id number kalau dalam sistem database. Semua Dikemas Dalam Pelatihan Singkat Wallahu a'lam bishshawab, wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Ahmad Sarwat, Lc., MA Baca Lainnya :
TOTAL : 2.294 tanya-jawab | 46,682,743 views |