Kali ini tulisan saya akan menekankan pada peninjauan kekuatan dan kelemahan era informasi digital dan masyarakat informasi, Para pakar komunikasi sekarang mulai sepakat bahwa era modern ditandai dengan era informasi. Penguasaan dan hegemoni informasi bisa menempatkan kekuasaan sebagai konsekuensi logis. Prediksi dan analisis Alvin Toffler (1980) menyatakan bahwa era kemanusiaan dibagi dalam tiga era pokok, yaitu era masyarakat agraris, masyarakat industri dan masyarakat informasi, telah dan sedang menjadi kenyataan umum yang mau tidak mau diakui Don Tapscott (1996), seorang pemerhati perkembangan teknologi informasi dan komunikasi di Amerika Serikat---dalam bukunya yang berjudul The Digital Economy, Promise and Peril in the Age of Networked Intelligence---menyatakakan bahwa perkembangan ekonomi dunia sedang mengalami perubahan dari dinamika masyarakat industri yang berbasis pada baja, kendaraan, dan jalan raya ke arah dinamika masyarakat ekonomi baru yang dibentuk oleh silicon, komputer, dan jaringan (networking).Beberapa adagium yang telah dikemukakan oleh para pemerhati perkembangan komunikasi modern memperlihatkan kepada setiap manusia bahwa informasi menjadi salah satu unsur konstitutif dalam suatu masyarakat. Straubhar menyatakan bahwa masyarakat informasi adalah masyarakat mempunyai aktivitas ekonomi politik-sosial melalui proses produksi, konsumsi dan distribusi informasi. Masyarakat informasi ditandai dengan intensitas yang tinggi atas pertukaran dan penggunaan teknologi komunikasi (Straubhar,2002) Dapat dikatakan bahwa informasi menjadi kebutuhan pokok sehingga dapat dinyatakan dengan ungkapan "information is the lifeblood that sustains political, social and business decision". Hal ini pula yang menyebabkan bahwa masyarakat mulai harus membuka diri dengan perkembangan dan dinamika media baru dan komunikasi global. Perputaran produksi, konsumsi dan distribusi informasi semakin cepat dialami dan dimiliki oleh sistem masyarakat baru yang global dengan didukung oleh kekuatan dan ekspansi ekonomi, jaringan sistem informasi global serta terakhir disokong oleh teknologi. Dengan mengukur perkembangan komunikasi dari pengaruh pra-lisan, tradisi lisan, tulisan, cetakan, media massa dan akhirnya telematika dapat disimak bahwa bagaimana lambannya gerakan proses kebudayaan komunikasi tersebut pada proses awalnya, tapi kemudian terakselerasi secara cepat dan massif pada era belakangan ini (Briggs, 2002). Teknologi dalam perkembangan arus produksi, konsumsi dan distribusi informasi memegang peranan penting. Urgensi peranan teknologi dalam proses massifikasi informasi terjadi ketika hasil teknologi membantu mengubah pola komunikasi yang dibatasi oleh ruang dan waktu menjadi pola komunikasi informasi tanpa batas. Dengan demikian, pada dasarnya teknologi bersifat baik, sehingga tidak mengherankan apabila terjadi perubahan dari media massa tradisional menjadi media massa baru. Pada akhirnya media baru dalam konteks teknologi dan globalisasi mengalami perubahan yang sedemikian kompleks. Globalisasi menjadi salah satu faktor penting dalam industri dan teknologi media komunikasi. Dalam wacana media komunikasi baru muncul beberapa konsiderasi atau pertimbangan yang patut diperhatikan. Beberapa konsiderasi itu adalah pemahaman masyarakat informasi dalam era digital, perkembangan teknologi media kontemporer, wacana industri media pada era informasi digital, wacana ekonomi politik dalam konteks masyarakat komunikasi digital, dan beberapa catatan etis-kritis menanggapi beberapa janji---kemudahan sekaligus ketidakpastian masa depan industri media digital modern. Permasalahan yang dihadapi saat ini adalah apakah memang orang Indonesia benar-benar siap melangkah menjadi masyarakat informasi serta bagaimana perkembangan citra dan budaya teknologi informasi di Indonesia. Dengan demikian, perkembangan teknologi komunikasi mencakup persiapan masyarakat informasi di Indonesia. Ada beberapa pertimbangan yang perlu ditarik dalam hal ini. Pertama adalah soal penentuan konsep teknologi dan masyarakat komunikatif macam apa yang mau dibangun. Pertanyaan tersebut bukan pertanyaan yang terlambat untuk dijawab sekarang ini. Masyarakat kita perlu mengadopsi teknologi komunikasi tanpa meninggalkan nilai budaya setempat. Perkembangan teknologi dan industri komunikasi memang harus dilihat secara paralel dengan proses industri dengan logika internal yang menyertainya, tetapi tetap saja teknologi dan industri digital harus dilihat secara kritis. Artinya, proses perkembangan digitalisasi masyarakat justru tidak semakin mengalienasikan manusia dari struktur yang lebih besar atau bahkan mereduksi manusia ke dalam residu teknologistik belaka. Kedua, perkembangan teknologi mempengaruhi transformasi sosial. Transformasi sosial yang seimbang dan sesuai dengan kekuatan social masyarakat .Transformasi itu meliputi integrasi optimisme industri dan teknologi komunikasi, pemberdayaan partisipasi masyarakat kewenangan negara dan kekuatan swasta untuk semakin bertindak dan bertanggungjawab secara sosial, transformasi regulasi yang diperlukan untuk aturan main bersama terutama dalam hal perkembangan industri dan teknologi media, aspek transformasi kepemimpinan dalam menemukan dan menciptakan ekonomi baru sebagai perluasan lapangan kerja dan akses informasi yang lebih luas. Ketiga, perubahan citra teknologi komunikasi itu sendiri. Perubahan citra teknologi komunikasi didorong untuk bisa menciptakan adopsi inovasi. Adapun adopsi teknologi inovasi itu meliputi pemanfaatan komparatif praktek hidup, kompatibilitas nilai dengan kebutuhan masyarakat, kesederhanaan pemakaian, tersedia setiap saat, terbukti bermanfaat. Daftar Pustaka. Sugihartati, R. (2014). Perkembangan Masyarakat Informasi & teori social kontemporer Jakarta; Kencana.
Gambar tangkapan layar Webinar Indonesia Makin Cakap Digital wilayah Kapuas, Jumat, (8/10/2021). (ANTARA/Muhammad Arif Hidayat)
Palangka Raya (ANTARA) - Masyarakat digital adalah masyarakat yang memiliki pola interaksi yang sangat dipengaruhi keberadaan jaringan teknologi informasi dan komunikasi. "Masyarakat digital memiliki sejumlah kelebihan, salah satunya kemudahan dalam menyebarkan maupun mencari informasi," kata narasumber Webinar Indonesia Wilayah Kapuas Kadeni, Jumat. Selain itu kelebihan masyarakat digital adalah tidak terbatas oleh ruang dan waktu saat berinteraksi, memiliki lapangan pekerjaan yang luas terutama yang berkaitan dengan teknologi dan informasi. Kemudian memudahkan proses komunikasi jarak jauh dengan cepat dan waktu riil, serta berbagai aktivitas bisa dilakukan lebih cepat, efektif dan efisien, sehingga dapat meningkatkan produktivitas. Contoh masyarakat digital seperti proses pelayanan perkantoran dilakukan secara daring atau online, transaksi secara daring, hingga pertemuan atau rapat menggunakan konferensi video. "Adapun ciri-ciri masyarakat digital yakni memiliki kebutuhan yang tinggi terhadap informasi," jelasnya yang menjabat sebagai Ketua PGRI Kapuas tersebut. Ciri lainnya yakni mengalami perubahan pola interaksi masyarakat dari langsung menjadi tidak langsung atau melalui jejaring sosial, hingga menggunakan teknologi digital dalam berbagai aspek kehidupan seperti dalam sektor ekonomi, kesehatan serta lainnya. Pilar utama masyarakat digital meliputi 'digital citizenship' yakni penggunaan perangkat digital dalam pelayanan publik maupun pemerintahan, 'digital lifestyle' yakni penggunaan teknologi digital dalam kehidupan sehari-hari, maupun 'digital commerce' yakni penggunaan teknologi digital dalam aktivitas ekonomi. Sementara itu dalam webinar tersebut, juga hadir narasumber lainnya seperti perwakilan Otoritas Jasa Keuangan Kalteng Ricky Chandra membahas tentang kecakapan digital, seorang konten kreator Reza Nangin membahas tentang etika digital, serta konten kreator Maria Defi membahas tentang keamanan digital. Diharapkan melalui gerakan nasional literasi digital ini, masyarakat di seluruh penjuru tanah air termasuk Kapuas, semakin cakap atau terampil digital, sehingga pemanfaatan ruang digital bisa dilakukan secara maksimal. Copyright © ANTARA 2022 |