Apa perintah Allah kepada Nabi Muhammad SAW yang terdapat pada QS As Syuara ayat 216?

Apa perintah Allah kepada Nabi Muhammad SAW yang terdapat pada QS As Syuara ayat 216?

Al-Qur'an Surat Asy-Syu’ara’: 214-216

وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ الْأَقْرَبِينَ . وَاخْفِضْ جَنَاحَكَ لِمَنِ اتَّبَعَكَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ . فَإِنْ عَصَوْكَ فَقُلْ إِنِّي بَرِيءٌ مِمَّا تَعْمَلُونَ


"Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat. dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang beriman. Jika mereka mendurhakaimu maka katakanlah: “Sesungguhnya saya tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kau kerjakan” (QS. Asy-Syua’ra’: 214-216)

Memahami Isi Kandungan Al-Qur'an Surat Asy-Syu’ara’Ayat 214-216.

Ayat ini menjelaskan bahwa Allah Swt memerintahkan kepada Nabi Muhammad untuk memperlihatkan keterangan (ajakan) beriman kepada Allah Swt untuk kalangan keluarga dekatnya. Ayat ini mengajarkan kepada Rasulullah dan umatnya semoga tidak mengenal pilih kasih/memberi fasilitas kepada keluarga dalam hal donasi peringatan, tidak ada kebal hukum, tidak terbebaskan dari kewajiban, dan tidak mempunyai hak berlebih atas dasar korelasi alasannya yaitu semua yaitu hambah Allah Swt. Keluarga akrab dari yang terdekat kalipun, dihentikan menyebabkan seseorang yang beriman mengorbankan keimanannya demi alasannya yaitu keluarga. Memang akan ada di antara mereka yang tidak oke dengan seruan dakwah, tetapi hendaklah tegar menghadapi mereka dan berpegang teguh pada petunjuk Allah Swt. Perintah melaksanakan dakwah kepada obyek dakwah (mad’u) yaitu keluarga sanak kerabat terdekat (extended family). Keluarga kerabat inilah yang harus menjadi perhatian utama dalam berdakwah semoga keimanan dan keislaman mereka terjaga sesuai tuntunan Allah Swt. Jadi, kita sanggup melaksanakan dakwah di lingkungan keluarga dengan cara mengajak kebaikan dan mendidik untuk berbuat baik berdasarkan tuntunan Islam. Orang bau tanah mendidik anak-anaknya untuk melaksanakan shalat dengan tertib dan baik, mengajarkan sikap baik dalam kehidupan seharihari di rumah berdasarkan Islam. Itu semua merupakan bab dari acara dakwah. Begitu juga bagi anak tertua atau yang usianya lebih remaja mengajarkan kepada adik-adiknya untuk melaksanakan kebaikan sesuai anutan Islam, itu juga bab dari acara dakwah. Termasuk juga siswa berdakwah di lingkungan sekolah kepada teman-temanya semoga berbuat baik kepada guru, tertib ibadahnya dan lainnya. Selain itu, sangat ditekankan semoga da’i (pelaku dakwah) mempunyai sikap yang penuh rendah hati dan penuh perhatian kepada orang-orang mukmin yang mengikuti seruan dakwahnya. Hal ini dimaksudkan semoga mereka tetap setia berada dalam jalan kebaikan dan tidak menjauhi dakwahnya. Ayat ini menyadarkan dan menguatkan kepada juru dakwah bahwa tidak semua orang mau mengikuti seruhan dakwah yang dilakukan. Jika ada orang yang mengingkari seruan dakwah, maka sang juru dakwah sudah terlepas tanggungjawabnya. Tugas pendakwah yaitu memberikan anutan Islam, sedangkan yang memberi hidayah (petunjuk) orang yang didakwahi itu mau mendapatkan atau mengikuti seruhan, itu sudah menjadi hak Allah Swt. Karena itu, seorang dai dihentikan membenci apalagi merasa sakit hati kepada orang yang tidak mau mengikutinya. Karena itulah, ayat ini memerintahkan untuk bertawakkal dan menyerahkan urusan itu kepada Allah Swt yaitu untuk menguatkan hati optimisme da’i bahwa Allah Maha Perkasa. Betapapun keras hati kaum/masyarakat (mad’u) menentang seruan dakwah, namun kehendak Allah Swt tidaklah akan sanggup mereka tentang. Jerih paya da’i dalam memberikan dakwah itu tidaklah akan dibiarkan Allah Swt hilang dengan percuma saja.

Baca Juga :

  • Isi Kandungan Al-Qur'an Surat An-Nahl Ayat 125 Tentang Kewajiban Berdakwah

Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan perihal isi kandungan Al-Qur'an Surat Asy-Syu’ara’Ayat 214-216 tentang kewajiban berdakwah. Kesimpulannya bahwa kita sebagai orang Islam untuk memberi peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang beriman.. Sumber Tafsir Ilmu Tafsir Kementerian Agama Republik Indonesia, 2016. Kunjungilah selalu www.bacaanmadani.com semoga bermanfaat. Aamiin.

Apa perintah Allah kepada Nabi Muhammad SAW yang terdapat pada QS As Syuara ayat 216?


1. Redaksi Ayat

وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ الأقْرَبِينَ (٢١٤) وَاخْفِضْ جَنَاحَكَ لِمَنِ اتَّبَعَكَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ (٢١٥) فَإِنْ عَصَوْكَ فَقُلْ إِنِّي بَرِيءٌ مِمَّا تَعْمَلُونَ (٢١٦

  1. Kata عَشِيرَتَ atau 'asyirata berarti anggota suku yang terdekat. Ia terambil dari kata 'asyara yang berarti saling bergaul, karena anggota suku yang terdekat tau keluarga adalah orang yang sehari-hari saling bergaul.
  2. Kata الأقْرَبِينَ atau al-aqrabin yang menyifati kata 'asyirah, merupakan penekanan sekaligus guna mengambil hati mereka sebagai orang-orang dekat dari mereka yang terdekat.
  3. Kata جَنَاحَ atau janah, pada mulanya berarti sayap. Yakni sikap dan perilaku seseorang seperti halnya seekor burung yang merendahkan sayapnya saat hendak mendekat dan bercumbu kepada betinanya, atau melindungi anak-anaknya.
  4. Kata اتَّبَعَكَ atau ittiba'aka, mengikutimu yakni dalam melaksanakan tuntunan agama.

214. Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat, 215. Dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, Yaitu orang-orang yang beriman. 216. Jika mereka mendurhakaimu maka katakanlah: "Sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu kerjakan".

Ayat ini mengajarkan kepada Rasulullah SAW dan umatnya agar tidak mengenal pilih kasih, atau memberi kemudahan kepada keluarga dalam hal pemberian peringatan. Dalan suatu riwayat dikemukakan bahwa ketika turun ayat wa andzir 'asyiratakal aqrabina (ayat 214) Rasulullah SAW memulai dakwahnya kepada keluarga serumahnya, kemudian keluarga yang terdekat. Mereka adalah Bani Hasyim dan Bani Muthalib, lalu Nabi SAW memberikan peringatan kepada mereka secara terang-terangan. Hal ini menyinggung perasaan kaum muslimin (merasa terabaikan) sehingga Allah SWT menurunkan ayat selanjutnya (ayat 215) sebagai perintah untuk juga memperhatikan kaum muslimin lainnya.

Dakwah pertama setelah diangkatnya Muhammad SAW, sebagai Nabi dan Rasul dipusatkan pada lingkungan keluarga. Islam memandang bahwa keluarga mempunyai peran sentral membina generasi. Bila keluarga itu baik, maka generasi yang dihasilkan juga akan ikut baik pula begitu pula sebaliknya. Keluarga-keluarga ini akan memperbanyak kuantitas dan kualitas generasi yang shalih.

  • Dakwah adalah kewajiban seluruh manusia mukallaf (yang dibebani hukum), hendaknya dimulai pada diri dan keluarga terdekat.
  • Kewajiban dakwah kepada keluarga terdekat harus dilakukan dengan sebijaksana mungkin, tanpa harus dipaksa dan diintimidasi, karena hidayah iman adalah urusan Allah SWT.
  • Bersikap santun adalah utama, bila berdakwah terutama terhadap orang beriman yang lain.

فَاِنۡ عَصَوۡكَ فَقُلۡ اِنِّىۡ بَرِىۡٓءٌ مِّمَّا تَعۡمَلُوۡنَ​ۚ‏

Fa in asawka faqul innii bariii'um mimmmaa ta'maluun

Kemudian jika mereka mendurhakaimu maka katakanlah (Muhammad), "Sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu kerjakan."

Teruskanlah kamu berdakwah, wahai rasul. Kemudian jika engkau telah berdakwah kepada mereka, tetapi mereka, baik itu keluargamu, orang-orang kafir, atau para pengikutmu, mendurhakaimu dan tidak mengikuti perintahmu, maka katakanlah wahai Rasul, kepada mereka “Sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu kerjakan.” Semua itu menjadi tanggung jawabmu di hadapan Allah.

Allah memberi petunjuk kepada Nabi Muhammad dalam melakukan dakwahnya, yaitu jika keluarga dekat, karib kerabat tidak mengindahkan seruannya, hendaklah ia mengatakan kepada mereka bahwa ia berlepas diri dari kedurhakaan dan keingkaran mereka. Allah mengancam sikap dan tindakan mereka itu dengan azab yang sangat pedih sebagai balasan dari perbuatan mereka. Tidak seorang pun yang dapat melepaskan diri dari azab Allah pada hari akhirat. Harta, anak, dan keluarga tidak lagi berguna sedikit pun untuk melepaskan diri dari azab Allah. Hanya orang yang menghadap Allah dengan iman dan amal salehlah yang dapat terhindar dari azab Allah.

Apa perintah Allah kepada Nabi Muhammad SAW yang terdapat pada QS As Syuara ayat 216?
Apa perintah Allah kepada Nabi Muhammad SAW yang terdapat pada QS As Syuara ayat 216?

Tafsir Surah Asy-Syu'ara

Tafsir Surah Asy-Syu’ara Ayat 216-220 berbicara mengenani dua hal. Pertama mengenai petunjuk dakwah dari Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW. Kedua berbicara mengenai perintah untuk bertawakkal.

Baca sebelumnya: Tafsir Surah Asy-Syu’ara Ayat 214-215

Ayat 216

Allah memberi petunjuk kepada Nabi Muhammad dalam melakukan dakwahnya, yaitu jika keluarga dekat, karib kerabat tidak mengindahkan seruannya, hendaklah ia mengatakan kepada mereka bahwa ia berlepas diri dari kedurhakaan dan keingkaran mereka.

Allah mengancam sikap dan tindakan mereka itu dengan azab yang sangat pedih sebagai balasan dari perbuatan mereka. Tidak seorang pun yang dapat melepaskan diri dari azab Allah pada hari akhirat.

Harta, anak, dan keluarga tidak lagi berguna sedikit pun untuk melepaskan diri dari azab Allah. Hanya orang yang menghadap Allah dengan iman dan amal salehlah yang dapat terhindar dari azab Allah.

Baca juga:Tiga Prinsip Menjaga Persaudaraan dalam Surah Al-Hasyr Ayat 9

Ayat 217-220

Kemudian Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad jika ia telah melaksanakan perintah Allah menyampaikan agama-Nya kepada orang-orang Mekah, tetapi mereka tidak mengindahkan seruan, maka hendaklah ia bertawakal dan menyerahkan semua urusan kepada-Nya.

Hanya Allah yang sanggup membela Nabi dari segala tipu daya musuh, dan menolongnya dari segala macam bencana yang akan menimpa. Hanya Allah yang melimpahkan rahmat, dan mengetahui segala perbuatan dan gerak-gerik hamba-Nya.

Allah melihat Nabi ketika melakukan salat Tahajud, rukuk, sujud, dan  mengimami orang-orang yang sujud.” Kata “sujud” dalam ayat ini maksudnya ialah orang-orang yang salat. Allah menyebut orang-orang yang salat dengan orang-orang yang sujud adalah untuk menunjukkan bahwa pada waktu sujud itulah seorang hamba paling dekat dengan Tuhannya.

Allah menerangkan kepada Nabi Muhammad bahwa Dia Maha Mendengar segala tutur dan percakapan beliau, dan Maha Mengetahui perbuatan Nabi, baik yang beliau nyatakan ataupun yang tidak, dan Dia mengetahui segala isi hati beliau. Allah Mahakuasa memberi pembalasan kepada beliau dengan seadil-adilnya.

Baca setelahnya: Tafsir Surah Asy-Syu’ara Ayat 221-223

(Tafsir Kemenag)