Apa maksud pertemuan terumbu karang

Oleh:

Antara Seorang mengamati terumbu karang di perairan Pulau Hoga, Kepulauan Wakatobi, Sulawesi Tenggara

Bisnis.com, JAKARTA - Indonesia terus berkomitmen melanjutkan upaya memperkuat kerjasama dalam konservasi dan pengelolaan terumbu karang serta mencegah dampak perubahan iklim dengan membangun ketahanan terumbu karang.

Hal ini disampaikan oleh Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti dalam pertemuan bertajuk Make Our Ocean Great Again yang bertepatan dengan serah terima Sekretariat International Coral Reef Initiative (ICRI Secretariat Handover) Prancis kepada Monaco, Australia, dan Indonesia di Muséum National d'Histoire Naturelle, Paris.

Seperti diketahui, Indonesia menjadi salah satu negara yang dipercaya menjadi Ketua Bersama Sekretariat ICRI. Posisi Ketua Bersama dengan Monaco dan Australia ini akan berlangsung selama dua tahun hingga 2020.

Dia menyampaikan bahwa keterlibatan Indonesia dalam ICRI merupakan bentuk komitmen Indonesia dalam konservasi dan pengelolaan terumbu karang secara berkelanjutan.

“Kami menyadari terumbu karang adalah warisan bersama untuk semua generasi. Oleh karena itu, kami ingin memastikan pemanfaatan ekosistem terumbu karang untuk perikanan, ketahanan pangan, dan kesejahteraan manusia dapat dilakukan secara bijak dengan memperhatikan aspek keberlanjutan,” katanya seperti dikutip dari siaran pers yang diterima, Kamis (5/7/2018).

Dia juga menegaskan, sebagai negara kepulauan yang 2/3 wilayahnya merupakan lautan, Pemerintah Indonesia menempatkan komitmen tinggi pada isu-isu laut dan pesisir. Upaya ini telah dilakukan di antaranya melalui keikutsertaan Indonesia pada Word Ocean Conference (WOC) dan Coral Triangle Initiative on Coral Reefs Fisheries and Food Security (CTI-CFF).

Tahun depan tepat satu dekade keanggotaan Indonesia dalam CTI-CFF, dan Indonesia tetap melanjutkan komitmennya dalam mengelola secara berkelanjutan Kawasan Segitiga Karang. Menurutnya, Indonesia juga akan memperkuat kerja sama untuk menanggulangi ancaman kepunahan terumbu karang dan akibatnya bagi masyarakat dan lingkungan.

Dalam sambutannya, Menteri Susi menyampaikan Indonesia adalah inisiator Resolusi Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nation Environment Assembly/UNEA), resolusi 2/12 tentang pengelolaan terumbu karang yang berkelanjutan.

Resolusi ini diadopsi pada sesi kedua (UNEA-2) pada Mei 2016 dan merupakan salah satu referensi global dalam mengelola terumbu karang. Resolusi tersebut memberikan arahan bagi kebijakan dan pengelolaan terumbu karang dalam konteks agenda pembangunan 2030.

“Sebagai langkah tindaklanjut dari resolusi tersebut, Indonesia bekerja sama dengan United Nation Environment Program (UNEP) telah menyelenggarakan pertemuan konsultasi lanjutan resolusi UNEA pada 28-29 Juni 2016 di Manado, Sulawesi Utara, dan berpartisipasi aktif dalam konsil khusus yang dibentuk UNEP untuk implementasi resolusi 2/12,” tambahnya.

Komitmen Indonesia terhadap pengelolaan terumbu karang dunia, katanya, juga kembali ditegaskan dalam penyelenggaraan Our Ocean Conference (OOC) ke-5 yang akan dilaksanakan di Bali, Indonesia pada 29 – 30 Oktober 2018 mendatang. Dengan penyelenggaraan OOC, akan ditegaskan kembali komitmen global dalam mengatasi kerusakan terumbu karang yang sudah parah melalui kerja sama yang lebih konkret dan berkelanjutan.

“Ekosistem terumbu karang merupakan salah satu habitat utama yang penting untuk perikanan, wisata pantai, dan adaptasi perubahan iklim. Eksosistem ini juga rentan terhadap polusi laut. Ekosistem karang akan menjadi bagian area tematik utama yang akan dibahas dalam OOC 2018,” tutur Menteri Susi.

Menurutnya, OOC 2018 dapat menjadi forum promosi kelestarian terumbu karang yang sudah mendapat perhatian dan dukungan kuat PBB melalui resolusi 2/12 UNEA dan Target Aichi (Target 10) tentang pengurangan degradasi terumbu karang. OOC juga dapat dijadikan ajang promosi komitmen ICRI kepada negara dan organisasi dunia. Untuk itu, Menteri Susi menyambut baik adanya Pertemuan Tingkat Tinggi tentang terumbu karang dalam penyelenggaraan OOC 2018.

“Saya mengundang para pemimpin dunia, kepala pemerintahan, menteri, pejabat dan masyarakat sipil untuk berpartisipasi dan mengumumkan aksi. Kita harus menunjukkan kepada dunia bahwa kita dapat melakukan sesuatu untuk menyelamatkan lautan kita. Saya ingin melihat komitmen bersama untuk menjadikan laut kita sebagai warisan kita. Saya menunggu kehadiran Anda di Bali,” pungkas Menteri Susi.

Simak Video Pilihan di Bawah Ini :

Jakarta – Ekosistem terumbu karang akan menjadi bagian area tematik utama yang akan dibahas dalam Our Ocean Conference (OOC) 2018 di Bali, Indonesia. Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti mengatakan hal itu saat menghadiri pertemuan “Make Our Ocean Great Again” (Mewujudkan Lautan Kita Berjaya Kembali) dan serah terima Sekretariat International Coral Reef Initiative (ICRI) di Prancis kepada Monaco, Australia dan Indonesia, di Paris, Rabu (4/7).

Indonesia memastikan komitmennya terhadap pengelolaan terumbu karang dunia dalam penyelenggaraan OOC ke-5, yang akan dilaksanakan di Bali, pada 29 – 30 Oktober 2018 mendatang. Dengan penyelenggaraan OOC, akan menegaskan kembali komitmen global dalam mengatasi kerusakan terumbu karang yang sudah parah, melalui kerja sama yang lebih konkret dan berkelanjutan.

Ekosistem terumbu karang merupakan salah satu habitat utama yang penting untuk perikanan, wisata pantai, dan adaptasi perubahan iklim. “Eksosistem ini rentan terhadap polusi laut,” ujar Susi.

Menurut Susi, OOC 2018 dapat menjadi forum promosi kelestarian terumbu karang yang sudah mendapat perhatian dan dukungan kuat PBB melalui resolusi 2/12 UNEA dan Target Aichi (Target 10) tentang pengurangan degradasi terumbu karang. OOC juga dapat dijadikan ajang promosi komitmen ICRI kepada negara dan organisasi dunia.

Dalam sambutannya, menteri Susi mengundang para pemimpin dunia, kepala pemerintahan, menteri, pejabat dan masyarakat sipil untuk berpartisipasi. “Kita harus menunjukkan kepada dunia bahwa kita dapat melakukan sesuatu untuk menyelamatkan lautan kita. Saya ingin melihat komitmen bersama untuk menjadikan laut kita sebagai warisan kita. Saya menunggu kehadiran Anda di Bali,” ujar Susi.

Pertemuan tingkat tinggi para kepala negara khusus terumbu karang dalam pelaksanaan OOC 2018, strategis untuk memastikan ekosistem terumbu karang menjadi perhatian dan agenda utama pengelolaan laut dan pesisir dan berkelanjutan. Pertemuan tingkat tinggi tersebut direncanakan akan dilaksanakan pada tanggal 29 Oktober 2018 di sela-sela OOC.

Pertemuan akan dihadiri oleh Presiden dan para kepala negara/pemerintahan yang hadir dalam OOC 2018. Delegasi Monaco telah memastikan bahwa Pangeran Albert II akan menghadiri pertemuan tingkat tinggi dimaksud.

Ketua Pelaksana Teknis OOC 2018, Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut Brahmantya Satyamurti Poerwadi mengatakan, pertemuan tingkat tinggi akan menjadi momentum untuk menegaskan komitmen ekosistem terumbu karang dan laut sebagai warisan masa depan.*

UMUM | 07 May 2014 12:59:51 PM

Indonesia menjadi tuan rumah pertemuan global pertama di dunia terkait pengelolaan terumbu karang, yaitu World Coral Reef Conference (WCRC) 2014. Kongres ini akan dihadiri setidaknya 200 peserta dari 100 negara yang mewakili unsur pemerintah, organisasi regional dan internasional, NGO, serta para ilmuwan dan akademisi. Presiden Republik Indonesia diagendakan akan membuka konferensi tersebut pada tanggal 16 Mei 2014 di Grand Kawanua International City (GKIC) Manado.    Direktur Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (KP3K), Sudirman Saad, Rabu (7/5) mengatakan, penyelenggaraan konferensi ini merupakan respon atas rusaknya terumbu karang secara global, yang menarik perhatian para pemimpin dunia untuk berperan serta dalam penanganannya.    Penyelenggaraan WCRC akan menghasilkan Komunike Manado (Manado Comunique) berupa kesepakatan untuk menuju pengelolaan terumbu karang yang berkelanjutan. Selain itu diharapkan dapat menghasilkan suatu rencana aksi negara pantai dalam penyelamatan ekosistem terumbu karang, serta langkah-langkah aksi menuju konvensi pengelolaan terumbu karang berkelanjutan.    “Acara ini akan diselenggarakan melalui koordinasi antara pemerintah pusat dan daerah yang dilatarbelakangi oleh keprihatinan terhadap kondisi terumbu karang dunia yang semakin terdegradasi”,  katanya.    WCRC ini diselenggarakan dengan beberapa tujuan. Pertama, untuk merumuskan upaya-upaya pemerintah dalam mengelola terumbu karang dunia secara berkelanjutan. Kedua, sebagai wadah untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman dalam pengelolaan ekosistem terumbu  karang lokal. Kemudian, untuk mengkaji kondisi terumbu karang dunia dan kaitannya dengan peran laut dalam perubahan iklim global serta pengelolaannya yang terkini dan dampaknya bagi kelangsungan usaha perikanan. Keempat, menghimpun dan merumuskan nilai-nilai kebersamaan, menyamakan persepsi dan tujuan dalam pelestarian dan pemeliharaan ekosistem terumbu karang oleh masyarakat. “Konferensi ini juga bertujuan untuk menginventarisasi, kompilasi, sinkronisasi dan menetapkan kebijakan serta tindakan nyata dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya terumbu karang”, jelas Sudirman.            Sebagai rangkaian acara WCRC, diselenggarakan pula International Blue Carbon Symposium (IBCS), World Ocean Business Forum (WOBF), serta Extra Ordinary Senior Official Meeting (SOM) CTI-CFF dan CTI – CFF Ministerial Meeting (MM). IBCS bertujuan untuk menjembatani pertemuan antara peneliti dan pemangku kebijakan perihal blue carbon dalam lingkup coral triangle region. WOBF bertujuan untuk mempromosikan potensi dan peluang bisnis serta investasi kelautan dan perikanan Indonesia di forum Internasional, serta tukar informasi pengelolaan bisnis yang ramah terhadap lingkungan pesisir dan laut. “Sedangkan SOM dan MM CTI-CFF merupakan agenda kegiatan dari Prakarsa Segitiga Karang (Coral Triangle Initiative/CTI)”, katanya.            Negara-negara di kawasan segitiga karang berinisiatif membentuk Coral Triangle Iniative on Coral Reef, Fisheries, and Food Security (CTI-CFF) pada tahun 2007 dan telah diselenggarakannya CTI-CFF Summit dan World Ocean Conference (WOC) pada tahun 2009 yang mana telah diupayakan kerjasama global dalam pengelolaan ekosistem terumbu karang berkelanjutan, termasuk di dalamnya peningkatan pengetahuan dan kesadaran masyarakat. “Para ilmuwan dalam Coral Reef Symposium pada tahun 2012 menyatakan bahwa terumbu karang telah mengalami penurunan kondisi baik secara kuantitatif maupun kualitatif.

    Peran ekologi, ekonomi dan sosial terumbu karang telah terancam terutama akibat aktivitas manusia  yang mengakibatkan sedimentasi dan polusi, pengrusakan habitat, serta overfishing. “Salah satu rekomendai pertemuan tersebut yaitu menghimbau pemerintah agar berbuat sesuatu terkait pengelolaan terumbu karang berkelanjutan”, katanya.(jal)