Apa maksud pengaruh positiv dan negativ dalam sebuah penelitian

Hai, Quipperian!

Apakah kamu pernah melakukan penelitian? Bisa jadi, penelitian yang kamu lakukan adalah tugas dari sekolah ataupun inisiatifmu sendiri.

Mungkin kamu sudah pernah melakukannya, tapi belum tahu penelitian jenis apa yang kamu lakukan. Nah, kali ini Quipper Blog punya pembahasan lengkap tentang penelitian korelasional, guys.

Hmm, kira-kira kamu pernah melakukannya enggak, ya? Atau, bisakah kamu melakukannya nanti? Check this out!

Pengertian Penelitian Korelasional

Penelitian adalah sebuah kegiatan ilmiah karena munculnya sebuah masalah. Nah, masalah ini memerlukan solusi yang tepat. Namun, tidak semua masalah membutuhkan solusi dari penelitian. Sementara, korelasional berasal dari kata korelasi yang berarti hubungan timbal balik atau sebab-akibat.

Dari pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa penelitian korelasional adalah sebuah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui hubungan dan tingkat hubungan di antara dua variabel atau lebih. Namun, kamu harus tahu bahwa dalam penelitian korelasional, tidak dilakukan upaya untuk memberikan pengaruh terhadap variabel yang diteliti.

Menurut Suryabrata, penelitian korelasional adalah penelitian dengan tujuan untuk mendeteksi tingkat kaitan variasi-variasi yang ada dalam suatu faktor dengan variasi-variasi dalam faktor yang lain dengan berdasarkan pada koefisien korelasi.

Menurut Emzir, penelitian korelasional yang dilakukan dalam berbagai bidang ini terbatas pada penafsiran hubungan antarvariabel saja, bukan hubungan kausalitas. Meski begitu, penelitian korelasional dapat menjadi acuan bagi penelitian selanjutnya.

Apa yang Dapat Dihasilkan dari Penelitian Korelasional?

Sebuah penelitian korelasional dapat menghasilkan tiga kemungkinan hasil: korelasi positif, korelasi negatif, dan tidak ada korelasi.

Korelasi positif terjadi saat kedua variabel berhubungan dengan status yang sama. Jika variabel satu meningkat, maka variabel lainnya ikut meningkat, dan demikian pula jika menurun.

Korelasi negatif adalah kebalikan dari korelasi positif. Jika salah satu variabel meningkat, maka variabel lainnya menurun, dan sebaliknya.

Sementara, tidak ada korelasi berarti meningkat atau menurunnya suatu variabel tidak memberikan pengaruh apapun pada variabel lainnya.

Ragam Penelitian Korelasional

Penelitian korelasional terbagi dalam berbagai macam, yaitu:

Studi ini dilakukan untuk meneliti hubungan di antara hasil pengukuran terhadap dua variabel berbeda dalam waktu yang sama.

Dengan studi hubungan, peneliti akan mendapat gambaran atas tingkat hubungan dari sepasang variabel (bivariat).

Biasanya, sebuah studi hubungan dilakukan sebagai bagian dari penelitian lain yang lebih kompleks. Dengan kata lain, studi hubungan sebetulnya cukup sederhana. Peneliti hanya butuh mengumpulkan skor dari dua variabel berbeda yang ada dalam kelompok subjek yang sama. Kemudian, dari skor tersebut dapat dihitung koefisien korelasinya.

Studi ini berfokus pada satu atau lebih variabel dengan tujuan untuk menghasilkan prediksi tentang kejadian yang akan terjadi di masa yang akan datang ataupun variabel lain.

Lebih dari tujuan utama penelitian korelasional yang ingin meneliti hubungan di antara dua atau lebih variabel yang diteliti dalam waktu yang bersamaan, studi ini juga ingin membuktikan bahwa salah satu variabel yang diteliti muncul lebih awal dari yang lain, maka variabel yang ada diteliti dalam waktu yang berurutan.

Dari namanya, multivariat, kita dapat menyimpulkan bahwa variabel yang diteliti dalam studi ini berjumlah tiga atau lebih. Ini adalah studi yang digunakan untuk memprediksi fenomena yang lebih kompleks.

Ciri-Ciri Penelitian Korelasional

Agar sebuah penelitian dapat dikatakan sebagai penelitian korelasional, ada beberapa ciri yang membedakannya dari penelitian lain:

  • Penelitian ini cocok bagi variabel-variabel rumit yang sulit diteliti dengan metode eksperimen
  • Penelitian ini memungkinkan peneliti untuk mengukur beberapa variabel dan hubungannya secara serentak dalam waktu yang sebenarnya
  • Hasil penelitian ini akan menunjukkan tinggi atau rendahnya suatu hubungan antar variabel, bukan ada atau tidaknya hubungan
  • Penelitian ini dapat digunakan untuk meramalkan variabel tertentu dengan berdasar pada variabel bebas

Melakukan penelitian berarti siap menuliskannya secara ilmiah dong, Quipperian! Kalau kamu ingin melakukan penelitian korelasional, ini dia panduannya:

Pilihlah masalah yang mengandung nilai yang berarti dan butuh pemahaman. Lalu, yang tidak kalah penting, variabel yang dipilih harus berdasarkan pertimbangan bahwa memiliki hubungan tertentu.

Carilah bacaan yang akan menjadi dasar untukmu mendapat landasan teori, kerangka pikir, dan lain-lain. Kamu dapat mencarinya dari jurnal, tulisan ilmiah, laporan penelitian terdahulu, hingga surat kabar.

Tentukanlah metodologi penelitian beserta dengan subjek penelitian.

Banyak hal yang bisa dilakukan untuk mengumpulkan data, misalnya angket, wawancara, atau observasi.

Data yang dikumpulkan wajib berbentuk angka, ya! Nilainya bermula dari -1 hingga +1. Negatif merujuk pada korelasi negatif dan positif merujuk pada korelasi positif.

Kamu dapat melakukan analisis data dengan menghubungkan hasil pengukuran satu variabel dengan hasil pengukuran variabel lainnya.

Simpulan merupakan hasil analisis deskripsi serta pembahasan secara singkat agar mudah dipahami pembaca.

Nah, gimana, Quipperian? Kira-kira kamu bisa enggak nih melakukan penelitian korelasional ini? Kalau kamu masih mau baca artikel menarik lainnya, langsung saja mampir ke Quipper Blog, ya!

[spoiler title=SUMBER]

Penulis: Evita

Adanya teknologi digital seperti media sosial membawa dampak positif sekaligus negatif. Dampak positifnya adalah jumlah dokter di Indonesia yang masih jauh kurang dan terpusat di perkotaan menjadi dapat lebih mudah diakses oleh siapa saja dan dimana saja. Kegiatan promosi kesehatan dapat lebih mudah gencar dilakukan melalui cara yang efisien atau mudah terjangkau. Contohnya adalah oleh drg. Adrian Rustam, content creator sekaligus founder @orca.dentalstudio seorang dokter yang giat mengedukasi masyarakat lewat konten kreatifnya di sosial media seperti tiktok dan Instagram.

Adrian pada Minggu (25/7) menyampaikan penggunaan sosial media sangat membantu masyarakat, apalagi melihat regulasi administrasi di Indonesia yang panjang dan ribet. Hal tersebut biasanya membuat masyarakat lebih enggan untuk mengakses kesehatan. Sedangkan sosial media sangat terbuka untuk masyarakat mengakses informasi maupun untuk konsultasi.

“Khususnya selama pandemic ini kita semua baik tenaga kesehatan maupun masyarakat sangat bisa merasakan manfaat dari media sosial. Pasien bisa berkonsultasi secara daring dengan dokter,” jelas drg. Adrian.

drg. Adrian juga menjelaskan jika semisal sosial media tidak mendapatkan eksistensi di masyarakat saat ini maka akan sangat disayangkan, karena melihat fakta di lapangan media sosial mampu digunakan sebagai alat (tools) untuk meningkatkan pelayanan kesehatan.

Hampir seluruh masyarakat dunia menggunakan sosial media, sudah seperti gaya hidup. Berdasarkan data dari Hootsuite, Adrian menyampaikan rata-rata orang menggunakan sosial media setiap harinya selama 2 jam 22 menit, dengan setiap tahun terjadi peningkatan pengguna sebanyak 13.7% setara dengan 521 juta pengguna dan angka tersebut meningkat tajam selama pandemic Covid-19.

“Sosial media saat ini bisa digunakan sebagai tempat serta metode yang mudah untuk meningkatkan kesadaran kepada masyarakat akan pentingnya kebiasaan hidup sehat,” jelasnya.

Dia juga menjelaskan jika dalam pengembangan profesi, media sosial memiliki peran yang besar dalam membuat dokter lebih terbuka dengan berita serta temuan-temuan baru yang dapat meningkatkan wawasan mereka. “Singkatnya media sosial bisa menjadi platform untuk sharing ilmu dan skill,” tangkas Adrian.

Penyebaran berita bohong atau hoax yang santer dengan seiring majunya teknologi seperti pedang bermata dua. Menurut Adrian sisi baiknya adalah media sosial bisa sebagai tempat klarifikasi berita atau info yang keliru dengan mudah, cepat, dan jangkauannya lebih luas.

“Dengan lebih sering tenaga kesehatan memberikan informasi kesehatan yang benar, secara alami akan membuat tingkat kepercayaan masyarakat meningkat,” paparnya.

Adrian memberikan tips kepada para tenaga kesehatan yang ingin kan media sosial sebagai media edukasi. Menurutnya hal pertama yang harus diperhatikan adalah konten kesehatan tersebut haru sesuai dengan kebenaran ilmiah, etika umum, profesi, serta perundang-undangan. Pisahkan antara platform pribadi dan profesional serta selalu santun. Lalu, tekankan jika sosial media merupakan media promotive dan preventive bukan konsultasi. Jadi, untuk followers atau teman yang ingin konsultasi maka menggunakan jalur pribadi.

“Terakhir jangan sampai kita terlena lalu mengekspos hal yang dilarang seperti privasi pasien, publikasi temuan yang belum resmi, dan merendahkan tenaga kesehatan lain,” pesan drg.Adrian. (UAH/RS)