Apa maksud dari rainbow laces

THE rainbow laces campaign is back this weekend with both football and rugby battling homophobia in British sport.

The campaign aims to raise awareness and support for lesbian, gay, bisexual and transgender players and fans.

The rainbow laces that the players will be wearingCredit: Getty Images Various other rainbow decorations can be found around grounds, including corner flagsCredit: Rex Features

The Premier League will see players and referees wearing the laces whilst rugby union will also support the campaign.

When did the campaign start?

The Rainbow Laces campaign began in 2013 and was launched by LGBT equality charity Stonewall.

What is the Rainbow Laces campaign?

The movement began because Stonewall look to fight homophobia, biophobia and transphobia in sport.

They claim that 72 per cent football fans have heard anti-LGBT remarks at games over the last five years.

And that one in five 18 to 24-year-olds say they would be embarrassed if their favourite player came out.

The plan is for the campaign to raise awareness and tackle the present problem within sport.

Will all players be wearing Rainbow Laces?

Football clubs from the Premier League down to the football league will take part in the Rainbow Laces campaign.

Some rugby players had chosen not to wear rainbow laces in the past but it was because they believed it could affect their performance on the field.

According to Wales Online, players who kick the ball frequently are not required to wear them.

Where can you buy the Rainbow Laces?

You can purchase the laces for yourself for just £2.99 on Stonewall's website.

As well as having the freedom to make a donation, you can also buy other products to support the campaign.

Accessories range from captain's armbands, mugs, posters, cuff links and also a bandana for your dog.

Over a million of you have already worn the laces in support of LGBTQ+ inclusion. Now, we're asking everyone to Lace Up and Speak Up and start the conversations we need to have to make sport everyone's game.

Sport and physical activity can bring so many benefits to our lives – not just in terms of our wellbeing, but also in the ways they bring people together. People from all walks of life can gain a sense of belonging and community through shared passion. And LGBTQ+ people deserve to be a part of this. We shouldn’t feel excluded or shut out just because of who we are. 

Our Rainbow Laces have brought visibility for LGBTQ+ people in sport and awareness around our experiences. Today, more than a million people have laced up, and two thirds of sport fans who’ve seen the campaign believe they have a responsibility to stand in solidarity for LGBTQ+ fans of the teams and sports they follow. However, the numbers show there is still much to do.

Lace Up and Speak Up.

Visibility is important, but it alone is not enough. That’s why we’re evolving our Rainbow Laces from a symbol of inclusion to one of commitment.  

Countless individuals, grassroots organisations, and sports clubs are already creating space for LGBTQ+ people and offering safety, security, and opportunity for those in our community. But we’re always strongest when we work together and uplift one another. 

So let’s Lace Up and Speak Up. You can help drive meaningful change by starting conversations with those around you, and setting out clear commitments to making sports and fitness more welcoming for LGBTQ+ people. Why not take action today? 

Apa maksud dari rainbow laces
Ilustrasi foto - Kampanye Stonewall's Rainbow Laces dalam dua matchday Liga Inggris pada 3-9 Desember 2019.

TRIBUNNEWS.COM - Liga Inggris atau Premier League akan disuguhkan dengan pernak-pernik atau atribut warna pelangi pada 3-9 Desember mendatang.

Maksud atribut pelangi Premier League dalam kurun waktu tersebut adalah bentuk dukungan terhadap Lesbian, Gay, Bisexual, dan Transgender (LGBT).

Kampanye tersebut bernama Stonewall's Rainbow Laces, sebuah kampanye yang menyuarakan sepak bola untuk semua orang, termasuk mereka yang LGBT.

Apa maksud dari rainbow laces

Sebanyak 20 pertandingan Liga Inggris dalam kurun waktu di atas akan menampilkan atribut seperti papan jabat tangan, alas bola, hingga bendera lapangan dengan nuansa Rainbow Laces.

Termasuk ban kapten yang digunakan oleh masing-masing tim Premier League.

"Mendukung Rainbow Laces adalah demonstrasi komitmen kami untuk dimasukkannya LGBT dalam sepakbola," ucap Richard Masters, Kepala Eksekutif Premier League.

"Kami (Premier League, red) dan klub berupaya mempromosikan inklusi baik di dalam maupun di luar lapangan, dari staf klub hingga peserta di seluruh program kami, hingga penggemar kami. Ini adalah permainan semua orang," lanjutnya.

Premier League telah bekerjasama dengan Stonewall selama tiga tahun untuk mempromosikan sikap positif iini.

Tak lain untuk meningkatkan kesetaraan dan keragaman terhadap orang-orang LGBT di seluruh permain dan di dalam organisasi.

"Dukungan Liga Premier untuk Rainbow laces adalah bagian besar dari perubahan sikap yang kita lihat," ucap Robbie de Santos, Direktur Olahraga Stonewall.

Kasus pelecehan homophobia yang dialami wasit bernama Jesus Tomillero di Spanyol adalah sebuah pelajaran. Menunjukan bahwa sepakbola masih belum bisa terlepas dari stigma negatif yang melekat kepada pelaku sepakbola. Begitu pun di Liga Inggris. Di sana masih dikhawatirkan adanya kecenderungan aksi homophobia kepada pelaku sepakbola di sana. Federasi Sepakbola Inggris (FA) masih khawatir kepada pelaku sepakbola yang mengakui gay akan mendapatkan pelecehan homophobia.

Pihak FA mengaku khawatir adanya penyalahgunaan jika ada pesepakbola yang mengakui dirinya penyuka sesama jenis gender. Dalam artian, FA lebih menginginkan agar pesepakbola gay lebih menjaga rahasianya. Sebab rasanya tidak aman bagi hidupnya jika mengakui hal tersebut. Pada 1990-an, Justin Fashanu menjadi pemain pertama di Inggris yang mengaku sebagai homoseksual. Pada akhirnya ia meninggal bunuh diri akibat membuka dirinya karena tekanan hidup sejak mengakui dirinya sebagai seorang gay.

Pada 2011 pun ada dua pemain Liga Primer Inggris yang mengaku sebagai homoseksual. Kemudian mereka mendapatkan pelecehan dengan cara mobilnya dicoret-coret perkataan homophobia. Sampai saat ini, FA masih merahasiakan kedua pemain yang pernah memperkuat tim nasional Inggris tersebut. FA justru menyarankan kepada para pesepakbola profesional berkepribadian gay mengikuti langkah Thomas Hitzlsperger.

Ia mengaku sebagai seorang homoseksual pada 2014 tahun lalu setelah pensiun sebagai pesepakbola, "Jika saya seorang gay, mengapa saya harus mengekspos diri saya sendiri untuk itu? Sebelum kami mendorong orang untuk mengakuinya, kita harus memastikan tempat yang aman bagi mereka yang punya harapan untuk bermain atau menonton sepakbola dan tidak disalahgunakan. Mereka minoritas yang sangat kecil dari orang-orang yang menyalah gunakan karena perbedaan," ujar Greg Clarke, Ketua FA, seperti dikutip dari BBC.

Baca juga: Cristiano Ronaldo Masih Dendam kepada Koke

Kendati menyarankan agar pemain gay menahan diri pengakuannya, Liga Primer Inggris akan melakukan suatu dukungan kepada mereka yang berkecimpung di dunia sepakbola. Liga Primer Inggris bersepakat dengan 20 klub peserta untuk mendukung pelaku maupun pendukung sepakbola lesbi, gay, bisexual dan transgender pada rangkaian pertandingan pekan ini. Semua klub akan menjadi bagian dari kampanye Rainbow Laces (tali sepatu pelangi) buatan badan amal LGBT bernama Stonewall.

Badan amal itu juga mengajak dan mendukung para komunitas suporter sepakbola LGBT seperti Gay Gooner, Raibow Toffees, Proud Lilywhite, Pride of Irons dan lainnya. Nantinya, setiap wasit akan menggunakan tali pelangi di sepatunya. Diharapkan para pemain pun ikut memakai tali sepatu pelangi sebagai bentuk dukungannya.

Seluruh pertandingan Liga Primer Inggris akan dibuka dengan bendera raksasa Liga Primer Inggris dengan motif pelangi. Kemudian di Stadion Wembley, akan menerangi warna pelangi di Wembley Arch, besi yang biasanya menyalakan warna warni di stadion tersebut. Layar-layar iklan di semua stadion akan berisi konten pesan-pesan dukungan bagi kaum LGBT.

Mengapa harus sepakbola? karena Stonewall membuat survei yang mengungkapkan 72 persen dari para pendukung sepakbola selalu mendengar atau mengatakan hal-hal berbau homophobia di olahraga itu. Survei dari BBC menjelaskan bahwa 4 ribu orang di seluruh Inggris, Wales dan Skotlandia mengungkapkan bahwa delapan persen dari suporter akan berhenti mendukung kesebelasannya jika ada pemain yang mengakui dirinya gay.

"Liga Primer Inggris sadalah semua yang menarik tentang sepakbola, bergairah dan sepakbola yang tidak bisa diprediksi semua orang, di mana pun. Kampanye Rainbow Laces melengkapi kampanye kerja klub yang melakukan promosi inklusi dan keragaman di dalam stadion dan di semua level olahraga. Dukungan kita untuk kampanye ini adalah pengakuan bahwa LGBT adalah komunitas yang vital dan bagian integral dari komunitas kami," ujar Richard Scudamore, Ketua Eksekutif Liga Primer Inggris, seperti dikutip dari Daily Mail.

Liga Primer Inggris juga memastikan penggunaan aplikasi Kick It Out sebagai fasilitator. Media itu digunakan untuk menerima laporan homophobia, rasisme dan lainnya. Kampanye dukungan untuk LGBT itu juga diterapkan pada pertandingan rugby di Inggris. Mungkin saja ini adalah langkah selanjutnya agar sepakbola semakin menerima keberagaman. Mengurangi diskriminasi homophobia yang sama urgensinya dengan kasus rasial lainnya.

Dukugan ini sudah mulai ditunjukkan oleh akun Twitter resmi beberapa kesebelasan dan Liga Primer sendiri dengan memasang avatar berlatar warna pelangi.


Sumber lain: BBC, Metro, Premiere League, The Guardian,