Dalam materi pelajaran bahasa Indonesia, kita tentu pernah mempelajari tentang denotasi dan konotasi. Kedua istilah ini mengacu pada makna yang terkandung dalam suatu kata. Show Denotasi adalah kata yang memiliki arti yang sebenarnya dan apa adanya seperti yang sehari-hari kita gunakan. Sedangkan, konotasi adalah kata yang mengandung makna kias atau bukan kata yang sebenarnya. Apa itu Konotasi?Mengutip buku "Diksi dan Gaya Bahasa" oleh Gorys Keraf, konotasi atau konotatif disebut juga makna konotasional, makna emotif, atau makna evaluatif. Makna konotatif adalah suatu jenis makna di mana stimulus dan respons mengandung nilai-nilai emosional. Makna ini biasanya muncul karena pembicara ingin menimbulkan perasaan setuju, tidak setuju, senang, tidak senang dan sebagainya kepada pendengar atau pembaca. Memilih konotasi cenderung lebih berat daripada denotasi. Jika sebuah kata mengandung konotasi yang salah, misalnya kurus-kering untuk menggantikan kata ramping dalam sebuh konteks yang saling melengkapi, kesalahan semacam itu mudah diketahui dan diperbaiki. Sangat sulit adalah perbedaan makna antara kata-kata yang bersinonim, tetapi mungkin mempunyai perbedaan arti yang besar dalam konteks tertentu. Konotasi adalah sesuatu yang timbul karena masalah hubungan sosial atau hubungan interpersonal yang mempertalikan seseorang dengan yang lainnya. Sebab itu, bahasa manusia tidak hanya menyangkut masalah makna denotatif atau ideasional dan sebagainya. Penggunaan konotasi sering dijumpai pada sebuah cerpen, pantun, lagu, atau beberapa karya seni lainnya. Hal itu juga bertujuan untuk memperindah sebuah kalimat ungkapan. Contoh KonotasiBerikut beberapa contoh kata konotasi dalam sebuah kalimat.
Konotasi dalam SemiotikaKode semik atau kode konotatif menawarkan banyak sisi. Dalam proses pembacaan, pembaca menyusun tema suatu teks. Konotasi kata atau frase tertentu dalam teks dapat dikelompokan dengan konotasi kata atau frase yang mirip. Jika kita melihat satu kumplan satuan konotasi, kita menemukan suatu tema di dalam cerita. Mengutip buku "Semiotika Komunikasi" oleh Alex Sobur, seorang pemikir strukturalis, Roland Barthes menambahkan satu area penting dalam studinya tentang tanda, yaitu peran pembaca. Konotasi, walaupun merupakan sifat asli tanda, membutuhkan keaktifan pembaca agar dapat berfungsi. Dalam konteks Barthes, tanda konotatif tidak sekadar memiliki makna tambahan, namun juga mengandung kedua bagian tanda denotatif yang melandasi keberadaannya. Menurut Barthes, konotasi identik dengan operasi ideologi, yang disebutnya sebagai 'mitos', dan berfungsi untuk mengungkapkan dan memberikan pembenaran bagi nilai-nilai dominan yang berlaku dalam suatu periode tertentu. |